Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Lukisan Purba Tertua Dunia Ditemukan di Sulsel, Usianya 51.200 Tahun

1720101244-41378944.jpg
Lukisan gua tertua di dunia berusia 51.200 tahun yang ditemukan di Leang Karampuang, kawasan karst Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan. (Dok. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN))
Intinya sih...
  • Lukisan gua tertua di Sulawesi Selatan, Leang Karampuang, berumur 51.200 tahun dan menjadi bagian penting sejarah budaya seni manusia awal di Indonesia.
  • Peneliti menggunakan metode ablasi laser U-series untuk menentukan usia lukisan tersebut, membuatnya lebih tua dari lukisan prasejarah terkenal lainnya di dunia.
  • Lukisan purba Leang Karampuang disebut memberi pemahaman baru terhadap signifikansi budaya bercerita dalam kaitannya dengan sejarah seni di Indonesia.

Makassar, IDN Times - Dalam proyek penulisan ulang sejarah Indonesia yang sedang digodok oleh Kementerian Kebudayaan, ada satu hal menarik. Penemuan lukisan gua tertua sepanjang peradaban manusia di Sulawesi Selatan (Sulsel) akan dimasukkan dalam buku yang rencananya dikemas dalam 10 hingga 11 jilid tersebut. Tak cuma lantaran menjadi temuan monumental, tapi membuka satu lembaran baru tentang masa prasejarah.

Lukisan yang terpatri dalam dinding gelap Leang Karampuang, kawasan perbukitan karst Leang-Leang di Kabupaten Maros dan Pangkep tersebut sebenarnya sederhana. Hanya terdiri dari tiga figur menyerupai manusia tampak sedang berburu babi Sulawesi (Sus celebensis), sebuah tema naratif yang umum ditemukan pada temuan sejenis. Tapi, pembedanya adalah usianya.

Tim peneliti gabungan dari Griffith University, Southern Cross University, Universitas Hasanuddin dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menerbitkan sebuah artikel di jurnal ilmiah Nature pada 3 Juli 2024 lalu. Mereka menyebut bahwa lukisan purba di Leang Karampuang tersebut berumur sekitar 51.200 tahun, membuatnya berstatus sebagai gambar cadas (rock art) tertua dalam sejarah.

1. Lukisan purba di Leang Karampuang jauh lebih tua daripada gambar prasejarah yang ditemukan di Leang Tedongnge

Lukisan gua tertua di dunia yang ditemukan di Leang Tedongnge, kawasan karst Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan. (Twitter.com/ResoluteReader - Maxime Aubert/Griffith University)
Lukisan gua yang ditemukan di Leang Tedongnge, kawasan karst Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan. (Twitter.com/ResoluteReader - Maxime Aubert/Griffith University)

Tim peneliti menggunakan metode ablasi laser U-series (LA-U-series) canggih untuk menentukan umur karya purba tersebut. Mereka menganalisis lapisan tipis kalsium karbonat di atas permukaan lukisan tersebut. Hasilnya adalah gambar tersebut dibuat 51.200 tahun yang lalu. Alhasil, tak pelak lukisan dengan ukuran 92x38 cm itu menjadi bagian penting sejarah budaya seni manusia awal di Indonesia.

"Hasil yang kami peroleh ini sangat mengejutkan karena belum ada karya seni dari zaman Es Eropa yang terkenal yang umurnya mendekati umur lukisan gua Sulawesi ini, walau ada pengecualian pada beberapa temuan kontroversial di Spanyol. Penemuan ini merupakan seni cadas pertama di Indonesia yang umurnya melampaui 50.000 tahun," ujar Adhi Agus Oktaviana, ahli seni cadas Indonesia dari BRIN, dalam siaran pers pada Juli 2024.

Rekor rock art tertua sendiri sebelumnya dipegang oleh lukisan prasejarah di Leang Tedongnge, yang juga masuk dalam kawasan karst Leang-Leang. Dipublikasikan secara rinci dalam jurnal ilmiah Science Advances pada 13 Januari 2021, salah satu peneliti yakni Maxime Aubert menjelaskan bahwa gambar cadas Leang Tedongnge dibuat setidaknya 45.500 tahun lalu. Taksiran tersebut diperoleh dari metode penanggalan radiokarbon yang biasa digunakan ilmuwan.

