Makna Filosofis 7 Kue Khas dalam Acara Pernikahan Bugis-Makassar

Tersirat pesan-pesan simbolis bagi pasangan pengantin

Sepakat mengarungi bahtera rumah tangga adalah fase terpenting dalam hidup seseorang. Ia akan mempersunting atau menerima lamaran sebagai teman hidup, sebagai pendamping dalam segala situasi, sebagai tempat berbagi segala cerita.

Nah, pernikahan memiliki makna mendalam bagi masyarakat Bugis-Makassar. Segala aspek dalam upacara pernikahan pun demikian. Mulai dari baju pengantin, pelaminan hingga kebiasaan-kebiasaan lainnya. Bahkan termasuk kue yang disajikan untuk tamu.

Ya, betul. Hidangan penganan pun sejatinya tak hanya manis atau gurih di lidah, melainkan memberi arti bagi sang pengantin baru, atau mengingatkan kembali makna berumah tangga bagi para tamu. Berikut ini IDN Times menjelaskan makna beberapa kue yang acap kali ditemui dalam acara pernikahan Bugis-Makassar.

1. Bannang-bannang/Nennu'-nennu'

Makna Filosofis 7 Kue Khas dalam Acara Pernikahan Bugis-MakassarInstagram.com/citrahendrawijaya

Bentuk bannang-bannang cukup unik karena terlihat seperti jalinan benang kusut. Tetapi rasanya manis bukan main. Dengan bahan dasar tepung beras dan gula merah, cara pembuatannya dengan digoreng membuat kue ini gurih lagi manis.

Ternyata, bannang-bannang ini memiliki filosofi sendiri. Lantaran disajikan pada upacara pernikahan, bentuknya yang menyerupai gulungan benang tanpa ujung dan pangkal bermakna mendalam. Pasangan suami-istri diharap terus menjalin ikatan rumah tangga tanpa henti, bahkan dalam kondisi yang tersulit sekalipun. Oh iya, di masyarakat Bugis, kue ini disebut sebagai nennu'-nennu' yang juga berarti gulungan benang.

2. Se'ro-se'ro

Makna Filosofis 7 Kue Khas dalam Acara Pernikahan Bugis-MakassarInstagram.com/kueserosero

Dengan bahan dasar gula, tepung beras, telur dan kanji, kue se'ro-se'ro ini terasa manis lagi gurih. Bentuknya mengingatkan kepada se'ro --yang menjadi nama kuenya--, kata dalam bahasa Makassar yang berarti timba tradisional dari daun nipah.

Nah, se'ro-se'ro ini mengandung makna bahwa pasutri yang nanti membina rumah tangga akan mengisi kehidupan dengan melayani satu sama lain. Dengan kata lain, mengisi hidup masing-masing dengan pertolongan dan kerjasama (asse'roq). Riwayat menyebut, pengantin baru bakal saling menimba air sumur jika salah satunya membutuhkan. Dan timba tersebut adalah se'ro.

3. Baruasa'

Makna Filosofis 7 Kue Khas dalam Acara Pernikahan Bugis-MakassarInstagram.com/linayusrida

Baruasa, yang disebut memiliki pengaruh Belanda, dikenal sebagai kue gurih dengan rasa manis di lidah. Bahan utamanya yakni tepung beras, kelapa parut sangrai yang sudah dicampur gula merah. Saat dipanggang, kue akan berwarna cokelat serta menguarkan aroma khas, tergantung dari jenis gula yang digunakan.

Baruasa bisa tahan hingga satu bulan meski tak mengandung bahan pengawet. Ini berhubungan dengan filosofi pernikahan, yakni agar usia rumah tangga pasangan bisa abadi hingga maut memisahkan.

4. Ajoa

Makna Filosofis 7 Kue Khas dalam Acara Pernikahan Bugis-Makassarilmi10.wordpress.com

Terinspirasi dari alat yang menyatukan leher dua kerbau pembajak sawah, kue ajoa memiliki paduan rasa manis, lembut dan renyah. Terbuat dari tepung beras, adonan yang sudah digoreng kemudian ditaburkan gula pasir halus sebagai pemanis untuk rasa dan tampilan.

Kue ajoa ini bermakna bahwa pasangan suami-istri harus saling membantu dan mendukung satu sama lain demi satu tujuan, layaknya kerbau yang bertugas membantu petani. Ajoa pun bak pengingat bahwa rumah tangga membutuhkan perencanaan serta upaya menyelesaikan masalah bersama-sama.

Baca Juga: Ini 5 Fakta di Balik Tradisi Uang Panai' Suku Bugis Makassar 

5. Cucuru' Bayao

Makna Filosofis 7 Kue Khas dalam Acara Pernikahan Bugis-MakassarInstagram.com/mumtazmakassar

Nah, kue cucuru' bayao ini punya rasa manis yang kuat. Bahan bakunya adalah tepung beras, puluhan kuning telur, kacang kenari sebagai isi serta gula pasir. Teksturnya lembut seperti adonan bolu, rasa manis tambahan berasal dari air gula yang menyerap ke dalam kue.

Rasa manis cucuru' bayao disebut sebagai harapan bagi pasangan yang menikah agar kehidupan rumah tangga mereka dipenuhi rasa manisnya memadu kasih serta kebahagiaan. Konon, perempuan lajang yang memakan kue ini di pesta pernikahan, akan segera betemu jodohnya.

6. Sikaporo'

Makna Filosofis 7 Kue Khas dalam Acara Pernikahan Bugis-MakassarInstagram.com/sukmaindraayu

Sekilas, penampilannya seperti puding, kan? Bisa dimaklumi karena warna sikaporo' ini cukup cerah di mata. Rasanya tak terlalu manis, lantaran jumlah gula pasir yang dipakai hanya sedikit. Bahan lain yakni putih telur, tepung beras, santan kental, pasta pandan dan agar-agar. Saat dikunyah, sikaporo' terasa lembut di mulut.

Nah, sikaporo' ini mengandung filosofi sebagai harapan bahwa pasangan suami-istri yang mantap membina rumah tangga akan berperangai lembut satu sama lain. Orang Makassar yakin bahwa kelembutan dan kasih sayang jadi pilar utama membangun keluarga yang harmonis.

7. Ka'tirisala

Makna Filosofis 7 Kue Khas dalam Acara Pernikahan Bugis-MakassarInstagram.com/janeenez76

Kue tradisional ini memiliki bahan dasar beras ketan hitam, gula merah dan telur. Rasanya enak lagi manis. Dibuat dengan cetakan khusus, ka'tirisala terdiri dari dua lapisan. Ketan hitam ada di bagian dasar, sementara lapisan atas berupa campuran gula merah dan telur.

Sebagian orang menyebut dua warna lapisan ka'tirisala mewakili dua sisi hidup berumah tangga nantinya. Ada suka duka, lembut dan kerasnya masalah yang bakal dilalui pasutri. Namun, suami-istri yang menikah diharapkan tabah demi melewati segala ujian.

Baca Juga: Silariang di Bugis-Makassar: Pilihan Nekat Pasangan Terbentur Restu

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya