16 Kosakata Baku Ini Kerap Ditulis Keliru Pejuang Skripsi, Catat!

Karangan ilmiah tentunya sudah tidak asing lagi kehadirannya dalam kehidupan mahasiswa, apalagi bagi yang memasuki tahap semester akhir. Pada jenjang sarjana atau S-1, sebagian besar perguruan tinggi di Indonesia mengharuskan para mahasiswa untuk menulis skripsi sebagai bagian dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya.
Skripsi sebagaimana jenis karangan ilmiah lainnya wajib ditulis menggunakan ragam bahasa resmi alias formal. Oleh karena itu, kosakata Indonesia yang dipakai seyogianya sesuai dengan lema baku yang terdaftar di KBBI. Sayangnya, masih banyak mahasiswa yang bersikap abai terhadap urgensi pedoman ejaan dan tata bahasa dalam proses penyusunan skripsi.
Melalui senarai di bawah ini, IDN Times menghimpun beberapa kosakata dalam bahasa Indonesia yang kerap ditulis keliru oleh para pejuang skripsi. Cermati hingga akhir, ya!
1. Istilah "inteligensi" alias kecerdasan sering ditulis secara keliru menjadi intelegensi, intelejensi, atau intelijensi. Ketiga kata tersebut tidak baku, lho

2. "Kontingensi" mempunyai arti keadaan yang masih diliputi ketidakpastian dan berada di luar jangkauan. Kontijensi juga kontinjensi ialah ejaan yang salah

3. "Kuesioner" hanya membubuhkan satu huruf 'i' di tengah-tengah kata. Namun, teknik pengumpulan data ini kerap kali salah ditulis menjadi kuisioner

4. Kekeliruan juga acap terjadi pada adverbia "makin". Hal ini akibat bentuk tidak bakunya, yakni semakin lebih populer dipakai oleh khalayak ramai

5. "Memengaruhi" sering digunakan sebagai penjelas hubungan antarvariabel. Sayangnya, masih banyak yang mengeja kata ini menjadi mempengaruhi

6. "Minimalisasi" atau meminimalkan (menjadikan sekurang-kurangnya) ialah penulisan yang tepat apabila merujuk KBBI, bukan minimalisir

7. Mahasiswa FKIP pasti sudah tidak asing dengan istilah pedagogik. Namun, ejaan bakunya sesuai kaidah bahasa Indonesia ialah "pedagogis"

8. Kata rincian sering dipakai sebelum menguraikan bagian-bagian tertentu. Akan tetapi, penulisan yang tepat sebenarnya adalah "perincian". Baru tahu?

9. Mahasiswa dengan objek data kepegawaian kerap memasukkan kata personil dalam tugas akhirnya. Padahal, ejaan yang baku adalah "personel"

10. Saat menjabarkan fenomena dalam bab pertama, istilah "realitas" juga sering dipakai. Jangan menanggalkan huruf 's' di ujung, oke?

11. Nomina "respons" masih tak jarang ditulis hanya enam huruf menjadi respon. Sekali lagi, tolong diingat untuk menambahkan huruf 's', ya

12. Kata "risiko" di KBBI hanya memakai dua huruf vokal, yakni 'i' dan 'o'. Dengan demikian, resiko merupakan bentuk yang salah

13. Istilah pembakuan atau "standardisasi" terdiri atas 13 huruf. Sayangnya, kata ini acapkali ditulis menjadi standarisasi dengan 12 huruf saja

14. Nama pulau di wilayah barat Indonesia, "Sumatra" juga kerap keliru penulisannya dalam laras ilmiah. Kamu tidak perlu bubuhkan huruf 'e', lho

15. "Survei" merupakan teknik riset dengan memberi batas yang jelas atas data. Selalu ingat untuk menaruh huruf 'i' di ujung, bukan 'y'

16. Terakhir, ada istilah "teoretis" yang biasanya terletak pada bab kedua dalam karangan ilmiah. Jangan lagi gunakan bentuk teoritis, ingat!

Meski terkesan sepele dan kadang lolos dari koreksian dosen pembimbing, penggunaan ragam baku harus dibiasakan dalam proses penyusunan skripsi. Dengan demikian, wawasan serta keterampilan berbahasa generasi muda di Indonesia bisa meningkat seiring waktu. Semoga bermanfaat, ya!