Jatuh Bangun Hidup Legenda PSM Ramang, Kini Dapat Tanda Kehormatan RI

- Ramang merantau ke Makassar pada 1947 bermodal keahlian bermain sepak takraw
- Mendapat empat gelar bersama PSM Makassar, juga menjadi andalan Timnas Indonesia pada dekade 1950-an
- Menjadi pengakuan dari negara atas sumbangsih Ramang kepada sepak bola Indonesia
Makassar, IDN Times - Legenda PSM Makassar dan Timnas Indonesia, Andi Ramang, mendapat Tanda Kehormatan dari pemerintah. Pesepak bola yang dikenal lincah tersebut masuk dalam daftar 141 penerima penghargaan yang berisi politisi, seniman hingga hakim.
"Saya ingin menyampaikan atas nama negara dan bangsa, sekali lagi terima kasih atas jasa-jasa pengabdian saudara-saudara sekalian dan mereka-mereka yang orang tuanya tidak hadir, ahli waris juga, atas nama negara dan bangsa terima kasih," ucap Presiden Prabowo Subianto dalam upacara di Istana Negara, Jakarta, pada Senin (25/8/2025) seperti dilansir dari laman resmi Sekretariat Negara.
1. Ramang (jongkok, tengah) merantau ke Makassar pada 1947 bermodal keahlian bermain sepak takraw

Lahir di Barru pada 24 April 1924, Ramang merantau ke Makassar pada 1947 bermodal keahlian bermain sepak takraw. Tak lama berselang ia direkrut sebagai pemain Persis, salah satu klub yang bernaung dalam sebuah payung bernama PSM Makassar.
Namanya melejit pada dekade 1950-an, saat ia menjadi goalgetter alias juru gedor andalan Juku Eja. Keahliannya mengolah bola dimaksimalkan oleh pelatih E.A. Mangindaan, membuat PSM menjadi salah satu penantang serius di Kejuraan Nasional (Kejurnas) PSSI.
Dalam pengakuannya di berbagai wawancara, gaji yang diterima Ramang sebagai pemain sepak bola tidak terlalu memuaskan. Ia bahkan sampai harus mencari kerjaan tambahan yakni sebagai kenek truk, penarik becak hingga penjaga kantor (opas) Dinas Pekerjaan Umum di Makassar.
2. Mendapat empat gelar bersama PSM Makassar, juga menjadi andalan Timnas Indonesia pada dekade 1950-an

Dalam kariernya yang mencapai hampir dua dekade, Ramang mempersembahkan empat gelar untuk PSM Makassar. Masing-masing untuk edisi 1955-57, 1957-59, 1964-65 dan 1965-66. Kendati arsip dari masa tersebut sangat sulit, situs statistik sepak bola dunia RSSSF mencatat Ramang menjadi top skorer Putaran Final Kejurnas PSSI 1955-57 dengan mencetak 14 gol dari 6 pertandingan.
Ramang juga menjadi andalan Timnas Indonesia sepanjang dekade 1950-an. Pelatih kepala saat itu, Antun "Toni" Pogacnik, juga mengandalkan pemain berjuluk Macan Bola itu untuk mengacak-acak pertahanan lawan. Pencapaian terbaiknya adalah medali perunggu Asian Games 1958 yang berlangsung di Tokyo.
3. Menjadi pengakuan dari negara atas sumbangsih Ramang (kedua dari kanan) kepada sepak bola Indonesia

Selepas gantung sepatu pada tahun 1968, ia sempat menukangi beberapa tim. Ada PSM Makassar, Persipal Palu serta PSBI Blitar. Ramang meninggal dunia pada 26 September 1987 pada usia 63 tahun, setelah bertahun-tahun menderita pneumonia dan tidak memiliki uang untuk berobat.
Meski kariernya diwarnai oleh dugaan suap yang membuatnya sempat menarik diri dari dunia bal-balan, sumbangsih Ramang pada sepak bola tetap tak terbantahkan. Dan penghargaan Tanda Penghargaan dari pemerintah menjadi bentuk pengakuan yang datang setelah nyaris empat dekade wafat.
"Kami, Republik Indonesia, (berterima kasih) atas pengabdian Saudara-saudara sekalian. Semoga jasa-jasa saudara-saudara terus menjadi warisan bagi generasi penerus," tutur Prabowo dalam upacara tersebut.