Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Kenali 10 Penyebab Turbulensi yang Sering Dialami Pesawat Terbang

ilustrasi kokpit pesawat (pexels.com/Rafael Cosquiere)
ilustrasi kokpit pesawat (pexels.com/Rafael Cosquiere)
Intinya sih...
  • Turbulensi adalah gelombang udara tidak teratur yang mengganggu penerbangan pesawat, dapat disebabkan oleh turbulensi mekanik, di pegunungan, dan thermal turbulence.
  • Jet stream dapat memengaruhi kecepatan dan jalur penerbangan komersial serta bertanggung jawab atas turbulensi cuaca cerah (Clear Air Turbulence).
  • Turbulensi juga bisa disebabkan oleh perubahan arus udara tiba-tiba, pesawat itu sendiri, atau helikopter melalui bilah rotor utamanya.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Turbulensi adalah fenomena alam yang sering ditemukan di dunia aviasi. Pesawat terbang sebagai moda transportasi sering terkena dampaknya. Turbulensi merupakan gelombang udara tidak teratur (berubah) dan sulit diprediksi. Peristiwa ini dapat mengganggu proses penerbangan pesawat karena menciptakan beragam guncangan, bisa naik turun mengubah ketinggian tiba-tiba, ataupun ke kiri dan kanan. Turbulensi dikabarkan menjadi salah satu penyebab yang menimpa pesawat Singapore Airlines Boeing 777-300ER pada 21 Mei 2024 lalu, dengan korban satu orang meninggal dan lainnya terluka.

Kecelakaan fatal akibat turbulensi sebenarnya sangat jarang terjadi, karena struktur badan pesawat dibangun untuk mengatasi hal tersebut, dan telah melewati beragam tes atau uji kelayakan. Namun, para penumpang seringkali panik dan kurang nyaman saat mengalami turbulensi dalam pesawat. Sehingga, hal ini dapat menyebabkan kesalahan fatal. Adapun beberapa jenis turbulensi yang beberapa kali dirasakan awak pesawat. Berikut di antaranya.

1. Mechanic turbulence

ilustrasi pesawat melintasi bangunan (pexels.com/周 康)
ilustrasi pesawat melintasi bangunan (pexels.com/周 康)

Turbulensi mekanik terjadi karena adanya gesekan di permukaan Bumi, yang menyebabkan aliran udara terhalang. Ketika udara di dekat permukaan melewati penghalang seperti bukit atau bangunan, aliran angin horizontal akan terganggu dan berubah menjadi pusaran, sehingga pergerakan udara tidak teratur.

Intensitas turbulensi jenis ini tergantung pada kekuatan angin, sifat permukaan, dan kestabilan udara. Menurut National Weather Service, semakin kuat kecepatan angin, semakin kasar medannya, dan semakin tidak stabil udaranya, akan semakin besar tingkat turbulensinya.

2. Mountain wave turbulence

ilustrasi pesawat di pegunungan (pexels.com/Peter de Vink)
ilustrasi pesawat di pegunungan (pexels.com/Peter de Vink)

Gelombang udara di pegunungan merupakan penerapan turbulensi mekanis dalam skala yang lebih besar. Pilot Institute menjelaskan, ketika angin bertiup melintasi gunung, aliran udara di bawah gunung tidak punya pilihan selain naik. Saat naik, udara ini akan bertemu dengan angin di puncak gunung dan menyebabkan gangguan. Udara yang memiliki tekanan lebih rendah akan turun ke sisi lain dan mengacaukan aliran udara. Efek ini akan terasa lebih kuat ketika angin bertiup tegak lurus dengan pegunungan, bahkan gangguannya bisa berlanjut hingga beberapa ratus mil melawan arah angin gunung.

Peristiwa ini dapat sangat mengganggu lintasan pesawat di area pegunungan. Para pilot akan membuat perencanaan matang untuk melintas di area ini demi mencegah terjadinya turbulensi. Dilansir National News, dampak yang bisa ditimbulkan akibat turbulensi ini yaitu kerusakan struktural pesawat dan kehilangan kendali.

