TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sudah Sampai Mana Progres Pengembangan Vaksin untuk Wabah COVID-19?

Ada tiga tahap uji coba yang harus lebih dahulu dilakukan

Pexels.com/cottonbro

Makassar, IDN Times - Dari hari ke hari, wabah COVID-19 belum juga menunjukkan tanda-tanda akan melambat. Berdasarkan data Center for System Science and Engineering (CSSE) per Jumat (27/3) petang, sudah ada 542.788 kasus di seluruh dunia. Pusat penyebaran virus pun berpindah dari Tiongkok ke Eropa.

Seiring dengan status pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia WHO, orang-orang mulai mengalihkan perhatian pada sejauh mana progres pengembangan vaksin. Menurut laporan Bloomberg pada Kamis (26/3) kemarin, firma bioketnologi Moderna di Boston AS segera memasuki tahap uji coba vaksin yang mereka kembangkan pada manusia.

Lebih jauh, dilaporkan bahwa sudah ada sedikitnya 35 perusahaan dan lembaga akademik berlomba-lomba mengembangkan vaksin. Empat diantaranya sudah melakukan pengujian terhadap hewan. Sedang Tiongkok jadi yang pertama melakukan inisiatif pembuatan vaksin pada pertengahan Januari silam.

1. Beberapa lembaga ilmu pengetahuan mulai mengembangkan vaksin COVID-19, seperti CEPI yang mengajak serta University of Queensland

CEPI.net

Tetapi sebenarnya, para ilmuwan tak cuma berpacu dengan waktu dan berhari-hari berdiam di dalam laboratorium untuk mencari vaksin.  Mereka juga sedang mempelajari dengan saksama virus corona, biang kerok dari seluruh penyakit pernapasan akut mulai dari SARS, MERS hingga COVID-19.

"Kecepatan yang kami miliki (untuk mempelajari potensi kemungkinan tersebut) sangat bergantung pada dana investasi untuk memahami bagaimana mengembangkan vaksin untuk virus corona lain," ungkap Richard Hatchett, CEO organisasi nirlaba Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI) yang bermarkas di Oslo, Norwegia, seperti dikutip dari The Telegraph.

CEPI, melalui situs resminya pada Kamis (26/3) kemarin, mengumumkan telah mendapat dana hibah dari pemerintah Inggris sebesar 270 juta Euro atau sekitar Rp4,8 triliun.

CEPI sendiri telah menjalin kerja sama dengan 8 pihak dalam pengembangan vaksin COVID-19, mulai dari perusahaan farmasi dan lembaga universitas. Ada CureVac yang dibantu Uni Eropa, Inovio Pharmaceuticals, Moderna, Novavax, Hong Kong University, Oxford University, Queensland University dan konsorsium milik Institut Pasteur di Prancis.

Baca Juga: Panglima TNI: Hari Ini Obat Virus Corona Tiba dari Tiongkok

2. Saat ini ilmuwan sedang berusaha menggali informasi sebanyak-banyaknya dari virus strain baru coronavirus tersebut

Ilustrasi Corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Mari sedikit berbicara ilmiah. COVID-19 memiliki 80%-90% persamaan dengan SARS. Keduanya terdiri dari strip asam ribonukleat (RNA) di dalam kapsul protein bulat yang diselimuti "paku". Paku-paku ini berfungsi melekatkan virus pada reseptor permukaan sel yang melapisi paru-paru manusia, sehingga virus bisa menyusup masuk ke dalam sel. Begitu masuk, virus tersebut pun melakukan kerja biadabnya: membajak mesin reproduksi sel untuk menghasilkan lebih banyak salinan dirinya sendiri.

Vaksin bekerja dengan prinsip yang sama. Mereka dimasukkan ke tubuh manusia sembari membawa sebagian atau semua patogen ke sistem kekebalan manusia, demi mendorong sistem imun menghasilkan antibodi terhadap patogen. Antibodi pun bisa dengan cepat dimobilisasi jika orang tersebut terpapar virus dalam bentuk alami.

Secara tradisional, imunisasi pun menggunakan konsep yang hampir serupa yakni menggunakan bentuk virus yang hidup, dilemahkan, atau sebagian atau seluruh virus setelah tidak diaktifkan oleh panas atau bahan kimia.

Beberapa strategi baru sudah dikembangkan beberapa firma farmasi dalam pembuatan vaksin COVID-19. Strain yang baru membuat mereka harus memutar otak lebih kencang. Namun yang menjadi strategi utama para pengembang vaksin ini adalah melihat segala kemungkinan. Mereka coba meragamkan jenis vaksin lewat setiap keping informasi yang senantiasa mereka baca dan lihat.

3. Namun sebelum mulai dipakai, vaksin harus melalui tiga tahap pengujian

ANTARA FOTO/REUTERS/David Ryder

Jika telah rampung, ada tiga tahapan pengujian yang harus dilewati. Pertama, menguji vaksin untuk keamanan sekaligus memantau efek sampingnya dengan melibatkan beberapa puluh sukarelawan. Kedua, melibatkan ratusan orang di wilayah yang memiliki kasus virus tersebut. Ketiga, melibatkan beberapa ribu orang.

Namun di setiap tahapan pengujian ini, akan ada banyak vaksin hasil eksperimen yang gagal. Ada banyak alasannya. Mulai dari vaksin yang ternyata tidak aman, tidak efektif atau malah gabungan dari keduanya. COVID-19 adalah patogen baru, dan tidak ada vaksin yang dengan bahan genetik yang disetujui hingga saat ini. Alhasil, vaksin COVID-19 akan menjadi vaksin yang sama sekali baru.

Pada 1960-an, sebuah vaksin diuji coba kepada virus RSV yang menyerang sistem pernapasan bayi. Ternyata, hasilnya justru memperburuk gejala pada bayi yang tertular virus. Saat vaksin untuk SARS dikembangkan, efek serupa juga dialami oleh hewan-hewan eksperimen.

Baca Juga: WNI Asal Sulsel Rasakan Lockdown Polandia, Pelanggar Didenda Rp15 Juta

Berita Terkini Lainnya