TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Lontara Project Pamerkan Legenda Pangeran Mamuju di Museum Jerman

Lukisan La Salaga memukau pengunjung Stadtmuseum Dresden

Seorang pengunjung pameran Indonesischer Abend 2022 di Stadtmuseum Dresden sedang membaca buku dongeng legenda La Salaga. (Dok. Lontara Project)

Makassar - Lukisan La Salaga, hasil kolaborasi Komunitas Lontara Project dan Atelier KITLV di tahun 2021, dipamerkan di Stadtmuseum Dresden Jerman pada Sabtu 15 Oktober lalu. Ini adalah bagian dari acara Indonesischer Abend 2022 yang diselenggarakan FORMID (Forum Masyarakat Indonesia Dresden) dan KBRI Berlin untuk memperingati 70 tahun hubungan bilateral antara Indonesia dan Jerman.

Berbicara kepada IDN Times pada Kamis (20/10/2022), Louie Buana --salah satu pendiri Lontara Project-- tak dapat menyembunyikan rasa bahagianya.

"Perasaan saya bangga sekaligus haru. Pertama kalinya La Salaga, dalam bentuk lukisan dan buku cerita bisa dipamerkan di luar negeri, apalagi termasuk dalam rangkaian acara perayaan 70 tahun hubungan bilatetal antara Indonesia dan Jerman," ujarnya.

"Jerih payah teman-teman yang terlibat (Lontara Project dan Ikatan Ahli dan Sarjana Indonesia Jerman) terbayar dengan apresiasi yang tinggi dari publik Jerman," sambung Louie.

Baca Juga: Melestarikan Budaya Bugis-Makassar dalam Motif Batik Lontara

1. Legenda La Salaga adalah kisah riwayat hidup pangeran berdarah Mamuju dan Badung

Salah satu halaman buku dongeng "Legenda La Salaga", hasil proyek kolaborasi antara KITLV Leiden dan Lontara Project. (Dok. La Salaga Project)

Berukuran 3x1,5 meter, La Salaga adalah proyek yang digarap Louie bersama Kathryn Wellen dari KITLV tahun lalu. Sedang bertindak sebagai pelukisnya adalah I Made Sesangka Puja Laksana, seorang seniman asal Desa Kamasan, Klungkung, Bali.

Lukisan tersebut bercerita tentang legenda La Salaga, seorang pangeran berdarah Mamuju (Sulawesi Barat) dan Badung (Bali), yang tertera dalam Lontara Mandar. Besar di dua pulau, ia dikenal sebagai prajurit jempolan nan perkasa. Reputasinya di medan perang membuatnya dihormati. Bahkan, tetua adat Mandar memintanya menjadi Mara'dia (Raja) negeri Mamuju dan Pamboang.

Tak cuma lukisan, buku dongeng berisi narasi trilingual (Bahasa Mandar, Indonesia dan Inggris) juga dipamerkan pada pengunjung. Diluncurkan pada Maret silam, buku tersebut digarap oleh Aditya Bayu Perdana dan Ghina Amalia Yuhania, dua ilustrator muda.

Yang unik, kartu-kartu Tarot La Galigo karya ilustrator muda Alan Fajar Ma'aarij juga dipajang. Dengan narasi yang disusun oleh Louie, kartu tersebut adalah visualisasi dari karakter dan kejadian-kejadian dalam epos La Galigo asal Sulawesi Selatan, dengan mengangkat tema kosmopolitanisme dan fantasi.

2. Lontara Project juga menyuguhkan sesi story tellling yang memadukan budaya Makassar dan Bali

Lontara Project dalam sesi story telling legenda La Salaga dalam acara Indonesischer Abend 2022 di Stadtmuseum Dresden, 15 Oktober 2022. (Dok. Lontara Project)

Selain itu, para pengunjung pameran juga disuguhkan story telling legenda La Salaga. Bertindak sebagai narator melalui rekaman video adalah Arief Daeng Rate, seniman sinrilik muda asal Makassar, yang menyenandungkan kisah dengan alat musik keso'-keso'.

I Made Naraya Sumaniaka, mahasiswa Indonesia yang sedang melanjutkan pendidikan di Belanda, memperagakan karakter-karakter dalam legenda tersebut dengan tarian khas Bali. Louie sendiri membawakan kisah ini dalam Bahasa Inggris.

Menurutu Louie, pengunjung yang datang Stadtmuseum mengaku penasaran untuk mencari tahu lebih dalam tentang kisah La Salaga.

"Setelah diberikan penjelasan mengenai kisah dan makna yang terkandung di balik karya-karya ini, mereka tidak hentinya menghujani pujian dan kekaguman. Karya-karya yang kami pamerkan terbukti mengundang perhatian pengunjung mulai dari yang berusia masih belia hingga lansia," jelas alumnus Universitas Gajah Mada tersebut.

Baca Juga: Serba-serbi Lontar, Flora Identitas Sulawesi Selatan

Berita Terkini Lainnya