5 Alasan Self Worth Menjadi Standar Sukses Baru di Kalangan Gen Z

Gen Z tumbuh di era digital yang penuh dengan perbandingan, ekspektasi sosial, dan arus informasi tanpa henti. Banyak dari mereka merasa bahwa definisi sukses tradisional, seperti karier mapan atau kekayaan materi, sudah tidak lagi cukup relevan. Sebagai gantinya, mereka mulai melihat nilai diri atau self worth sebagai ukuran keberhasilan yang lebih autentik.
Self worth bagi Gen Z tidak hanya soal percaya diri, tetapi juga bagaimana mereka menghargai diri di tengah tekanan sosial. Bagi mereka, sukses berarti hidup dengan jujur terhadap diri sendiri, bukan sekadar memenuhi standar orang lain. Berikut lima alasan di balik pergeseran besar dalam cara gen Z memahami kebahagiaan dan pencapaian.
1. Lebih memilih kesehatan mental daripada pencitraan

Gen Z menyadari bahwa mengejar pencapaian eksternal sering kali datang dengan biaya mahal, yaitu stres, kecemasan, bahkan burnout. Mereka mulai menolak konsep sukses yang hanya berdasarkan apa yang terlihat dari luar. Sebaliknya, mereka mengutamakan kesehatan mental sebagai fondasi kehidupan yang stabil.
Kesadaran itu membuat self worth menjadi pusat perhatian. Alih-alih membandingkan diri dengan orang lain, mereka belajar untuk mengenali batasan pribadi. Dengan begitu, standar sukses tidak lagi sekadar hasil, melainkan keseimbangan antara pencapaian dan kesejahteraan batin.
2. Relevan dengan dunia kerja yang fleksibel

Dunia kerja sekarang lebih fleksibel dengan adanya kerja remote atau freelance. Gen Z melihat bahwa definisi sukses berupa jabatan tinggi atau bekerja di kantor besar tidak lagi absolut. Hal terpenting yaitu apakah pekerjaan tersebut membuat mereka merasa dihargai dan sesuai dengan nilai pribadi.
Self worth memberi mereka dasar untuk memilih jalur karier yang lebih sesuai. Mereka berani meninggalkan pekerjaan yang merusak kesehatan mental atau tidak sejalan dengan prinsip hidup. Dengan begitu, mereka menempatkan keberhargaan diri sebagai standar keberhasilan di dunia profesional.
3. Mendorong relasi yang lebih sehat

Bagi Gen Z, sukses juga tercermin dalam kualitas hubungan sosial yang dimiliki. Mereka tidak mau terjebak dalam relasi yang toksik hanya demi citra atau pengakuan. Nilai diri menjadi filter utama dalam menentukan siapa yang boleh dekat dan siapa yang tidak.
Hal itu membuat hubungan mereka lebih autentik dan sehat. Mereka bisa berkata 'tidak' ketika merasa tidak dihargai. Pada akhirnya, sukses bagi mereka bukan tentang jumlah teman, tetapi kualitas koneksi yang memberi energi positif.
4. Mengubah perspektif tentang materi dan gaya hidup

Banyak Gen Z yang menolak standar sukses lama yang identik dengan mobil mewah, rumah besar, atau barang branded. Bagi mereka, hal-hal itu hanya sementara dan tidak selalu membawa kebahagiaan. Hal terpenting adalah apakah gaya hidup tersebut selaras dengan nilai pribadi.
Dengan menempatkan self worth sebagai prioritas, mereka belajar untuk hidup lebih sadar dan sederhana. Keputusan membeli atau mengonsumsi sesuatu tidak lagi demi status, melainkan karena benar-benar dibutuhkan. Begitulah cara mereka mengukur sukses dengan lebih jujur dan personal.
5. Menjadi bentuk perlawanan terhadap tekanan sosial

Gen Z tumbuh di tengah media sosial yang penuh standar palsu. Dari foto liburan, pencapaian akademis, hingga gaya hidup mewah, semuanya bisa membuat orang merasa tidak cukup. Namun, dengan menekankan self worth, mereka menolak tunduk pada tekanan tersebut.
Self worth membantu mereka menyadari bahwa validasi bukan berasal dari likes atau komentar. Dengan begitu, mereka lebih berani menjalani hidup tanpa harus selalu memenuhi ekspektasi publik. Sukses pun diartikan sebagai keberanian untuk hidup autentik.
Perubahan cara pandang Gen Z tentang sukses menunjukkan bahwa dunia sedang bergerak ke arah yang lebih manusiawi. Alih-alih mengejar pencapaian yang bisa dilihat orang lain, mereka mengutamakan nilai diri sebagai ukuran keberhasilan. Dari sinilah, sukses menjadi lebih bermakna dan bernilai personal.