6 Fase Emosi yang Dialami saat Berusaha Mulai dari Nol

- Masa 20-an tak selalu indah, sering dihadapi kehilangan pekerjaan dan hubungan, membuat harus memulai lagi dari nol.
- Fase emosi saat bangkit: penolakan, kemarahan, kesedihan mendalam, keinginan untuk bangkit namun disusul oleh rasa takut.
- Setelah melewati badai emosi, fase penerimaan dan membangun ulang hidup dengan lebih bijak dimulai.
Di usia 20-an, banyak orang berpikir bahwa masa ini adalah masa emas yang penuh dengan peluang, energi, dan pencapaian. Tapi, kenyataannya gak selalu seindah itu. Justru, di fase inilah banyak orang harus menghadapi realitas pahit, seperti kehilangan pekerjaan, gagal dalam hubungan, merasa salah jurusan, atau sekadar merasa tersesat dalam hidup yang seakan stagnan.
Saat itulah kamu merasa harus mulai lagi dari nol. Memang gak mudah karena yang perlu dirangkai ulang bukan cuma karier atau hubungan, tapi juga kepercayaan diri dan arah hidup. Akan ada masa di mana emosimu naik turun, tapi justru itulah yang bikin kamu lebih kuat dan lebih mengenal siapa dirimu sebenarnya. Nah, berikut 6 fase emosi yang sering kamu alami saat mencoba bangkit dari nol.
1. Penolakan (denial)

Fase penolakan adalah titik pertama setelah semua 'meledak'. Di fase ini, kamu masih syok dan belum bisa menerima kenyataan bahwa semua berubah begitu cepat. Mungkin kamu baru saja resign atau terkena PHK dari pekerjaan yang kamu banggakan atau baru putus dari hubungan yang kamu kira akan berakhir di pelaminan.
Dalam fase ini, kamu merasa semuanya salah dan berharap ini hanya mimpi buruk. Di dalam kepala, kamu terus mengulang-ulang kejadian terakhir dan berharap ada yang bisa diubah. Kamu merasa berat untuk berdamai dengan kenyataan. Di fase penolakan ini, kamu akan lebih sering menyangkal, menunda, bahkan pura-pura tegar.
2. Kemarahan (anger)

Saat mulai menyadari bahwa apa yang kamu alami itu nyata, kemarahan mulai muncul. Kamu marah pada diri sendiri karena merasa gagal, marah pada orang lain yang terlibat dalam kejatuhanmu, bahkan marah ke dunia yang terasa gak adil.
Kamu mulai mempertanyakan segalanya. Emosimu mungkin meledak-ledak, dan ledakan emosi ini adalah bagian dari proses healing atau penyembuhan. Kamu perlu mengeluarkan perasaan terpendam sebelum bisa benar-benar menerima dan bangkit dari kenyataan. Tapi hati-hati, jangan sampai berlarut terlalu lama dalam fase ini sampai bikin kamu jadi sinis dengan hidup.
3. Kesedihan (sadness)

Setelah marah dan kecewa, kamu mungkin akan merasakan kesedihan yang mendalam. Di titik ini, kamu merasa sangat down. Kamu kehilangan semangat, tidak tahu tujuan, dan yang kamu rasakan hanya kekosongan. Semua yang dulu kamu kejar terasa menjauh, dan kamu bahkan bingung apa masih layak punya harapan baru.
Ini adalah fase yang bikin kamu ingin menghilang. Tapi justru di sini kamu mulai benar-benar jujur soal luka dan kehilangan yang kamu alami. Kamu mulai bisa menangis.
4. Ketakutan (fear)

Setelah berhasil melewati fase kesedihan, muncul keinginan untuk bangkit. Tapi, belum sempat melangkah jauh, rasa takut datang. Kamu takut mengulang kesalahan yang sama, takut diremehkan, takut apa yang kamu bangun lagi akan hancur juga.
Fase ini sering bikin kamu jalan di tempat. Kamu ingin mencoba hal baru, tapi ada suara dari dalam kepala yang mengatakan bahwa kamu tidak akan bisa. Di sinilah pentingnya punya support system dan kesadaran bahwa takut adalah bagian yang wajar dari memulai ulang.
5. Penerimaan (acceptance)

Setelah melewati semua badai emosi, kamu mulai bisa menerima kenyataan. Kamu gak lagi sibuk menyalahkan siapa pun, termasuk diri sendiri. Kamu mulai berpikir bahwa seberat apa pun masalahmu, kamu bisa menentukan langkah selanjutnya.
Fase penerimaan ini bukan fase yang tenang sepenuhnya, tapi setidaknya kamu sudah bisa lihat masa depan dengan lebih realistis. Kamu sadar bahwa hidup terus berjalan, dan satu-satunya cara untuk bangkit adalah menghadapi semuanya dengan pelan-pelan.
6. Harapan baru (hope)

Di fase terakhir ini, kamu mulai membangun ulang hidup dari dasar. Tapi kali ini, dengan lebih bijak. Kamu lebih kenal diri sendiri, lebih tahu apa yang kamu mau, dan lebih sadar akan batas dan kebutuhanmu.
Kamu mulai menemukan semangat baru yang mendorongmu untuk terus bergerak meskipun kecil. Kamu gak lagi mengejar validasi, tapi ingin hidup yang benar-benar selaras dengan siapa dirimu sekarang.
Gak ada yang salah dengan mulai dari nol lagi, apalagi di usia 20-an. Yang penting, terus bergerak. Meskipun pelan-pelan, asal tetap maju. Semangat!