Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Kesalahan Finansial Anak Muda yang Sering Bikin Dompet Menipis

ilustrasi belanja (pexels.com/Arina Krasnikova)

Kamu mungkin pernah merasa heran, kenapa uang cepat sekali habis padahal belum banyak pengeluaran besar. Hal ini sering terjadi di usia muda ketika kamu mulai punya penghasilan sendiri. Semangat untuk menikmati hidup memang tinggi, tapi tanpa pengelolaan yang baik, keuangan bisa jadi berantakan. Banyak anak muda terjebak pada kebiasaan yang terlihat sepele, tapi berdampak besar pada kondisi finansial.

Gaya hidup impulsif, kurang perencanaan, dan tekanan sosial sering kali jadi penyebab utama dompet cepat menipis. Sayangnya, hal ini tidak selalu disadari sampai semuanya terasa berat di akhir bulan. Menghindari kesalahan finansial bukan berarti kamu harus hidup hemat berlebihan, tapi lebih ke arah bijak dalam mengambil keputusan soal uang.

1. Gaya hidup konsumtif tanpa kontrol

ilustrasi belanja (pexels.com/Borko Manigoda)

Saat penghasilan pertama datang, wajar jika kamu ingin merayakannya. Tapi terlalu sering merayakan bisa membuatmu jatuh dalam gaya hidup konsumtif. Beli barang terbaru, ikut tren, atau sering nongkrong demi eksistensi di media sosial bisa jadi kebiasaan yang diam-diam menguras keuanganmu. Masalahnya, gaya hidup seperti ini sulit dikendalikan ketika kamu tidak punya batasan yang jelas.

Kamu merasa harus terus mengikuti lingkungan agar tidak ketinggalan, padahal isi dompet tidak mendukung. Akhirnya, kamu mengorbankan kebutuhan yang lebih penting hanya untuk terlihat keren. Tanpa kamu sadari, kebiasaan ini bisa membentuk pola boros yang sulit dihentikan. Solusinya, mulai prioritaskan kebutuhan dibanding keinginan dan buat batas bulanan untuk pengeluaran gaya hidup. Kamu tetap bisa menikmati hidup, tapi dengan cara yang lebih terkontrol dan tidak mengorbankan kondisi finansial jangka panjang.

2. Tidak punya anggaran bulanan

ilustrasi belanja (pexels.com/Gustavo Fring)

Salah satu kesalahan yang sering dilakukan anak muda adalah menghabiskan uang tanpa rencana. Kamu merasa gaji cukup, lalu membelanjakannya begitu saja. Tapi tanpa anggaran, kamu tidak tahu mana yang penting dan mana yang sebenarnya bisa ditunda. Uang akhirnya habis untuk hal-hal yang tidak kamu sadari. Membuat anggaran bukan berarti kamu harus mencatat setiap rupiah, tapi cukup dengan menetapkan batas pengeluaran untuk tiap kebutuhan utama. Makan, transportasi, hiburan, dan tabungan.

Dengan cara ini, kamu bisa lebih bijak dalam mengambil keputusan. Kamu tahu kapan harus berhenti jajan dan kapan bisa memberi diri sedikit hadiah. Anggaran juga membantu kamu lebih tenang karena kamu tahu uangmu masih cukup sampai akhir bulan. Tanpa perencanaan, kamu akan terus merasa uang selalu tidak cukup, padahal mungkin hanya kurang pengaturan.

3. Terlalu mudah tergoda diskon dan promo

ilustrasi diskon (Pexels.com/Pixabay)

Diskon memang menggiurkan. Melihat potongan harga besar, kamu merasa sedang menghemat, padahal sering kali justru sedang menghabiskan uang untuk hal yang tidak kamu butuhkan. Inilah jebakan yang sering bikin anak muda cepat kehabisan uang. Promo bisa jadi jebakan halus yang membuatmu belanja lebih dari yang seharusnya. Apalagi dengan kemudahan belanja online, kamu hanya butuh beberapa klik untuk membeli sesuatu yang bahkan belum tentu kamu pakai.

Agara tidak terjebak, biasakan untuk bertanya ke diri sendiri sebelum belanja: “Apa ini memang dibutuhkan atau cuma tergoda harga miring?” Simpan barang di keranjang selama beberapa jam, lalu cek ulang. Jika kamu masih menginginkannya karena fungsinya, baru pertimbangkan beli. Jangan biarkan promo mengendalikan dompetmu. Lebih baik jadi pembeli yang sadar, bukan pembeli yang tergesa.

4. Mengabaikan tabungan darurat

ilustrasi belanja (pexels.com/RODNAE Productions)

Di usia muda, kamu mungkin merasa belum butuh tabungan darurat. Padahal justru di masa inilah kamu perlu mulai membangunnya. Kehilangan pekerjaan, motor mogok, atau sakit mendadak bisa datang kapan saja. Tanpa dana cadangan, kamu mungkin harus pinjam uang atau memakai kartu kredit. Ini bisa membuat kondisi finansial makin berat. Tabungan darurat bukan tanda kamu pesimis, tapi tanda kamu siap menghadapi hidup. Mulailah dari nominal kecil, tidak harus besar langsung.

Sisihkan 5–10% dari penghasilan setiap bulan khusus untuk dana darurat. Simpan di rekening terpisah agar tidak tergoda untuk digunakan. Dana ini akan jadi penolong di saat kamu butuh tanpa harus mengorbankan kebutuhan lain. Semakin awal kamu memulainya, semakin aman kondisi keuanganmu ke depan. Jangan tunggu masalah datang dulu baru sadar pentingnya dana darurat.

5. Terlalu cepat mengambil cicilan

ilustrasi belanja (pexels.com/Sam Lion)

Memiliki barang impian memang menyenangkan, tapi mengambil cicilan tanpa pertimbangan matang bisa jadi beban. Banyak anak muda tergoda mengambil cicilan untuk gadget, kendaraan, atau barang mewah karena ingin terlihat mapan. Padahal, belum tentu kondisi keuangan sanggup menanggungnya. Cicilan bisa terasa ringan di awal, tapi jika tidak disesuaikan dengan penghasilan dan kebutuhan lain, justru akan mengganggu pengeluaran penting.

Jangan sampai sebagian besar gaji habis hanya untuk membayar cicilan. Sebelum mengambil kredit, pastikan kamu benar-benar butuh barang tersebut dan cicilannya masih dalam batas wajar, maksimal 30% dari penghasilan bulanan. Kalau belum siap, lebih baik menabung dulu. Mampu membeli sesuatu secara tunai lebih menunjukkan kedewasaan finansial dibanding sekadar terlihat mampu. Jadi, jangan buru-buru ambil cicilan hanya demi gaya. Utamakan kestabilan keuanganmu dulu.

Usia muda adalah waktu terbaik untuk membentuk kebiasaan finansial yang sehat. Kesalahan seperti gaya hidup konsumtif, tidak punya anggaran, tergoda promo, mengabaikan dana darurat, dan cicilan sembarangan memang sering terjadi, tapi semua bisa kamu benahi mulai sekarang. Jangan tunggu sampai dompet benar-benar kosong baru kamu sadar pentingnya mengelola uang. Kunci dari kestabilan keuangan bukan penghasilan besar, tapi kebiasaan yang kamu bangun dari hari ke hari. Kamu tidak perlu langsung sempurna. Mulailah dari memperbaiki satu kesalahan kecil, lalu lanjutkan dengan langkah berikutnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aan Pranata
EditorAan Pranata
Follow Us