5 Tanda Anak Mungkin Mengalami Disleksia, Waspadai Sejak Dini!

Setiap anak punya cara belajar yang berbeda, tapi ada kalanya perbedaan itu perlu diperhatikan lebih serius. Disleksia bukan soal kecerdasan, melainkan tantangan dalam memproses huruf, kata, dan bunyi secara konsisten. Sayangnya, banyak orang tua yang baru menyadari saat anak sudah merasa tertinggal di sekolah.
Semakin cepat dikenali, semakin besar peluang anak mendapat dukungan yang tepat. Bukan untuk memberi label, tapi agar mereka bisa tumbuh dengan strategi belajar yang sesuai. Yuk, kenali beberapa tanda awal yang bisa jadi sinyal penting.
1. Kesulitan mengenali huruf dan bunyi

Anak yang mengalami disleksia biasanya kesulitan menghubungkan huruf dengan bunyi yang sesuai. Misalnya, mereka bingung membedakan huruf “b” dan “d” atau sering salah menyebut huruf meski sudah diajarkan berulang kali. Hal ini bisa membuat proses membaca jadi lebih lambat dan penuh tantangan.
Meski sudah masuk usia sekolah, anak tetap kesulitan mengenali huruf meski sudah sering berlatih. Ini bukan karena malas, tapi karena otaknya memproses informasi secara berbeda. Jika kamu melihat pola ini terus berulang, ada baiknya mulai konsultasi dengan ahli.
2. Sering membalik huruf atau urutan kata saat menulis

Menulis huruf terbalik seperti “p” jadi “q” atau “was” jadi “saw” bisa jadi tanda disleksia. Kesalahan ini bukan karena ceroboh, tapi karena anak kesulitan memvisualisasikan bentuk huruf dan urutan kata. Bahkan saat mereka sudah tahu jawabannya, tulisan bisa tetap terbalik.
Kesalahan ini sering dianggap sepele, padahal bisa jadi sinyal penting. Anak yang mengalami disleksia butuh pendekatan visual dan kinestetik yang lebih intens. Semakin cepat ditangani, semakin mudah mereka beradaptasi dengan metode belajar yang sesuai.
3. Lambat mengingat kata atau instruksi lisan

Anak dengan disleksia sering kesulitan mengingat instruksi yang diberikan secara verbal. Misalnya, saat diminta mengambil pensil dan buku, mereka hanya ingat satu dari dua perintah. Hal ini bisa membuat mereka tampak pelupa atau tidak fokus, padahal sebenarnya mereka kesulitan memproses informasi secara berurutan.
Kemampuan memori kerja yang terbatas membuat anak butuh pengulangan dan bantuan visual. Kamu bisa bantu dengan membuat daftar tugas bergambar atau memberi instruksi satu per satu. Cara ini bisa membantu mereka lebih nyaman menjalani rutinitas belajar.
4. Enggan membaca meski sudah bisa

Anak yang mengalami disleksia sering merasa frustrasi saat membaca karena butuh usaha ekstra. Akibatnya, mereka jadi enggan membaca meski sudah bisa mengenali huruf. Rasa malu atau takut salah bisa membuat mereka menarik diri dari aktivitas membaca.
Kalau anak lebih suka mendengarkan cerita daripada membaca sendiri, bisa jadi mereka sedang berjuang diam-diam. Penting untuk memberi dukungan tanpa tekanan agar mereka tetap percaya diri. Bacaan bergambar atau buku audio bisa jadi alternatif yang menyenangkan.
5. Kesulitan menyusun kata saat bicara

Disleksia tidak hanya memengaruhi kemampuan membaca dan menulis, tapi juga bisa berdampak pada cara anak berbicara. Mereka mungkin kesulitan menyusun kalimat, sering terhenti di tengah pembicaraan, atau menggunakan kata yang tidak tepat. Ini bisa membuat komunikasi jadi kurang lancar.
Meski anak punya banyak ide, mereka kesulitan mengekspresikannya secara verbal. Dukungan lewat permainan kata, lagu, atau aktivitas bercerita bisa membantu mereka lebih percaya diri. Yang penting, jangan buru-buru menyalahkan atau membandingkan.
Disleksia bukan hambatan, tapi tantangan yang bisa diatasi dengan pendekatan yang tepat. Anak yang mengalami kesulitan ini tetap punya potensi besar, asal diberi ruang dan strategi belajar yang sesuai. Semakin dini dikenali, semakin besar peluang mereka tumbuh dengan percaya diri dan nyaman dalam proses belajar.


