2. Usia lukisan purba di Maros tersebut jauh lebih tua dari beberapa temuan sejenis, salah satunya "Shaft Scene" di Prancis

Lascaux_01 (1).jpg
Lukisan prasejarah berusia kira-kira 17.000 tahun yang ditemukan dalam Gua Lascaux , Montignac, Prancis. (I, Peter80, Lascaux 01, CC BY-SA 3.0)

Usia lukisan di Leang Karampuang tersebut jauh melampaui karya seni prasejarah terkenal lainnya. Sebagai perbandingan, usianya lebih dari tiga kali lipat "Shaft Scene" di Gua Lascaux (Prancis), tentang pria berkepala burung diserang oleh bison, yang berumur 17.000 tahun. Bahkan, lukisan ini jauh lebih tua dari gambar-gambar bermotif binatang buruan di Gua Chauvet Prancis (35.000 tahun), patung "Lion Man" dari gading yang ditemukan di Jerman (40.000 tahun), serta lukisan cadas di El Castillo, Spanyol utara (40.800 tahun) yang sebelumnya sempat diklaim sebagai gambar tertua di dunia.

Profesor Adam Brumm dari Griffith’s Australian Research Centre for Human Evolution (ARCHE), yang turut serta dalam penelitian ini, menyatakan bahwa lukisan purba Leang Karampuang memberik pemahaman baru terhadap signifikansi budaya bercerita dalam kaitannya dengan sejarah seni. Terlebih selama ini, gambar cadas diketahui hanya terdiri dari panel individual, yang berarti tidak membentuk sebuah cerita atau adegan berkelanjutan dengan gambar lain di sekitarnya.

"Perlu diingat bahwa lukisan cadas tertua yang kami temukan di Sulawesi ini terdiri atas beberapa adegan yang bisa dikenali dengan mudah, yaitu penggambaran interaksi manusia dan hewan yang bisa ditafsirkan bahwa seniman pembuatnya berusaha untuk berkomunikasi secara naratif," jelas Brumm tentang temuan prasejarah tersebut.

3. Upaya perlindungan situs prasejarah di kawasan karst Geopark Maros-Pangkep menjadi perhatian banyak pihak

Pemandangan pegunungan karst di Rammang-Rammang, Desa Salenrang, Maros, Sulawesi Selatan. IDN Times/Indra Abriyanto/bt
Pemandangan pegunungan karst di Rammang-Rammang, Desa Salenrang, Maros, Sulawesi Selatan. IDN Times/Indra Abriyanto/bt

Leang Karampuang, yang masuk dalam kawasan karst Taman Purbakala Sumpang Bitta dan Geopark Maros-Pangkep, bisa dicapai setelah melakukan tiga jam berjalan kaki dari desa terdekat. Lokasinya terpencil, dengan sungai dan perbukitan yang harus lebih dulu dilalui. Ujian lain datang dari gambar purba yang mereka teliti lantaran nyaris tak terlihat mata. Proses olah visualnya harus cermat, sehingga teknik digitalisasi mutakhir bernama D-Stretch (Decorrelated Stretch) digunakan. Bentuk aslinya baru terlihat setelah diolah dengan D-Strecth, tapi mesti tetap di-tracing secara manual satu per satu.

Kendati sudah mendapat tempat istimewa dalam sejarah Indonesia dan dunia, kekhawatiran lain muncul. Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gajah Mada menulis bahwa debu dari aktivitas pertambangan dikhawatirkan akan berdampak pada lukisan purba yang berada di kawasan tersebut. Kendati laporan awal arkeolog independen tidak menemukan bukti kuat kerusakan langsung, disimpulkan bahwa perusahaan semen yang beroperasi di wilayah itu perlu berupaya lebih keras mengurangi risiko dari debu, getaran, dan kelembapan.

Dewan Etika menegaskan tanggung jawab perusahaan untuk melindungi warisan budaya global ini, termasuk yang belum ditemukan. Sebagai respons, perusahaan semen tersebut telah menutup permukaan jalan dan menambah truk air untuk mengurangi debu. Mereka juga mempekerjakan arkeolog guna menyusun rencana pengelolaan warisan budaya yang lebih rinci, termasuk upaya perlindungannya.

Lukisan purba tersebut memang hanya diam dalam kegelapan Leang Karampuang. Tapi, ada pesan dari masa lalu yang mereka sampaikan, yakni perihal jatidiri dan asal muasal umat manusia puluhan ribu tahun lampau.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Irwan Idris
EditorIrwan Idris
Follow Us