TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ultah ke-105, Ini Dia 5 Generasi Emas PSM Makassar

Mulai dari era Perserikatan 1950-an hingga Liga 1 kini

Kolase Berbagai Sumber

Makassar, IDN Times - Menginjak usia ke-105 pada 2 November 2020, praktis PSM Makassar adalah satu-satunya klub "sepuh" di Pulau Sulawesi. Lebih jauh, Juku Eja juga tim sepak bola profesional tertua yang saat ini berlaga di kasta tertinggi bal-balan nasional.

Dengan bentangan sejarah selama seabad lebih, beragam trofi telah mereka raih. PSM bahkan mendominasi pada dekade 1950-an hingga 1960-an. Setelah itu, pasukan berbaju meran marun hanya mampu merangsek sesekali.

Sepanjang 105 tahun, sudah ada lima generasi emas menyeruak ke panggung nasional. Semuanya dikenal sebab memboyong trofi juara ke Makassar. Berikut ini IDN Times mengajak pembaca mengingatnya kembali.

1. Perserikatan 1957: Laju tanpa henti Ramang dan kawan-kawan

Skuat PSM Makassar saat berada di Padang, Sumatera Barat, untuk Babak 7 Besar Nasional Kejuaraan Perserikatan PSSI musim 1957-1959. (Dok. Istimewa/Arsip Pribadi Maulwi Saelan)

PSM Makassar memulai dominasinya pada kejuaraan Perserikatan PSSI edisi 1955-1957. Melaju ke Babak 7 Besar Nasional yang berformat setengah kompetisi, mereka tampil sebagai juara dengan meyakinkan. Enam laga dilalui tanpa sekalipun kekalahan. Rinciannya, lima kali menang dan sekali imbang. Juara Perserikatan 1954/55, Persija Jakarta, bahkan ditekuk dengan skor tipis 2-3.

Catatan emas berlanjut pada Perserikatan 1957-1959. Enam pertandingan Babak 7 Besar diakhiri dengan kemenangan. Skor terbesar dicatat saat PSM menekuk Persebaya Surabaya dengan skor fantastis 6-1, di Mattoanging.

Tak sampai di situ, PSM dekade 1950-an adalah tim dengan barisan penyerang haus gol. Ini terbukti dari capaian gol di Babak 7 Besar sebanyak 23 di 1955-57, kemudian 25 angka pada edisi 1957-59. Ramang bahkan menyabet gelar top skorer untuk musim 1955-57 berkat 14 golnya.

Selain Ramang, masih banyak nama yang masuk dalam generasi emas pertama PSM. Ada kiper Maulwi Saelan, duo bek Sampara dan Thomas Rairatu, ditambah trio gelandang Makmur Chaeruddin - Sanca Bachtiar - Icing Pasande. Sektor depan jadi milik Mochtar, Suwardi Arland, Ramang, Noor Salam dan Kurnia.

Menginjak 1957-59 beberapa nama baru mencuat seperti Harry Tjong (kiper), Rasyid Dahlan (kiri luar), Idris Mappakaya (gelandang) dan Manan (kanan dalam).

2. Perserikatan 1965: Sukses lanjutkan dominasi nasional

Skuat PSM Makassar saat berlaga di kejuaraan Piala Jusuf 1965 yang berlangsung di Stadion Mattoanging Makassar. (Twitter.com/kangope)

Sempat dua kali finis sebagai runner-up Perserikatan (1959-61 dan 1962-64), momentum juara akhirnya kembali pada edisi 1964/65. Di bawah pelatih Suwardi Arland, penyerang PSM dekade 1950-an, talenta-talenta muda dipadukan dengan nama-nama senior seperti Ramang, yang waktu itu sudah masuk usia kepala tiga.

Hasilnya? Dua gelar beruntun berhasil dipersembahkan. Trofi Perserikatan 1964/65 disabet setelah menekuk sesama tim Grup Timur, Persebaya, di babak final dengan skor 3-2. Di musim 1965/66, giliran jawara Grup Barat yakni Persib Bandung yang dibekap dua gol tanpa balas dalam laga final yang dihelat di Kota Padang.

