TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

4 Alasan Kamu Harus Berhenti Membandingkan Diri dengan Orang Lain

Tentu saja agar kamu menjalani hidup dengan tenang

Ilustrasi bekerja, karier, kehidupan sosial. (Unsplash.com/Tim Gouw)

Salah satu hal yang sering dihadapi dalam hidup adalah saat kamu gugup melihat pencapaian orang lain. Mulai dari karier, percintaan, prestasi, nilai-nilai akademik, finansial dan masih banyak lagi.

Tapi, harus dicamkan bahwa kebiasaan tersebut justru selalu berdampak negatif pada diri sendiri. Rasa gugup tersebut bakal berubah menjadi rendah diri, memaksakan diri, atau yang paling buruk, berhenti bersyukur.

Nah, berikut ini empat alasan penting kenapa kamu harus berhenti membanding-bandingkan dirimu dengan yang lain, seperti dihimpun dari situs inspiratif possibilitychange.com.

1. Jika selalu merasa kekurangan, kamu sedang bersiap untuk kegagalan

Ilustrasi rasa tidak puas diri, merenung, sedih. (Pexels.com/Juan Pablo Serrano A)

Membandingkan apa yang sudah diraih sekarang dengan orang-orang yang sudah mencapai banyak hal tentu membuatmu rendah diri. Apalagi jika kamu sering melakukannya secara sadar atau tidak.

Dalam hidup, memang bakal selalu ada yang kamu pandang lebih baik. Tapi kalau kamu mengadopsinya sebagai tolok ukur dalam menilai diri, kamu dijamin tidak akan pernah nyaman.

Apakah sikap itu gak baik? Tentu saja. Kamu akan selalu merasa kekurangan dan tidak bersyukur dengan apapun tingkatan pencapaian yang diraih dengan perjuangan sendiri. Lebih jauh, kamu bisa saja menyerah saat sedang berjalan menggapai impian.

2. Jika selalu merasa lebih baik dari orang lain, kamu mengabaikan hal-hal yang bisa diperbaiki

Pexels.com/Kuncheek

Pasti kamu berpikir kalau membandingkan diri dengan mereka "yang masih berjuang dari bawah" bisa membantumu sampai di tujuan. Memang itu membantu memulihkan muruah. Tapi, kebiasaan memandang remeh orang lain bisa mengubahmu jadi individu egois.

Yang lebih buruk? Kamu bisa saja berpuas diri sebab sudah puas dengan apa yang diraih, terlebih saat melihat orang lain yang melangkah tertatih-tatih menuju posisimu sekarang. Kamu terjebak dalam euforia semu saat melongok ke bawah, tanpa sadar masih ada tangga yang masih harus kamu naiki.

Selain itu, rasa puas diri dan memandang remeh bisa kerap berujung pada sifat keras kepala. Alhasil telinga dan hatimu kebal dari kritikan yang bersifat membangun. Padahal kritik dari orang lain juga penting demi mendongkrak kemampuan sekaligus koreksi.

Baca Juga: 5 Kebiasaan Orang dengan Kecerdasan Emosional Rendah, Bikin Annoying

3. Semua perbandingan tidak memperhatikan perbedaan kemampuan masing-masing orang

Ilustrasi Aset (IDN Times/Mardya Shakti)

Ini sangat berhubungan dengan poin pertama. Saat kamu membandingkan pencapaianmu, kamu harus ingat bahwa rintangan dan modal masing-masing orang itu berbeda satu sama lain.

Ada banyak variabel pembeda. Mulai dari kemampuan finansial, kompetensi, pemanfaatan relasi yang dimiliki, prosesnya, cara yang ditempuh, mentalitas selama berjuang, dan masih banyak lagi. Itu semua kerap luput dari amatan.

Selain itu, orang-orang sukses selalu digambarkan meraih segalanya dalam semalam. Padahal tidak demikian. Mereka juga mengalami jatuh bangun, menikmati setiap progres dan kemunduran dengan sukacita. Barulah saat ini mereka digambarkan selalu beruntung, padahal sebenarnya tidak demikian yang terjadi.

Baca Juga: 7 Tips Tampil Lebih Percaya Diri Saat Online Meeting, Gak Akan Gugup!

Berita Terkini Lainnya