Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

16 Kosakata Baku Ini Kerap Ditulis Keliru Pejuang Skripsi, Catat!

ilustrasi pejuang skripsi (pexels.com/Keira Burton)
ilustrasi pejuang skripsi (pexels.com/Keira Burton)

Karangan ilmiah tentunya sudah tidak asing lagi kehadirannya dalam kehidupan mahasiswa, apalagi bagi yang memasuki tahap semester akhir. Pada jenjang sarjana atau S-1, sebagian besar perguruan tinggi di Indonesia mengharuskan para mahasiswa untuk menulis skripsi sebagai bagian dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya.

Skripsi sebagaimana jenis karangan ilmiah lainnya wajib ditulis menggunakan ragam bahasa resmi alias formal. Oleh karena itu, kosakata Indonesia yang dipakai seyogianya sesuai dengan lema baku yang terdaftar di KBBI. Sayangnya, masih banyak mahasiswa yang bersikap abai terhadap urgensi pedoman ejaan dan tata bahasa dalam proses penyusunan skripsi. 

Melalui senarai di bawah ini, IDN Times menghimpun beberapa kosakata dalam bahasa Indonesia yang kerap ditulis keliru oleh para pejuang skripsi. Cermati hingga akhir, ya!

 

1. Istilah "inteligensi" alias kecerdasan sering ditulis secara keliru menjadi intelegensi, intelejensi, atau intelijensi. Ketiga kata tersebut tidak baku, lho

ilustrasi bermain catur (pexels.com/Vlada Karpovich)
ilustrasi bermain catur (pexels.com/Vlada Karpovich)

2. "Kontingensi" mempunyai arti keadaan yang masih diliputi ketidakpastian dan berada di luar jangkauan. Kontijensi juga kontinjensi ialah ejaan yang salah

ilustrasi mencari referensi (pexels.com/Polina Zimmerman)
ilustrasi mencari referensi (pexels.com/Polina Zimmerman)

3. "Kuesioner" hanya membubuhkan satu huruf 'i' di tengah-tengah kata. Namun, teknik pengumpulan data ini kerap kali salah ditulis menjadi kuisioner

ilustrasi mengisi kuesioner (pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi mengisi kuesioner (pexels.com/Mikhail Nilov)

4. Kekeliruan juga acap terjadi pada adverbia "makin". Hal ini akibat bentuk tidak bakunya, yakni semakin lebih populer dipakai oleh khalayak ramai

ilustrasi menyiram tanaman (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi menyiram tanaman (pexels.com/cottonbro studio)

5. "Memengaruhi" sering digunakan sebagai penjelas hubungan antarvariabel. Sayangnya, masih banyak yang mengeja kata ini menjadi mempengaruhi

ilustrasi berinvestasi saham (pixabay.com/TheInvestorPost)
ilustrasi berinvestasi saham (pixabay.com/TheInvestorPost)

6. "Minimalisasi" atau meminimalkan (menjadikan sekurang-kurangnya) ialah penulisan yang tepat apabila merujuk KBBI, bukan minimalisir

ilustrasi meminimalisasi sampah (pexels.com/Ron Lach)
ilustrasi meminimalisasi sampah (pexels.com/Ron Lach)

7. Mahasiswa FKIP pasti sudah tidak asing dengan istilah pedagogik. Namun, ejaan bakunya sesuai kaidah bahasa Indonesia ialah "pedagogis"

ilustrasi pengajaran di kelas (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi pengajaran di kelas (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

8. Kata rincian sering dipakai sebelum menguraikan bagian-bagian tertentu. Akan tetapi, penulisan yang tepat sebenarnya adalah "perincian". Baru tahu?

ilustrasi perincian (pexels.com/Suzy Hazelwood)
ilustrasi perincian (pexels.com/Suzy Hazelwood)

9. Mahasiswa dengan objek data kepegawaian kerap memasukkan kata personil dalam tugas akhirnya. Padahal, ejaan yang baku adalah "personel"

ilustrasi mahasiswa pejuang skripsi (pexels.com/CoWomen)
ilustrasi mahasiswa pejuang skripsi (pexels.com/CoWomen)

10. Saat menjabarkan fenomena dalam bab pertama, istilah "realitas" juga sering dipakai. Jangan menanggalkan huruf 's' di ujung, oke?

ilustrasi realitas virtual (pixabay.com/Pexels)
ilustrasi realitas virtual (pixabay.com/Pexels)

11. Nomina "respons" masih tak jarang ditulis hanya enam huruf menjadi respon. Sekali lagi, tolong diingat untuk menambahkan huruf 's', ya

ilustrasi merespons (pexels.com/Henri Mathieu-Saint-Laurent)
ilustrasi merespons (pexels.com/Henri Mathieu-Saint-Laurent)

12. Kata "risiko" di KBBI hanya memakai dua huruf vokal, yakni 'i' dan 'o'. Dengan demikian, resiko merupakan bentuk yang salah

ilustrasi melakukan hal yang berisiko (unsplash.com/Loic Leray)
ilustrasi melakukan hal yang berisiko (unsplash.com/Loic Leray)

13. Istilah pembakuan atau "standardisasi" terdiri atas 13 huruf. Sayangnya, kata ini acapkali ditulis menjadi standarisasi dengan 12 huruf saja

ilustrasi standardisasi (pexels.com/qmicertification design)
ilustrasi standardisasi (pexels.com/qmicertification design)

14. Nama pulau di wilayah barat Indonesia, "Sumatra" juga kerap keliru penulisannya dalam laras ilmiah. Kamu tidak perlu bubuhkan huruf 'e', lho

ilustrasi harimau sumatra (pexels.com/René Wechet)
ilustrasi harimau sumatra (pexels.com/René Wechet)

15. "Survei" merupakan teknik riset dengan memberi batas yang jelas atas data. Selalu ingat untuk menaruh huruf 'i' di ujung, bukan 'y'

ilustrasi melakukan survei (pexels.com/Joice Rivas)
ilustrasi melakukan survei (pexels.com/Joice Rivas)

16. Terakhir, ada istilah "teoretis" yang biasanya terletak pada bab kedua dalam karangan ilmiah. Jangan lagi gunakan bentuk teoritis, ingat!

ilustrasi buku (pexels.com/Emily)
ilustrasi buku (pexels.com/Emily)

Meski terkesan sepele dan kadang lolos dari koreksian dosen pembimbing, penggunaan ragam baku harus dibiasakan dalam proses penyusunan skripsi. Dengan demikian, wawasan serta keterampilan berbahasa generasi muda di Indonesia bisa meningkat seiring waktu. Semoga bermanfaat, ya!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Matthew Suharsono
EditorMatthew Suharsono
Follow Us