Ramang dan Manan masih menjadi juru gedor andalan. Namun wajah-wajah baru hiasi daftar nama. Harry Tjong dipercaya sebagai kiper utama. Selanjutnya ada barisan bek Keng Wie, Piet Thui dan Tamrin. Suardi memercayakan Hafid Sijaya, Mahtul Umar dan Ernes sebagai pengisi sektor tengah.

Sedang Frans Yo dan Solong Haya mendapat "kehormatan" dampingi dua penyerang sarat pengalaman yakni duo Ramang - Manan. Masih ada John Simon, bek tengah langganan Timnas Indonesia yang jadi andalan Antun "Toni" Pogacnik.

Baca Juga: Parade Jersey PSM Makassar dari Masa ke Masa (1)

3. Perserikatan 1992: Pemupus dahaga juara 26 tahun

Skuat PSM Makassar di partai semifinal kejuaraan Perserikatan 1991/92, sebelum melawan Persib Bandung di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta (Dok. Istimewa/the-maczman.com)

Lebih dari dua dekade mengarungi kejuaraan Perserikatan tanpa trofi, kesempatan emas diraih pada edisi 1991/92. Finis peringkat tiga Wilayah Timur, status perusak dominasi kian terlihat di Babak 6 Besar. Anak asuh Syamsuddin Umar itu lolos ke semifinal dengan status runner-up Grup B berkat sepasang hasil seri.

Di semifinal, PSM Makassar menggasak Persib Bandung dengan skor 2-1. Pada babak puncak, mereka kembali bertemu PSMS Medan, tim yang sempat mereka tahan imbang di Babak 6 Besar sebelumnya.

Sabtu 29 Februari 1992, disaksikan 75 ribu pasang mata yang padati Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta, sang underdog jungkalkan jawara Wilayah Barat lewat kemenangan 2-1. Gol pemasti trofi datang dari kaki pemain pengganti Mustari Ato di injury time.

Para pemain yang ambil bagian dalam sukses gelar kelima Perserikatan ini yakni kiper Ansar Abdullah serta para bek yakni Bahar Muharram, M. Ajis Muin, Anwar Liko, Aji Lestaluhu dan Yosef Wijaya.

Pada gelandang turut Yusrifar Jafar, Hasanuddin, Arman Dadi, Alimuddin Usman, Erwin Wijaya, Mustari Ato, Imran Amirullah plus Tony Ho. Adapun sektor depan jadi milik Kaharuddin Jamal serta Jefri Dien.

4. Liga Indonesia 2000: Materi mahal tim bertabur bintang

Para pemain PSM Makassar berpose jelang pertandingan Babak 8 Besar Liga Indonesia (Ligina) VI musim 1999/2000. (Twitter.com/MemoriLigina - NH Institute)

Beranjak menuju milenium baru, PSM menjalankan strategi pembelian sensasional. Tak tanggung-tanggung, sejumlah pemain lokal dengan reputasi tinggi didaratkan ke Makassar. Beberapa di antaranya adalah para alumnus program Primavera yakni Yeyen Tumena, Bima Sakti dan Kurniawan Dwi Yulianto.

Turut pula nama beken lain seperti Aji Santoso, Yuniarto Budi, Charles Lionga, Carlos de Mello, Miro Baldo Bento plus Saphou Lassy. Di bawah komando duo Henk Wullems - Syamsuddin Umar, mereka semua berpadu padan dengan talenta lokal macam Ronny Ririn, mendiang Ali Baba, Syamsuddin Batola, Zain Batola, Rahman Usman dan masih banyak lagi.

Gelontoran kocek selangit di bursa transfer buahkan hasil. PSM finis sebagai pemuncak klasemen Wilayah Timur Ligina 1999/2000. Laju mereka tak berhenti di Babak 8 Besar. Posisi pertama Grup Timur disabet setelah berturut-turut membekuk PSMS (1-0), Pupuk Kaltim (3-2) dan Persijatim Jakarta Timur (4-2).

Dewi Fortuna terus iringi langkah PSM. Di semifinal, giliran Persija yang ditekuk 0-1. Kembali berjumpa Pupuk Kaltim di partai puncak, mereka tetap unggul berkat kemenangan 3-2.

Baca Juga: [KLASIK] PSM di Piala Jenderal Sudirman 2015: Keok di Penyisihan Grup

Berita Terkini Lainnya