Roda Nasib PSM Makassar yang Berputar Kencang Setahun Terakhir
Dari kandidat degradasi menjadi calon terkuat juara Liga 1
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Sebuah pepatah mengatakan bahwa roda nasib selalu berputar. Dan hal tersebut benar-benar dirasakan oleh PSM Makassar. Musim 2021-22 lalu jadi yang paling buruk sepanjang sejarah mereka selama satu abad lebih. Pasukan Ramang harus berjibaku untuk lepas dari ancaman degradasi hingga pekan-pekan terakhir.
Perjalanan PSM musim lalu dengan sandungan tunggakan gaji 19 pemain yang mencapai lebih dari Rp5,5 miliar. Perjalanan dalam turnamen pramusim Piala Menpora bahkan dibayangi sanksi larangan pendaftaran pemain dari FIFA yang dijatuhkan sejak Maret 2021. Beruntung hukuman tersebut sudah diputihkan pada 26 Agustus 2021, tepat sehari sebelum kick off kompetisi, karena manajemen PSM sudah menyelesaikan kewajibannya.
1. PSM harus berjuang hingga pekan ke-33 untuk terhindar dari degradasi
Awal perjalanan di musim 2021-22 sendiri diawali oleh pergantian pelatih. Milomir Seslija menjadi juru taktik sejak 8 Juli, dan harus berjuang dengan kualitas mayoritas rekrutan lokal baru yang lebih sering bermain di level Liga 2. PSM sempat berada dalam zona lima besar, sebelun terjun bebas ke papan tengah. Imbasnya, Milo dipecat pada 25 November 2021.
Datangnya Joop Gall di putaran kedua tak membawa dampak signifikan. PSM hanya bisa menang empat kali saat ditangani pelatih berpaspor Belanda tersebut. Sisanya adalah enam kali seri dan tujuh kekalahan.
Untuk finis di peringkat 14 dengan perolehan poin 38, mereka harus bersusah payah menekuk Persiraja Banda Aceh dengan skor 1-0, pada laga pekan ke-33 pada 25 Maret 2022. Gol tunggal Ferdinand Sinaga jadi penyelamat PSM dari mimpi buruk degradasi. Tak heran, nyaris seluruh pemain dan staf pelatih menyambut tiga poin tersebut dengan isak tangis kebahagiaan.
Baca Juga: Indonesia Vs Burundi, Siapa Pemain PSM Bakal Jadi Starter?