Nelayan Kodingareng Merasa Diteror karena Polisi Kerap Datang
Ada nelayan yang memilih meninggalkan rumahnya di pulau
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Koalisi Selamatkan Laut Indonesia bersama Aliansi Selamatkan Pesisir (ASP) memaparkan kondisi terkini masyarakat nelayan dan perempuan Pulau Kodingareng di Makassar. Masyarakat setempat selama ini getol berjuang menolak penambangan pasir laut di wilayah tangkap mereka.
Pada konferensi pers yang digelar secara virtual, Senin (28/9/2020), Aliansi menghadirkan seorang nelayan Kodingareng bernama Daeng Pasang. Pasang mengungkapkan bahwa dia dan masyarakat setempat hingga kini merasa terintimidasi dan seperti diteror oleh aparat kepolisian.
"Kalau sekarang-sekarang ini masih ada kita rasakan. Polair biasa datang baru foto-foto rumah warga (nelayan) yang dia cari," kata Daeng Pasang, Senin.
Baca Juga: Sulit Temui Nurdin, Perempuan Kodingareng: Kami Juga Rakyat Sulsel
1. Polisi sempat masuk sampai ke dalam rumah nelayan
Daeng Pasang menerangkan, masyarakat mulai mendapat intimidasi aparat sejak sering berdemonstrasi menolak penambangan pasir. Salah satu aksi digelar di dekat kapal pengeruk pasir yang beraktivitas di tengah laut, pada Sabtu 12 September 2020 lalu. Saat itu pengunjuk rasa dituding merusak kapal penambang.
Polisi sempat menangkap 12 orang yang terdiri dari nelayan, jurnalis kampus, dan aktivis lingkungan. Meski semuanya dibebaskan, polisi kemudian disebut beberapa kali mendatangi Kodingareng.
"Di situ alasannya mau silaturahmi, tertnyata masuk ke rumah warga yang dia cari. Sampai bongkar lemari, katanya cari baju warga yang dipakai aksi," Daeng Pasang bercerita.
Baca Juga: WALHI-KIARA Jelaskan Dampak Tambang Pasir terhadap Nelayan Kodingareng