TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Viral Video Hujan Es di Maros, Ini Penjelasan BMKG IV Makassar

Perekam menunjukkan kepingan es saat hujan terjadi

Ilustrasi hujan (IDN Times/Besse Fadhilah)

Makassar, IDN Times - Baru-baru ini sebuah video viral di media sosial menunjukkan hujan deras disertai butiran es. Video berdurasi 2 menit 9 detik itu direkam seorang warga. Fenomena tersebut disebut-sebut terjadi di kawasan Jalan Bandara Lama, Mandai, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.

Dalam rekaman video yang beredar, nampak seseorang mengambil dan memegangi butiran serupa serpihan es batu dari lantai rumahnya. Bagaimana penjelasan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atas fenomena hujan es itu?

1. Penjelasan BMKG soal fenomena hujan es

Tangkapan layar video hujan es Jalan Bandara Lama, Mandai, Maros, Sulsel/Istimewa

Prakirawan BBMKG Wilayah IV Makassar, Hanafi, mengaku telah menerima informasi soal kejadian tersebut. Hanafi menjelaskan penyebab hujan disertai butiran es bisa terjadi.

"Awan itu terdiri dari zat padat, zat cair, kemudian berupa gas. Di puncak awan itu ada kristal-kristal es. Pada kondisi tertentu ada angin mengarah ke bawah mendorong kristal es tersebut," jelas Hanafi kepada jurnalis saat dikonfirmasi, Senin (9/11/2020).

Baca Juga: BMKG Ingatkan Gubernur Potensi Dampak La Nina di Sulsel

2. Awan padat belum sempat mencair sebelum jatuh ke permukaan bumi

Ilustrasi. Petugas Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memeriksa alat ukur penguapan (Open Pan Evaporimeter) di Laboratorium BMKG Serang, Banten (ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman)

Hanafi mengungkapkan, salah satu faktor terjadinya hujan disertai butiran es karena kepadatan kristal di awan yang menggumpal belum sempat melebur dan menjadi cair. Sehingga angin yang bertiup mendorong massa awan yang padat.

"Jadi massa awan ini belum berubah menjadi air, tapi sudah sampai ke permukaan bumi. Itu kasusnya sudah sering terjadi itu. Itulah yang kita lihat berupa kristal-kristal es," ungkap Hanafi.

Kondisi ini, kata Hanafi, biasanya terjadi pada peralihan musim. Dari musim kemarau ke musim hujan. "Jadi kondisi udara belum stabil sehingga awan-awan yang seharusnya segera bercampur mejadi air dipaksa turun oleh tiupan angin itu," ucap Hanafi.

Baca Juga: Puncak La Nina Desember 2020 Saat Musim Hujan, BMKG: Waspada! 

Berita Terkini Lainnya