Mahasiswa Tewas saat Diksar, BEM Nilai Unhas 'Cuci Tangan'
Unhas dianggap tidak punya sense of crisis
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Hasanuddin menilai pembekuan aktivitas Mapala 90 adalah bentuk 'cuci tangan' kampus terhadap peristiwa tewasnya mahasiswa Teknik saat diksar di Maros.
Ketua BEM Unhas Imam Mobilingo mengatakan, pembekuan Mapala 09 Teknik menunjukkan bahwa seolah-olah Dekanat Teknik ingin bersama-sama kepolisian untuk menyelidiki peristiwa ini. Namun di sisi lain melupakan bahwa kegiatan Mapala mendapat izin dekanat.
"Makanya, kami menyatakan bahwa pembekuan lembaga (Mapala 09) adalah salah satu bentuk cuci tangan dari dekanat (Teknik). Kita baru tahu ternyata itu ada izin," kata Imam kepada IDN Times Sulsel, Jumat pagi (20/1/2023).
Mahasiswa Unhas bernama Virendy Marjefy (19) tewas saat mengikuti Diksar Mapala Unhas di Kecamatan Tompobulu, Maros, Sabtu pagi (14/1/2023) . Sementara kabar kematian bari diketahui keluarga korban pada Sabtu sore.
Baca Juga: Selidiki Tewasnya Mahasiswa Mapala Unhas, Polisi akan Periksa Dosen
1. Pihak Unhas dianggap tidak punya sense of crisis
Imam juga menganggap pihak Unhas tidak punya sense of crisis atau kepekaan dalam menghadapi krisis. Sebab pihak kemahasiswaan kampus dianggap dengan mudah memberikan izin kegiatan.
"Langsung diberikan izin begitu saja, harusnya mereka (Unhas) cari tahu dulu apa kegiatan itu aman atau tidak, sudah ada pemberitahuan ke polisi atau tidak," ucap Imam.
"Makanya kami lantang menyampaikan, pihak kampus harus bertanggung jawab penuh, karena mereka memberikan izin tersebut," Imam melanjutkan.
Baca Juga: Kematian Virendy, BEM Unhas Desak Polisi Periksa Pihak Rektorat