Penjualan Daging Kelelawar di Pasar Ekstrem Tomohon Kembali Menggeliat

PPKM berdampak besar pada penjualan daging kelelawar

Manado, IDN Times – Penjualan daging satwa liar di Pasar Ekstrem Tomohon, Kota Tomohon, Kecamatan Minahasa, Sulawesi Utara (Sulut), mulai normal seiring kondisi pandemik virus corona (COVID-19) yang mulai membaik.

Selvi, salah seorang pedagang daging satwa liar mengatakan, saat kasus COVID-19 masih tinggi, penjualan daging satwa liar khususnya kelelawar memang menurun drastis.

“Bukan karena takut terkena virus corona-nya, tetapi karena ada PPKM. Jadi mobilitas masyarakat terbatas,” kata Selvi, Minggu (15/5/2022).

Daging satwa liar banyak digemari oleh sebagian masyarakat Minahasa, salah satunya adalah kelelawar atau masyarakat setempat menyebutnya paniki. Biasanya, daging kelelawar ini dikonsumsi saat perayaan besar seperti Paskah, Natal, Pengucapan, dan Hari Kemerdekaan.

Namun saat aturan PPKM masih ketat, masyarakat tidak bisa mengadakan perayaan yang membuat permintaan daging kelelawar juga menurun.

1. Kelelawar dikhawatirkan menularkan penyakit

Penjualan Daging Kelelawar di Pasar Ekstrem Tomohon Kembali MenggeliatPembeli daging satwa liar di Pasar Ekstrem Tomohon, Kota Tomohon, Sulut, Minggu (15/5/2022). IDNTimes/Savi

Di awal pandemik COVID-19, Pemerintah Kota (Pemkot) Tomohon sempat menghentikan penjualan beberapa daging satwa liar termasuk kelelawar. Daging kelelawar tersebut dikhawatirkan menjadi penyebab utama virus corona, meski kabarnya masih simpang siur hingga saat ini.

Meski tidak menularkan virus secara langsung, kelelawar mampu menularkan virus ke hewan lain seperti babi. “Babi yang sakit kemudian dikonsumsi oleh manusia, sehingga penularan penyakit bisa terjadi,” ujar Co-Executive Director Prakarsa Konservasi Ekologi Regional Sulawesi atau PROGRES Sulawesi, Sheherazade.

Meski begitu, penjualan daging kelelawar yang dihentikan hanya berlangsung sementara.

2. Pedagang bisa menjual hingga 50 ekor daging kelelawar per hari

Penjualan Daging Kelelawar di Pasar Ekstrem Tomohon Kembali MenggeliatSuasana Pasar Ekstrem Tomohon, Kota Tomohon, Sulut, Minggu (15/5/2022). IDNTimes/Savi

Di awal pandemik COVID-19, Selvi mengaku penjualan kelelawar sempat menurun. Ia hanya bisa menjual sekitar 20 ekor per hari dibanding saat kondisi normal yang bisa menjual sekitar 50 ekor. “Per hari hanya laku sekitar 5 kilogram, sekarang sudah lebih dari 10 kilogram,” kata Selvi.

Selvi membanderol harga daging kelelawar sebesar Rp35 ribu per ekor hingga Rp100 ribu per kilogram. Karena penjualan menurun di awal pandemik COVID-19, ia hanya bisa menerima pendapatan Rp500 ribu per hari dari penjualan daging kelelawar.

Ia mengaku, pasokan daging kelelawar ke Sulut kebanyakan berasal dari Sulawesi Selatan (Sulsel) dan Sulawesi Tengah (Sulteng). Cara memperoleh daging kelelawar tersebut adalah dengan diburu di habitatnya langsung. “Kalau di sini sudah tidak ada, jadi ambilnya dari luar,” tambah Selvi.

Baca Juga: Minahasa, Tanah Pengasingan Tawanan Perang Kompeni Belanda

3. Daging kelelawar menjadi santapan spesial

Penjualan Daging Kelelawar di Pasar Ekstrem Tomohon Kembali MenggeliatSuasana Pasar Tomohon, Kota Tomohon, Sulut, Minggu (15/5/2022). IDNTimes/Savi

Meski ada yang mengonsumsi daging kelelawar secara harian, mayoritas masyarakat Minahasa mengonsumsi daging kelelawar saat ada perayaan tertentu seperti Perayaan Paskah, Natal, Pengucapan, hingga Hari Kemerdekaan.

Hal tersebut membuat penjualan daging kelelawar meningkat sebelum perayaan dilakukan. “Kalau mau ada perayaan biasa penjualan naik jadi sekitar 100 kilogram,” tutur Selvi.

Daging kelelawar tersebut biasa diolah menjadi makanan bersantan atau yang dikenal dengan paniki kuah santan. Sebelumnya, kelelawar yang berhasil ditangkap dipanggang terlebih dahulu untuk menghilangkan bau amis dan bulunya.

Baca Juga: Resep Ikan Kuah Asam Khas Manado, Penambah Selera Makan

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya