TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tanpa Gol selama 540 Menit, Ada Apa dengan PSM Makassar?

Strategi direct football bisa jadi pedang bermata dua

Pemain PSM Makassar Arfan (tengah) berebut bola dengan pemain PSS Sleman Derry Rachman (kiri) dalam pertandingan Liga 1 di Stadion I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, Bali, Selasa (1/3/2022). (ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo)

Makassar, IDN Times - Meski sudah keluar dari tren buruk kalah selama empat laga beruntun, PSM Makassar tetap saja dihadapkan pada masalah lain. Selama 540 menit, tak ada satupun gol bisa disarangkan.

Terakhir kali PSM menjebol gawang lawan adalah di partai gameweek ke-23 BRI Liga 1 2021/22. Yakob Sayuri buyarkan kemenangan Bali United berkat golnya di masa injury time.

Tapi sejak saat itu, tak ada lagi selebrasi dilakukan oleh Wiljan Pluim dkk. Turunnya Golgol Mebrahtu bahkan belum bisa memutus catatan buruk tersebut. Apa penyebabnya? Berikut analisis berdasarkan statistik milik PT Liga Indonesia Baru dan LapangBola.com.

1. Catatan shots on target mulai membaik pada tiga laga terakhir

Pesepak bola Bhayangkara FC Ezechiel Ndouasel (kiri) berebut bola dengan pesepak bola PSM Makassar Ganjar Mukti (kanan) pada pertandingan Liga 1 di Stadion Kompyang Sujana, Denpasar, Bali, Jumat (25/2/2022) malam. (ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo)

Untuk urusan mencari peluang depan gawang, PSM sempat benar-benar buntu. Saat tiga laga selepas menahan imbang Bali United (versus Borneo FC, Persikabo dan Persita), sektor depan tak banyak bekerja. Total cuma ada tujuh shots on target, dengan rata-rata akurasi cuma 22,13 persen.

Agresivitasnya baru membaik di tiga partai teranyar (kontra Persib, Bhayangkara FC serta PSS), di mana terdapat total ada 14 peluang tepat sasaran mereka bisa raih. Rata-rata akurasinya pun jauh lebih tinggi, mencapai 58,43 persen.

Berkat strategi direct football yang makin lancar dipraktikkan pemain PSM, persentase agresivitas mulai menanjak. Manfaatkan serangan balik dan kelincahan para winger, pelan-pelan mereka mulai menajamkan lini depan. Meski begitu, crossing yang dikirim menuju ujung tombak masih sering dipotong oleh bek-bek tim lawan.

Baca Juga: 5 Duel Terakhir PSS Vs PSM, Super Elja Selalu Merepotkan

2. Ada persentase penguasaan bola yang "dikorbankan"

Pesepak bola Persib Bandung Frets Butuan (kiri) berebut bola dengan pesepak bola PSM Makassar Hasim Kipuw (kanan) pada pertandingan Liga 1 di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali, Selasa (22/2/2022) malam. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/hp.

Keputusan direct football bukannya tanpa "tumbal." Angka penguasaan bola merosot drastis sejak pekan ke-24. Sangat jarang mencapai 45 persen. Dan pada dua laga terakhir (lawan Bhayangkara FC dan PSS), persentasenya selalu di bawah 30 persen saja.

Rata-rata possession ball sepanjang 6 laga teranyar Wiljan Pluim dan kawan-kawan hanya 36,17 persen. Bandingkan dengan catatan selama seri ketiga, atau sepanjang tujuh pertandingan, yakni 46,58 persen. Sebagai pencinta statistik, Joop Gall pasti tahu hal itu.

Gejala direct football sebenarnya sudah terlihat sejak laga pekan ke-21 lawan Barito Putera, yang merupakan kemenangan terakhir PSM. Tapi, pergeseran mindset dari mengutamakan permainan dinamis menjadi hasil akhir bisa menjadi pedang bermata dua.

Baca Juga: Imbang Lawan PSS, Pelatih PSM: Harusnya Kita Lebih Efisien

Berita Terkini Lainnya