Ziarah ke Babul Firdaus, Masjid Tertua di Makassar
Masjid Babul Firdaus dibangun Raja Gowa tahun 1893
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Di Sulawesi Selatan ada beberapa masjid yang usianya mencapai ratusan tahun, seperti Masjid Hilal Katangka di Kabupaten Gowa yang dibangun di tahun 1603 dan Masjid Tua Palopo di Kota Palopo yang dibangun di tahun 1604.
Selain kedua masjid tersebut, masih ada masjid tua di Kota Makassar yang usianya sudah mencapai 126 tahun, yaitu Masjid Babul Firdaus, di Jalan Kumala, Kelurahan Jongaya, Kecamatan Tamalate. Lokasinya berada di pinggiran Kota Makassar, yang lokasinya tidak jauh dari Rumah Sakit Bhayangkara.
Awalnya, masjid ini masuk ke wilayah Kabupaten Gowa, sebelum proyek perluasan wilayah dan perubahan nama Makassar menjadi Ujung Pandang, pada tahun 1971.
Masjid Babul Firdaus dulu bernama Masjid Gowa Jongaya, yang dibangun Raja Gowa ke-34 Imakkulau Daeng Serang Karaeng Lembang Parang Sultan Husain Tumenanga ri Bundu’na pada tahun 1893. Sultan Husain yang merupakan keturunan Sultan Hasanuddin, kala itu, memerintah di Istana Jongaya, sekitar 3 kilometer dari Benteng Somba Opu.
“Ini masjid ketiga yang dibangun oleh Kerajaan Gowa, setelah Masjid Tua Katangka dan Masjid Taeng di Gowa. Dibangun di lokasi ini karena pusat Kerajaan Gowa berpindah dari Katangka ke Jongaya,” jelas Husain, salah satu pengurus masjid.
1. Masjid ini dahulu dijadikan tempat mengatur strategi melawan Belanda
Meskipun Kerajaan Gowa sudah takluk dalam Perjanjian Bongaya pada tahun 1667 di era kepemimpinan Sultan Hasanuddin, perjuangan rakyat Gowa menentang penjajah tidak berhenti. Menurut Husain, Raja Gowa Sultan Husain sering menjadikan masjid ini untuk mengatur strategi perlawanan terhadap penjajah Belanda.
Sultan Husain meninggal dunia saat dikejar penjajah. Sultan Husain bersama istri dan keturunannya dimakamkan di samping masjid.
Sepeninggal Sultan Husain, perjuangan melawan Belanda dilanjutkan putranya, Andi Mappanyukki yang pernah memimpin pasukan Kerajaan Gowa dalam peperangan melawan Belanda pada tahun 1905, saat masih berusia 20 tahun. Dianggap sebagai pembangkang, Andi Mappanyukki diasingkan ke sejumlah daerah di Sulsel, seperti di Pulau Selayar dan Toraja.
Baca Juga: Masjid Tua Katangka, Saksi Sejarah Masuknya Islam di Sulsel
Baca Juga: [LINIMASA] Data dan Fakta Arus Mudik Lebaran 2019