6 Kata yang Bikin Orang Sebal jika Sering Diucapkan, Terkesan Apatis?

Ketika kamu mengobrol dengan siapa pun, pilihan katamu tidak lepas dari perhatian mereka. Kata-kata yang dipilih apalagi kerap diulangi di berbagai kesempatan akan sangat menggambarkan karaktermu. Mungkin dirimu kurang sadar ketika mengucapkannya karena sudah menjadi kebiasaan.
Namun, bila kata-kata tersebut malah kasih kesan negatif terhadap dirimu tentu sebaiknya dihilangkan. Berpikirlah dulu sebelum berbicara. Hati-hati setiap kamu kamu ingin merespons ucapan lawan bicara dengan cepat. Sebab di momen seperti inilah, kata-kata yang sering terlontar dari lisanmu bakal sulit dikendalikan.
Enam kata di bawah ini tidak sepenuhnya terlarang diucapkan atau dituliskan. Akan tetapi, makin jarang dirimu memakainya makin baik. Yuk, simak!
1. Masa bodoh atau bodo amat

Betul, kadang kamu perlu bersikap bodo amat atau masa bodoh. Misalnya, ketika dirimu terus digunjingkan orang. Kamu mendapatkan laporan tentang itu dari beberapa teman.
Daripada dirimu capek sendiri dan terbawa emosi, boleh sampaikan bahwa kamu masa bodoh terhadap apa pun yang dikatakan penggunjing. Namun, kata tersebut gak pas diutarakan bila situasinya memerlukan kepedulianmu. Contoh, anak buahmu melaporkan kesulitan tugas di lapangan.
Jangan sekali pun kamu berkata bodo amat. Itu kan, sudah tugasnya. Begitu juga ketika dirimu mendapat kabar seorang sahabat lama sedang sakit keras. Jangan bilang masa bodoh, toh, dia sudah berkeluarga. Pasti ia diurus oleh pasangannya.
2. Terserah

Kata terserah yang sering sekali diucapkan memberikan beberapa kesan bagi orang lain. Pertama, kamu gak pernah punya pandangan sendiri atau malas berpendapat. Kedua, dirimu sebenarnya menuntut orang-orang di sekitarmu buat pengertian tanpa perlu kamu mengatakan keinginan.
Ketiga, dirimu sedang kesal atau mengambek pada lawan bicara. Keempat, kata terserah juga dapat dijadikan senjata untuk menyalahkan orang lain apabila tindakannya gak sesuai ekspektasimu. Kelima, kamu gak memiliki cukup kepedulian pada segala hal.
Keenam, dirimu tak punya jiwa kepemimpinan dan hanya menjadi pengikut yang minim risiko. Banyaknya kesan negatif dari seringnya kamu bilang terserah seharusnya membuatmu mau berubah. Katakan saja apa pendapatmu tentang sesuatu biar lawan bicara puas.
3. Tahu gak sih?

Kalimat yang diawali pertanyaan ini biasanya tanda kamu membawa suatu berita. Dirimu tidak benar-benar menanyakan seseorang sudah tahu tentang satu informasi atau belum. Sehabis pertanyaan pembuka tersebut, kamu malah langsung mengabarkan sesuatu padanya.
Walau boleh jadi lawan bicaramu malah telah terlebih dahulu mengetahuinya. 'Tahu gak sih' bisa terasa mengganggu karena seakan-akan kamu menganggap orang lain tak tahu apa-apa. Dirimu yang paling mengerti segalanya.
Orang lain selalu dianggap pasif dan tidak bakal mengetahui sesuatu andai kamu tak berbaik hati berbagi kabar. Lebih tepat untukmu mengubah kalimat menjadi, "Kamu sudah tahu atau belum tentang ...?" Jika dia bilang belum, baru dirimu menjelaskannya lebih lanjut.
4. Salah sendiri

Tentu tak jarang orang lain melakukan kesalahan sendiri. Dia harus siap menanggung konsekuensinya. Ada juga orang yang kadang susah menyadari kesalahan diri. Kamu perlu membantunya biar lebih paham.
Namun, kalau sebentar-sebentar dirimu berkata begitu, gak ada orang yang nyaman berbicara denganmu. Dirimu terkesan jago sekali menyalahkan orang. Bahkan ketika seseorang tidak betul-betul melakukan kesalahan. Contohnya, pasangan pulang basah kuyup karena kehujanan.
Dia lupa pagi tadi tidak memasukkan jas hujan ke bagasi motor. Sebab kemarin sore jas hujan itu juga basah lalu diangin-anginkan di jemuran. Alih-alih kamu segera menyuruhnya mandi biar gak dingin, malah mengomel dulu dan bilang salah sendiri.
Namanya saja orang lupa. Tak perlu kamu menyalahkannya. Besok-besok dirimu cukup membantu mengingatkannya. Jangan membuat siapa pun tampak selalu salah di matamu dan pantas dimarahi terus.
5. Bagaimana ya?

Kata-kata di atas tidak sama dengan ketika kamu menanyakan kabar seseorang atau informasi lainnya. Seperti, bagaimana hasil rapat kemarin? Atau, bagaimana prospek rencana proyek ini?
Kata 'bagaimana ya' lebih menunjukkan kebimbanganmu. Kamu tidak tahu harus mengatakan apa. Mungkin dirimu sedang diminta membuat keputusan. Atau, petunjuk darimu tengah dinantikan orang lain. Kamu perlu waktu lebih banyak buat berpikir.
Bahkan, dirimu barangkali ingin orang lain saja yang mengarahkanmu. Tentu ada kalanya kamu menghadapi situasi yang amat membingungkan. Kata 'bagaimana ya' wajar terlontar. Akan tetapi, terkait hal-hal sepele hendaknya dirimu gak usah mengatakannya. Langsung saja kamu mengutarakan apa yang terpikirkan.
6. Ah, masa?

Terdengar nada gak percaya yang kuat ketika kamu mengatakannya. Respons di atas wajar jika seseorang membawa kabar yang amat mengejutkan. Seperti dia bilang salah satu satu teman kalian meninggal dunia.
Padahal, sampai kemarin kalian masih bertemu dan ia tampak sangat sehat. Akan tetapi, kesan yang ditimbulkan menjadi negatif bila dirimu sering sekali mengatakannya. Apa pun yang disampaikan orang, reaksimu begitu.
Mereka bakal merasa tidak dipercaya olehmu. Padahal, mereka tahu betul mengenai apa yang dikatakan. Gak ada orang yang suka diragukan apalagi berulang-ulang. Hargai apa yang disampaikannya. Toh, nanti kamu masih bisa mencari informasi kebenarannya sendiri. Kalau sesuai diikuti. Bila tak sesuai diabaikan saja.
Kebiasaan dalam berbicara memang tak mudah diubah. Namun, jangan pula kamu pasrah saja dan berharap orang lain yang memaklumi gaya bicaramu. Kamu tentu gak mau mereka malah salah paham denganmu hanya lantaran pemilihan kata yang kurang tepat, tapi berulang.