3. Thermal turbulence

ilustrasi pesawat melintas di atas awan (pexels.com/Tanathip Rattanatum)
ilustrasi pesawat melintas di atas awan (pexels.com/Tanathip Rattanatum)

Kondisi panas yang tidak merata di permukaan Bumi dapat menyebabkan turbulensi pesawat, atau dikenal dengan thermal turbulence. Peristiwa tersebut membuat udara panas naik, sedangkan udara dingin dari atas akan turun yang menyebabkan terjadinya konveksi udara. Gerakan karena adanya perbedaan suhu dan tekanan secara vertikal, sehingga adanya aliran udara yang naik dan turun.

Jenis turbulensi ini paling umum dialami pilot. Mereka cenderung akan menerbangkan pesawat lebih tinggi di atas awan cumulus (cumuliform) yang terbentuk karena konveksi udara. Menurut International Virtual Aviation Organisation, turbulensi akan terjadi di bawah atau di dalam awan, sementara lintasan di atas awan umumnya lancar. Selain itu, untuk menghindari peristiwa ini banyak pilot yang lebih suka terbang di pagi hari atau malam hari ketika aktivitas termal tidak terlalu parah.

4. Frontal turbulence

ilustrasi pesawat di sore hari (pexels.com/eddie chuachoonhui)
ilustrasi pesawat di sore hari (pexels.com/eddie chuachoonhui)

Turbulensi frontal terjadi karena adanya bentrokan massa udara hangat dan dingin di sepanjang permukaan depan yang miring. Interaksi ini menyebabkan terangkatnya udara hangat sehingga menimbulkan gesekan antara dua massa udara yang berlawanan dan menimbulkan turbulensi di zona frontal.

Zona frontal dalam penerbangan disebut juga front, yang merupakan wilayah dengan aktivitas cuaca cukup besar. Turbulensi frontal paling terlihat ketika udara hangat dan lembab tidak stabil, yang dapat menyebabkan terjadinya badai petir dan guncangan lebih parah.

5. Thunderstorm turbulence

ilustrasi pesawat melintas di awan (pixabay.com/ArtTower)
ilustrasi pesawat melintas di awan (pixabay.com/ArtTower)

Perubahan aliran udara karena terjadinya konveksi yang kuat akan menciptakan badai petir. Ketika udara hangat naik dengan cepat, ia bertabrakan dengan massa udara di atas yang lebih dingin, sehingga memicu terjadinya bentrokan. Bentrokan ini menghasilkan gerakan yang tidak menentu, serta perubahan mendadak dalam kecepatan dan arah angin.

Turbulensi dapat terjadi jika pesawat berada di dalam atau di dekat badai petir. Dilansir National News, arus udara ini dapat meluas hingga 24 sampai 48 kilometer di luar badai. Tingkatannya berkisar dari parah hingga ekstrem, bahkan dapat menghancurkan pesawat terbang. Namun, selama pilot mengetahui posisi awan badai tersebut, turbulensi dapat dihindari dibantu dengan teknologi dan alat prediksi cuaca.

6. Clear Air Turbulence (CAT)

ilustrasi pesawat terbang tanpa hambatan (pexels.com/Dids)
ilustrasi pesawat terbang tanpa hambatan (pexels.com/Dids)

Jenis turbulensi ini terjadi di area luas yang tidak dekat dengan uap air atau awan, dikenal juga sebagai turbulensi cuaca cerah. Terlihat mulus dan nyaman, tetapi sering kali menjadi kekhawatiran banyak pilot. Pasalnya, jenis gangguan udara ini yang paling sulit diprediksi atau diamati, bahkan tidak terlihat dalam radar pesawat. Penyebabnya sebagian besar terkait dengan lokasi jet stream atau arus kantong udara, sehingga sangat penting untuk membaca laporan cuaca dan mengetahui lokasinya sebelum lepas landas.

Dilansir National Geographic, Clear Air Turbulence sering menjadi penyebab di balik cedera tingkat sedang hingga berat, karena dapat terjadi tiba-tiba. Awak pesawat menjadi tidak punya waktu untuk menginstruksikan penumpang untuk mengencangkan sabuk pengaman.

7. Jet stream

ilustrasi pesawat mengeluarkan gas (pexels.com/Laurent Oudin)
ilustrasi pesawat mengeluarkan gas (pexels.com/Laurent Oudin)

Jet stream merupakan arus udara seperti terowongan udara yang bergerak cepat dan beredar di atas Bumi. Arus udara ini bergerak dari arah barat ke timur ataupun sebaliknya di dataran tinggi, serta memiliki dampak besar pada cuaca di seluruh dunia. National Geographic menyebutkan, jet stream memiliki kecepatan berkisar antara 80 hingga 140 mil per jam, bahkan dapat mencapai lebih dari 275 mil per jam.

