Daging Kelelawar Masih Menjadi Favorit Masyarakat Minahasa
Masyarakat diminta bijak dalam berburu kelelawar
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Manado, IDN Times – Mengonsumsi daging satwa liar menjadi salah satu kebiasaan turun temurun masyarakat Minahasa, Sulawesi Utara (Sulut). Salah satu yang menjadi favorit adalah daging kelelawar.
Daging kelelawar ini biasa dimasak dengan santan dan rempah lainnya, hingga menjadi menu makanan bernama paniki santan kering. Menemukan daging kelelawar pun tak sulit di Sulut.
Daging kelelawar ini bisa ditemukan di pasar-pasar, khususnya di Minahasa daratan seperti Manado, Tomohon, Minahasa, hingga Bitung.
“Biasanya setelah ditangkap, kelelawar dibakar terlebih dahulu untuk menghilangkan bulu-bulunya. Lalu direbus sebelum diolah,” terang seorang pedagang daging kelelawar di Pasar Karombasan, Christian, Jumat (3/6/2022).
1. Rasa daging yang manis
Salah seorang warga bernama Frandi Piring (26) mengaku telah mencicipi daging kelelawar sejak masih duduk di bangku sekolah dasar (SD). “Awalnya takut mau makan, tapi dibujuk orangtua, akhirnya mencoba,” ujar Frandi.
Sejak saat itulah ia gemar makan daging kelelawar. Frandi mengatakan, rasa daging kelelawar cenderung manis.
Jika sedang di kampung halaman dan ingin makan paniki santan kering, ia pergi bersama sang ayah untuk berburu kelelawar di hutan. “Kalau di Manado jarang sih. Kalau ingin makan biasanya minta dikirimin dari rumah atau cari rumah makan yang jual paniki santan kering,” tambah Frandi.
Pasalnya, meski daging kelelawar hitam dijual di pasaran, cukup sulit menemukan rumah makan yang menjual menu paniki santan kering di Kota Manado.
Baca Juga: Resep Ayam Paniki Khas Manado, Pedasnya Bikin Nafsu Makan Meningkat
Baca Juga: Penjualan Daging Kelelawar di Pasar Ekstrem Tomohon Kembali Menggeliat