TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

[KLASIK] Kontribusi PSM Makassar di Panggung Piala Asia 2007

Saat penggawa Juku Eja unjuk gigi bersama tim nasional

Pelatih timnas Indonesia Ivan Kolev (kanan) memberikan instruksi pada anak asuhnya saat latihan resmi menjelang pertandingan persahabatan internasional di Stadion Lebak Bulus Jakarta, Selasa (19/6/2007). Timnas Indonesia akan melakoni pertandingan melawan timnas Jamaika pada hari Kamis 21 Juni dan timnas Oman pada hari Minggu 24 Juni di Stadion Gelora Bung Karno Senayan. (ANTARA FOTO/Andika Wahyu)

Makassar, IDN Times - Helatan Piala Asia 2007 menyimpan banyak catatan menarik. Di bawah komando pelatih asal Bulgaria, Ivan Venkov Kolev, Timnas ingin coba melaju lebih jauh ketimbang langsung berhenti di babak penyisihan grup. Terlebih, status tuan rumah (bersama tiga negara ASEAN lain) sudah cukup menjadi pelecut.

Usai kegagalan di AFF Cup pada Januari, Kolev diberi tugas menyusun tim selama lima bulan. Memang singkat, namun pengalaman membesut Merah Putih di tahun 2002 hingga 2004 sudah cukup menjadi acuan tim macam apa yang akan dia bentuk.

Laga demi laga Ligina dan Copa Indonesia ia datangi. Seleksi dilakukan lewat pertimbangan matang. Sebanyak 36 pemain sempat terpilih dalam kerangka awal, sebelum diciutkan menjadi 23 orang sebagai tim inti, dua di antaranya adalah pemain PSM Makassar.

Berikut IDN Times menyajikan jejak PSM di panggung bergengsi Asia, dalam tahun yang dikenang sebagai masa khalayak menumbuhkan lagi rasa cinta terhadap tim nasional.

1. Syamsul Chaeruddin

Pemain timnas Indonesia Erol FX Iba (2kiri) menggiring bola dibayangi Maman Abdurrahman (kiri) dan disaksikan Syamsul Chaeruddin (paling kanan) dalam latihan di Stadion Jaka Baring, Palembang, Jumat (29/6/2007). Timnas Indonesia akan menjamu timnas Liberia dalam pertandingan persahabatan pemanasan Piala Asia 2007, Sabtu (30/6/2007) malam. (ANTARA FOTO/Prasetyo)

Pelatih PSM boleh saja bergonta-ganti dari tahun 2005 hingga 2007, namun semua sepakat Syamsul Chaeruddin adalah nyawa di lini tengah PSM. Sebagai gelandang, sosok kelahiran Gowa, 8 Februari 1983 ini, punya peran ganda: penghubung antarlini sekaligus penghancur serangan lawan.

Anekdot jika Syamsul punya "empat paru-paru" mungkin berlebihan. Tapi setiap bermain, ia menjejaki setiap sisi lapangan tanpa lelah di wajahnya. Menyerang? Ia lihai. Bertahan? Ia tak kenal ampun. Tipe gelandang seperti ini tentu membuat girang semua juru taktik.

Ban kapten yang tersemat sejak Ligina 2003 adalah isyarat bahwa produk binaan tim junior ini jadi aset Juku Eja paling berharga di awal milenium baru. Tampil memikat di level klub membuatnya jadi langganan di timnas kelompok umur.

Ivan Kolev pertama kali memanggilnya ke Timnas Senior untuk Piala Asia 2004 di China. Syamsul tampil di seluruh pertandingan Grup A. Hal yang sama turut dilakukan oleh Peter White pada dua edisi AFF Cup (2004 dan 2007). Pasca-pemecatan The Englishman, Kolev kembali tangani Timnas untuk helatan tingkat benua.

Sekali lagi, pelatih boleh bergonta-ganti. Namun memanggil Syamsul memperkuat Merah Putih adalah sebuah hal niscaya (kala itu).

Baca Juga: [Klasik] Kiprah Para Striker PSM di Liga Indonesia Musim 2007

2. Ahmad Amiruddin

Dua pemain timnas Indonesia Atep (tengah) menendang bola dengan dibayangi pemain timnas lainnya Ahmad Amiruddin (kanan) dan disaksikan pelatih timnas Ivan Kolev (kiri) saat latihan menjelang pertandingan terakhir melawan Korea Selatan di Grup D Piala Asia 2007 di lapangan PSSI Jakarta, Senin (16/7/2007). Indonesia akan memainkan laga penentuan lolos tidaknya ke babak perempat final turnamen tersebut melawan Korea Selatan pada hari Rabu, 18 Juli depan. (ANTARA FOTO/Andika Wahyu)

Ahmad Amiruddin dikenal sebagai winger eksplosif. Putra asli Bone ini acapkali tampil menjadi pemecah kebuntuan atau pembuka keunggulan. Skill olah bolanya mumpuni, kerap hadirkan teror bagi bek-bek lawan.

Dipercaya masuk tim senior PSM pada Ligina 2004, sinar Ahmad Amiruddin baru melesat pada tahun 2006. Sang winger jadi pelengkap pas bagi Alessandro Crespo dan Alexandre Santos (keduanya hanya bertahan setengah musim), kemudian duo Ronald Fagundez - Aldo Barreto. Sepanjang Ligina 2006, ia mengemas 7 gol dan sejumlah asis.

Penampilan konsisten berlanjut pada Ligina 2007. Sinyal-sinyal bahwa Amir, sapaan akrabnya, bakal dipanggil ke Timnas jelang Piala Asia jadi kenyataan pada bulan April. Namanya tertera di daftar awal. Dan usai dua bulan seleksi ketat plus serangkaian uji coba, di mana ia bermain dua kali, ia berhasil menembus skuad inti.

Bagi pemain berusia 24 tahun saat itu (sepantaran dengan Syamsul), menerima panggilan membela panji negara di ajang internasional adalah sesuatu yang tak boleh ditolak.

Baca Juga: [KLASIK] 3 Klub Sulawesi Pesaing PSM Makassar di Ligina 2007

Berita Terkini Lainnya