Arus ini selalu berubah, bisa bergerak ke ketinggian yang lebih tinggi atau lebih rendah, tergantung pada musim dan faktor lainnya. Selain itu, jet stream dapat memengaruhi kecepatan dan jalur penerbangan komersial, serta dapat bertanggung jawab atas turbulensi cuaca cerah (Clear Air Turbulence).

8. Inversion turbulence

ilustrasi pesawat terbang menjelang malam (pexels.com/SevenStorm JUHASZIMRUS)
ilustrasi pesawat terbang menjelang malam (pexels.com/SevenStorm JUHASZIMRUS)

Turbulensi yang diakibatkan karena adanya pembalikan suhu, seperti ketika lapisan udara hangat di atas memerangkap udara dingin di dekat permukaan. Berbeda dengan yang sebelumnya di mana suhu dingin akan turun, dalam inversi, pola ini terbalik. Udara hangat di atas mencegah udara yang lebih dingin dan padat naik, yang mengarah ke kondisi stabil di dekat permukaan. Tetapi ketika angin bergerak melintasi lapisan inversi, itu dapat menyebabkan turbulensi.

Turbulensi ini tidak disebabkan oleh naik turunnya massa udara secara konvektif, tetapi oleh perputaran angin pada batas antara lapisan inversi dan atmosfer di sekitarnya. Sehingga dapat menyebabkan gerakan tidak teratur dan turbulensi tak terduga saat pesawat melewati batas-batas atmosfer ini. Jenis turbulensi inversi dapat terjadi karena pendinginan permukaan Bumi pada malam hari.

9. Wind shear

ilustrasi pesawat menghadapi angin (pexels.com/Inge Wallumrød)
ilustrasi pesawat menghadapi angin (pexels.com/Inge Wallumrød)

Turbulensi yang terjadi karena adanya perputaran arah dan perubahan kecepatan angin yang tiba-tiba dalam jarak pendek, baik secara horizontal ataupun vertikal. Memiliki hubungan erat dengan Clear Air Turbulence, pembalikan suhu, serta jet stream.

Pergeseran angin sering tidak terlihat dan dapat mengubah kinerja daya angkat pesawat. Akan sangat berbahaya ketika pesawat berada di dekat tanah, sehingga harus menghindari area tersebut dengan cara apa pun.

10. Wake turbulence (vortex movement)

ilustrasi dua pesawat terbang (pexels.com/Martin Dickson)
ilustrasi dua pesawat terbang (pexels.com/Martin Dickson)

Selain karena perubahan arus udara yang tidak terduga, peristiwa turbulensi juga dapat diciptakan oleh pesawat itu sendiri, bahkan oleh helikopter melalui bilah rotor utamanya. Hal ini terjadi ketika sebuah pesawat besar dan berat akan lepas landas atau mendarat. Ia akan membutuhkan daya angkat yang besar pula.

Saat memproduksi daya angkat, ujung sayap pesawat besar akan mengubah aliran udara di sekitarnya dan menciptakan pusaran udara berpola melingkar (vortex). Hanya saja dampaknya akan dirasakan oleh pesawat setelahnya atau pesawat lebih kecil yang hendak melintasi lintasan serupa. Dilansir Epic Flight Academy, pusaran ini dapat tetap berada di udara atau di atas permukaan hingga tiga menit setelah pesawat lewat.

Tindakan pencegahannya yaitu dengan menjaga jarak aman di belakang pesawat depan yang telah diatur secara internasional. Hal ini merupakan tanggung jawab pengendali lalu lintas udara dan pilot yang memimpin sebuah pesawat.

Umumnya turbulensi dapat disebabkan oleh adanya perubahan arus dan kecepatan udara secara tiba-tiba. Dampaknya menciptakan guncangan yang bisa dirasakan di dalam pesawat. Namun, turbulensi tidak memengaruhi semua pesawat dengan cara yang sama, dan dapat diantisipasi dengan memantau laporan cuaca dan radar, atau dari rekan pilot yang melaporkan dengan rute terbang serupa, serta mengetahui lokasi kantong udara (jet stream). Selain itu, kepatuhan para penumpang dan awak kapal sangat penting dalam mengatasi turbulensi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Irwan Idris
EditorIrwan Idris
Follow Us