Digitalisasi Layanan Pelindo Tekan Biaya Logistik di Pelabuhan
Penerapan PTOS-M mempersingkat port stay dan cargo stay
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Besarnya biaya logistik sangat memengaruhi daya saing suatu negara. Negara-negara maju cenderung memiliki rasio biaya logistik yang kurang dari sepuluh persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sementara itu, berdasarkan kajian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), biaya logistik di Indonesia saat ini mencapai sekitar 14,1 persen dari PDB.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional sekaligus sebagai Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan, ukuran biaya logistik nasional sangat penting bagi perekonomian. Pemerintah menargetkan biaya logistik bisa menurun hingga setidaknya sembilan persen pada tahun 2045. Biaya logistik yang semakin rendah berarti meningkatkan efisiensi ekonomi, sehingga dapat meningkatkan perdagangan internasional dan daya saing produk domestik.
“Biaya logistik yang rendah akan menghasilkan produk yang lebih terjangkau, sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” kata Suharso pada forum “Era Baru Biaya Logistik untuk Indonesia Emas 2045” yang disiarkan langsung di kanal YouTube Bappenas dari Jakarta, Kamis (14/9/2023).
“Mudah-mudahan cita-cita kita untuk kian menurunkan, sekarang sudah 14 koma sekian, bisa turun di bawah sepuluh dalam waktu tidak terlalu lama,” ucap Suharso.
Baca Juga: Pelabuhan Makassar Digitalisasi Layanan dengan Aplikasi PTOS-M
Peningkatan kinerja pelabuhan menurunkan biaya logistik
Karena Indonesia terdiri dari ribuan pulau, mata rantai pasok logistik bisa dipastikan banyak dipengaruhi alur transportasi laut. Pelabuhan memegang peranan penting dalam memastikan kelancaran arus barang antar pulau. Dalam hal ini Pelindo bertindak sebagai pengelola operasional dan pengembangan pelabuhan di Indonesia.
Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) Arif Suhartono menyebutkan tiga komponen utama biaya logistik, yaitu biaya transportasi, penyimpanan (inventory), dan administrasi. Adapun transportasi meliputi konektivitas angkutan darat, laut, dan udara.
“Selalu kami sampaikan, bahwa peran pelabuhan untuk kelancaran arus barang itu diterjemahkan dalam perpendek port stay sama cargo stay. Artinya apa, itu berdampak kepada energi yang digunakan,” kata Arif sebagai pembicara pada forum yang sama.
Cargo stay adalah waktu di mana barang sedang berada di pelabuhan. Sedangkan istilah port stay merujuk pada aktivitas kapal bersandar di pelabuhan, termasuk bongkar-muat dan pengurusan administrasi.
Arif mengungkapkan, salah satu tantangan biaya logistik di Indonesia selama ini adalah belum optimalnya kinerja pelabuhan. Itu jadi alasan pemerintah memutuskan merger Pelindo pada 1 Oktober 2021, dengan tugas utama transformasi layanan. Perbaikan pada pelabuhan berarti berdampak pada keseluruhan biaya rantai pasok.
Peningkatan kualitas layanan pelabuhan dapat mendorong terciptanya konektivitas maritim yang lebih efisien. Sebagai gambaran sederhana, peningkatan performa layanan bisa mengurangi waktu tinggal kapal di pelabuhan. Kapal jadi punya waktu berlayar lebih banyak serta biaya lebih rendah bagi shipping live. Rantai pasok pun efisien karena perjalanan dari awal sampai akhir pelayanan lebih cepat.
“Pada saat port stay diperpendek, sailing time kapal meningkat. Per satu satuan waktu akan menambah muatan, yang pada akhirnya adalah penurunan biaya logistik per unit. Dan tentunya ini akan men-stimulate pertumbuhan ekonomi,” ucap Arif.
Baca Juga: Pelindo Pastikan Pembangunan Makassar New Port Segera Rampung