TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Perang Elite di Dapil Sulsel I DPR RI, Menteri Hingga Ketua Parpol

Parpol harus bekerja lebih optimal

Ilustrasi Pemilu (IDN Times/Arief Rahmat)

Makassar, IDN Times - Pemilu 2024 di Sulawesi Selatan diprediksi bakal jadi arena perang bintang. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) juga bakal bersaing berebut kursi DPR RI Dapil Sulsel I. 

Selain SYL, nama yang mencuat kebanyakan tokoh elit di parpol masing-masing. Golkar misalnya, siap mengusung Hamka B Kady yang notabene bukan orang baru. Dia telah menjadi wakil rakyat di Senayan mewakili Dapil Sulsel I selama dua periode yakni 2014-2019 dan 2019-2024. Ada pula Ajiep Padindang yakni politisi senior Golkar yang saat ini masih tercatat sebagai Anggota DPD RI Periode 2019-2024. 

Kemudian dari sisi kepala daerah, ada Bupati Jeneponto Iksan Iskandar dan Bupati Selayar Basli Ali yang juga dari Golkar. Teranyar yaitu istri eks Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah, Liestiaty Fachruddin.

PDI Perjuangan pun tak mau kalah. Ketua DPD PDI Perjuangan, Andi Ridwan Wittiri, serta Sekretarisnya Rudy Pieter Goni juga bakal meramaikan pertarungan di Dapil Sulsel I ini. Kemudian ada Fadli Ananda yang pernah maju dalam Pilkada Kota Makassar 2020 silam.

Di kubu PPP, mengemuka nama Amir Uskara yang tidak lain adalah Wakil Ketua Umum DPP PPP dan berstatus petahana karena masih tercatat sebagai anggota DPR RI perode 2019-2024. Sementara di kubu PKB, ada Syamsu Rizal yang pernah menjabat Wakil Wali Kota Makassar periode 2013-2018. Kemudian di kubu PAN, nama Ashabul Kahfi yakni Ketua DPW PAN Sulsel sekaligus anggota DPR RI saat ini masih menjadi andalan.

Baca Juga: KPU Sulsel Verifikasi Berkas Bacaleg dan Bakal Calon DPD

1. Para figur akan fokus di daerah asal masing-masing

Ilustrasi Pemilu (IDN Times/Arief Rahmat)

Menanggapi persaingan elit politik tersebut, Pengamat Politik Universitas Hasanuddin, Andi Ali Armunanto, berpandangan bahwa persaingan di Dapil Sulsel I ini akan sangat ketat. Selain karena ada petahana juga ada tokoh-tokoh populer yang akan maju lewat Dapil Sulsel I ini seperti nama-nama tersebut. 

Sederet nama-nama terkenal tersebut tentu akan meramaikan sekaligus memanaskan pertarungan di Dapil Sulsel I ini. Ali menilai figur-figur itu akan saling menganggu. Pasalnya, tokoh-tokoh itu nantinya hanya akan berfokus mendulang suara di daerahnya masing-masing. 

"Jadi kemungkinan yang akan masuk ini adalah orang-orang yang bisa mengoptimalkan semua potensi pengaruhnya dalam satu wilayah yang mampu mereka kontrol," kata Ali.

Ini semua, kata Ali, akan membuat caleg menyempit dalam artian jangkauan politiknya hanya dimaksimalkan pada daerah-daerah tertentu saja. Misalnya, Iksan Iskandar akan mempersempit dan mengoptimalkan ruang geraknya di Jeneponto, demikian juga Syamsari Kitta di Takalar. SYL kemungkinan masih bisa merangkul beberapa daerah tapi dengan intensivitas tokoh lainnya tentu akan mengganggu prgerakan SYL sendiri.

"Ini akan saling mengganggu. Jadi memang potensinya,  pertarungannya akan sangat ketat dan karena kecenderungannya caleg akan mempersempit fokusnya untuk mengoptimalkan sebuah wilayah ini juga akan berimbas ke caleg2 yang lain untuk memperluas ruang geraknya," katanya.

2. Parpol harus optimalkan kinerja hingga level terbawah

(IDN Times/Sukma Shakti)

Ali menekankan bahwa kinerja parpol harus dioptimalkan jika ingin meraih kursi di Dapil Sulsel I. Artinya, parpol harus bekerja semaksimal mungkin sampai ke level terbawah seperti tingkat kelurahan, bahkan tingkat RT/RW agar bisa menajamkan pengaruhnya. 

Persoalannya saat ini, kata dia, banyak parpol yang malas dan hanya mengandalkan caleg-calegnya. Bahkan dia menyebut caleg yang intens bekerja di level bawah hanya caleg-caleg lokal tingkat DPRD kabupaten/kota, sementara kebanyakan caleg-caleg  DPR RI hanya menumpang di caleg-caleg yang ada di bawahnya DPRD kota maupun DPRD provinsi. 

"Persoalannya adalah parpol hanya tergantung kinerja caleg, tidak tergantung dengan kerja mesin partainya. Ini yang membuat performa partai itu kurang menggigit kalau mereka tidak berhasil mendapatkan caleg-caleg yang tunduk," kata Ali.

Sebenarnya, kata Ali, kinerja parpol bisa ditingkatkan dengan mengoptimalkan mesin partai hingga ke level bawah sehingga sosialisasinya bisa berjalan seiring dengan pergerakan caleg-caleg. Kemudian, partai juga bisa memantau pergerakan calegnya.

"Bisa membantu, semua kekurangan calegnya, demikian juga mereka bisa menciptakan hubungan timbal balik antara caleg dengan partai," katanya.

Baca Juga: KPU: 35,9 Persen Bacaleg DPRD Makassar Perempuan

Berita Terkini Lainnya