TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sikola Pomore di Palu Bagikan Hand Sanitizer Gratis untuk Buruh Harian

Menjaga semangat kemanusiaan jadi alasan utama mereka

Muhammad Faiz Sayafar untuk IDN Times

Makasssar, IDN Times - Wabah pandemik virus corona (COVID-19) sedang terjadi di hampir seluruh belahan dunia. Seiring dengan upaya pemerintah beberapa negara membatasi aktivitas sosial warganya (social distancing), fenomena panic buying jadi pemandangan yang nyaris lumrah. Tak terkecuali di Indonesia.

Sejak Presiden Joko Widodo mengumumkan dua kasus pertama pada 2 Maret lalu, aktivitas belanja dalam jumlah banyak dilaporkan oleh beberapa supermarket di kota-kota besar. Dua barang yang kini langka akibat panic buying ini adalah masker dan hand sanitizer atau cairan pembersih tangan.

Stoknya pun susah ditemui baik di supermarket, minimarket dan bahkan apotek. Belum lagi menyoal maraknya penimbunan dan penjualan dengan harga selangit.

1. Komunitas Sikola Pomore di Palu Sulawesi Tengah berinisiatif membuat hand sanitizer secara mandiri

Muhammad Faiz Sayafar untuk IDN Times

Inisiatif pun bermunculan dari berbagai kelompok untuk mengatasi kelangkaan dan harga produk selangit, yakni pembuatan masker dan hand sanitizer secara mandiri.

Salah satu kelompok dengan inisiatif tersebut adalah Sikola Pomore, sebuah komunitas swadaya kreatif di Palu, Sulawesi Tengah yang membuat hand sanitizer.

Mereka paham bahwa pada masa darurat seperti ini, hand sanitizer jadi kebutuhan utama sehingga perlu disalurkan kepada masyarakat tanpa dibanderol bayaran sepeser pun alias gratis.

Dalam usahanya ini, Sikola Pomore mengajak serta tim guru Jurusan Farmasi SMK Muhammadiyah Palu. Berkat dana patungan dan donasi sebanyak Rp400 ribu, mereka membeli sendiri bahan-bahan cairan pelumpuh bakteri tersebut.

Baca Juga: Dinkes Sulteng Kekurangan Pakaian Hazmat untuk Lima RS Rujukan Corona

2. Pengalaman bencana alam tahun 2018 yang membekas jadi alasan Sikola Pomore menggratiskan hand sanitizer

ANTARA FOTO/Basri Marzuki

Yaumil Masri, pendiri Sikola Pomore, mengatakan wabah virus Corona yang diperparah dengan fenomena panic buying mencerminkan sisi yang berlawanan dengan semangat kemanusiaan.

"Sejak bencana alam pada 28 September 2018 kemarin di Palu, harusnya kita belajar membangun kesadaran diri untuk peduli sesama di situasi genting seperti saat ini," ungkapnya kepada IDN Times pada Rabu (25/3).

Yaumil, sapaan akrabnya, sudah memikirkan ide donasi tersebut sejak Senin (16/3) pekan lalu. Saat menyambangi beberapa apotek di Kota Palu, ia mendapati kenyataan bahwa bahan-bahan dasar pembuatan hand sanitizer pun sangat sulit diperoleh. Persediaannya bisa dibilang nyaris nihil.

"Bahan yang kita dapat itu bahan terakhir di apotek, dan harganya sudah naik," keluh pria 31 tahun yang juga seorang penyintas bencana gempa Palu, 2018 tersebut.

3. Dengan modal Rp400 ribu hasil patungan dan donasi, Sikola Pomore dan SMK Muhammadiyah Palu berhasil membuat 60 botol

Muhammad Faiz Sayafar untuk IDN Times

Tiara, guru Jurusan Farmasi SMK Muhammadiyah Palu mengatakan, bahan pembuatan hand sanitizer sebenarnya bisa didapatkan di apotek umum. Namun untuk meraciknya sebagai cairan pembersih tangan, harus ada standarisasi khusus sesuai dengan ketentuan Organisasi Kesehatan Dunia WHO.

"Jadi ini ada takaran khususnya, kalau sampai salah tidak bisa membunuh bakteri nanti," ujar Tiara.

Tiara menjabarkan bahan-bahan yang dipakai untuk membuat cairan pembersih tangan adalah alkohol kadar 95 persen, gliserol sebagai pelembab, dan H2O2 (Hidrogen peroksida) dengan fungsi mematikan bakteri yang masih hidup.

Dengan nominal rupiah Rp400 ribu itu, Yaumil Masri beserta timnya berhasil membuat hand sanitizer sebanyak 60 botol berukuran 30 mililiter.

Baca Juga: SMK di Palu Turun Tangan Produksi Pakaian Hazmat untuk Tim Medis

Berita Terkini Lainnya