Masjid Raya Makassar, Sejarah, Arsitektur Unik, dan Alquran Raksasa
Desain awal terinspirasi dari model pesawat bomber B-29
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Masjid Raya Makassar di Sulawesi Selatan (Sulsel), memiliki kemegahan arsitektur bangunan. Masjid ini juga ternyata menyimpan banyak sejarah mengenai perjuangan rakyat mengusir penjajah.
Salah satu masjid terbesar di Makassar ini dibangun di awal-awal masa kemerdekaan Indonesia. Saat itu sebagian daerah di Nusantara masih diduduki tentara Belanda-NICA.
Tak banyak yang tahu, desain awal bangunan masjid ini sebelum direnovasi menyerupai model pesawat pengebom milik tentara sekutu di Perang Dunia II.
"Bangunan Masjid Raya lama dirancang Mohammad Soebardjo, pemenang sayembara desain masjid yang (bentuknya menyerupai badan pesawat pengebom (Bomber) B-29," kata Imam Rawatib II Masjid Raya Makassar M Syahrir saat berbincang dengan IDN Times, Jumat (30/4/2021).
Baca Juga: Riwayat Masjid Arab Berusia Seabad di Pecinan Makassar
1. Pembangunan masjid diwarnai insiden berdarah
Mengutip sejumlah riset ilmiah, Syahrir mengatakan rancangan masjid terinspirasi bentuk badan pesawat bukan karena tanpa alasan. Itu dianggap mewakili kekhawatiran masyarakat Makassar terhadap B-29 yang kerap lalu lalang di langit kota.
"Kurang lebih seperti itu yah kalau dalam penelitian sejarahnya," ucap Syahrir.
Masjid Raya Makassar berdiri di tanah bekas lapangan sepak bola seluas 1,3 hektar. Pembangunan diprakarsai sesepuh sekaligus pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Sulawesi Selatan Anregurutta Kiyai Haji Ahmad Bone pada tahun 1947. Setelah itu dibentuklah panitia dan KH Mukhtar Luthfi terpilih sebagai ketua panitia pembangunan masjid.
Setahun kemudian tepatnya 1948, dimulai peletakan batu pertama pembangunan masjid. Hingga akhirnya pada 27 Mei 1949, Masjid Raya Makasar diresmikan dan sudah bisa digunakan beribadah.
Syahrir mengatakan, masjid saat itu bukan cuma tempat beribadah, melainkan juga tempat berkumpul para pejuang. Pada 5 Agustus 1950 terjadi insiden berdarah saat tentara KNIL menembak mati ulama masjid karena dianggap masih memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.
Sehari sebelum peristiwa penembakan, tepatnya pada 4 Agustus, ulama itu ikut membantu mengurai dan menerangkan kepada masyarakat dan jemaah di masjid soal proklamasi lewat khutbah Jumat.
Baca Juga: FOTO: Uniknya Masjid di Makassar yang Menyerupai Kabbah
Baca Juga: Pembangunan Masjid 99 Kubah Makassar Dilanjut, Dianggarkan Rp45 Miliar