TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Roda Nasib PSM Makassar yang Berputar Kencang Setahun Terakhir

Dari kandidat degradasi menjadi calon terkuat juara Liga 1

Pesepak bola Persikabo 1973 Pushniakou Siarhei (kanan) berebut bola dengan pesepak bola PSM Makassar Arfan (kiri) saat pertandingan Liga 1 di Stadion Kompyang Sujana, Denpasar, Bali, Selasa (15/2/2022). ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/aww.

Makassar, IDN Times - Sebuah pepatah mengatakan bahwa roda nasib selalu berputar. Dan hal tersebut benar-benar dirasakan oleh PSM Makassar. Musim 2021-22 lalu jadi yang paling buruk sepanjang sejarah mereka selama satu abad lebih. Pasukan Ramang harus berjibaku untuk lepas dari ancaman degradasi hingga pekan-pekan terakhir.

Perjalanan PSM musim lalu dengan sandungan tunggakan gaji 19 pemain yang mencapai lebih dari Rp5,5 miliar. Perjalanan dalam turnamen pramusim Piala Menpora bahkan dibayangi sanksi larangan pendaftaran pemain dari FIFA yang dijatuhkan sejak Maret 2021. Beruntung hukuman tersebut sudah diputihkan pada 26 Agustus 2021, tepat sehari sebelum kick off kompetisi, karena manajemen PSM sudah menyelesaikan kewajibannya.

1. PSM harus berjuang hingga pekan ke-33 untuk terhindar dari degradasi

Gelandang PSM Makassar Wiljan Pluim (kiri) dikawal oleh gelandang Persiraja Banda Aceh Alvin Nasution (kanan) dalam lanjutan pekan ke-33 BRI Liga 1 2021/22 di Stadion Kompyang Sujana Denpasar, Jumat 25 Maret 2022. (Dok. PT Liga Indonesia Baru)

Awal perjalanan di musim 2021-22 sendiri diawali oleh pergantian pelatih. Milomir Seslija menjadi juru taktik sejak 8 Juli, dan harus berjuang dengan kualitas mayoritas rekrutan lokal baru yang lebih sering bermain di level Liga 2. PSM sempat berada dalam zona lima besar, sebelun terjun bebas ke papan tengah. Imbasnya, Milo dipecat pada 25 November 2021.

Datangnya Joop Gall di putaran kedua tak membawa dampak signifikan. PSM hanya bisa menang empat kali saat ditangani pelatih berpaspor Belanda tersebut. Sisanya adalah enam kali seri dan tujuh kekalahan.

Untuk finis di peringkat 14 dengan perolehan poin 38, mereka harus bersusah payah menekuk Persiraja Banda Aceh dengan skor 1-0, pada laga pekan ke-33 pada 25 Maret 2022. Gol tunggal Ferdinand Sinaga jadi penyelamat PSM dari mimpi buruk degradasi. Tak heran, nyaris seluruh pemain dan staf pelatih menyambut tiga poin tersebut dengan isak tangis kebahagiaan.

2. Persiapan tak optimal lantaran sanksi FIFA yang menjerat sebelum musim 2021-22 dimulai

Para pemain PSM Makassar saat berlatih jelang laga pekan kedua BRI Liga 1 2021/22 di Stadion Pajajaran, Kota Bogor, Jumat 10 September 2021. (Dok. MO PSM Makassar)

Ada banyak faktor yang membuat PSM tak bisa tampil maksimal musim itu. Hasil PCR positif sejumlah pemain, sebagai syarat mutlak untuk berlaga, membuat anak asuh Joop Gall kerap tak bisa turun dengan susunan tim terbaik. Selain itu, jadwal padat di mana mereka bermain dengan jeda waktu 3-4 hari sangat menguras kebugaran Wiljan Pluim dkk.

Di sisi lain, sanksi FIFA diakui menjadi faktor terbesar yang membuat persiapan PSM di 2021-23 tak optimal.

"Persiapan yang kita lakukan sebelum kompetisi bergulir dalam beberapa hal memang tidak cukup untuk berkompetisi secara ideal," tulis Direktur Utama PSM saat itu, Munafri Arifuddin, melalui akun Twitter pribadinya @appi_mika pada 15 Maret 2022.

"Dengan adanya pembatasan dan keterbatasan yang hampir saja mengubur keinginan kita bersama waktu itu," lanjut Appi'.

Baca Juga: Indonesia Vs Burundi, Siapa Pemain PSM Bakal Jadi Starter?

Berita Terkini Lainnya