Gajah Kesepian di Sudut Losari, Saksi Bisu Makassar Dekade 1980-an

Patung penuh kenangan kini tersudut dalam hingar-bingar kota

Makassar, IDN Times - Sebagai penduduk Makassar, berkunjung ke Pantai Losari atau sekedar melintas adalah hal yang lumrah. Sejumlah patung pahlawan nasional hingga yang bertema budaya menghiasi setiap sudut anjungan landmark yang membentang sepanjang Jalan Somba Opu tersebut.

Namun, ada sesuatu luput dari pandangan. Tepat di perempatan Jalan Rajawali - Haji Bau - Tanjung Bunga, berdiri patung gajah dengan pose tegap hendak berteriak. Belalainya terayun ke udara dengan mantap, seperti hendak mempertegas posisi sebagai salah satu fauna penguasa rimba.

1. Patung Gajah jadi satu-satunya yang tersisa dari Taman Safari Losari

Gajah Kesepian di Sudut Losari, Saksi Bisu Makassar Dekade 1980-anIDN Times/Achmad Hidayat Alsair

Ketika saya datang sore itu, si gajah seolah bungkam tanpa kata. Kulitnya kusam dilahap terik dan hujan meski sudah diteduhi pohon. Coretan penuhi setiap sudut tubuh. Kedua gadingnya sudah tercerabut sejak beberapa tahun silam. Ia tersudut dan terasing dari segala hingar-bingar, berdiri dalam kesepian.

Sulit untuk percaya jika di situ pernah berdiri sebuah taman populer. Masyarakat dekade 1980-an mengenalnya sebagai Taman Safari. Namun, isinya bukan binatang lengkap bersama pawangnya. Melainkan hanya beberapa patung satwa ditambah sejumlah permainan kanak-kanak macam perosotan, ayunan hingga jungkat-jungkit.

Baca Juga: 4 Tempat Flyboarding Terbaik di Dunia, Salah Satunya di Pantai Losari!

2. Taman Safari, atau Taman Gajah, jadi salah satu tempat populer di dekade 1980-an

Gajah Kesepian di Sudut Losari, Saksi Bisu Makassar Dekade 1980-anIDN Times/Achmad Hidayat Alsair

Meski pernah beken, riwayat tentang Taman Safari kini mulai dilupakan. Orang-orang, terutama yang lahir pertengahan 1990-an, hanya memandang Si Gajah sebagai hiasan tak terurus belaka. Seolah kontras dengan sejumlah patung mengkilap, tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Setahu saya dulunya hanya sebagai patung menuju pasar tradisional. Namun seiring berdirinya kawasan Tanjung Bunga, pasar tersebut mulai hilang begitu pula dengan gerbang masuk ke taman," tutur Thorgib (23) kepada IDN Times pada Senin (23/12), seorang mahasiswa yang sehari-hari berdomisili di Gowa, sedikit mengingat memori masa kecilnya.

3. Proyek pembangunan memakan sebagian lahan Taman Safari

Gajah Kesepian di Sudut Losari, Saksi Bisu Makassar Dekade 1980-anIDN Times/Achmad Hidayat Alsair

Bagaimana dengan generasi sebelumnya? Si Gajah dan kawan-kawannya dulu amat populer, sehingga mereka belum luntur dari benak. Abdul Rachmad Nadja, seorang wiraswastawan, masih ingat betul masa kecilnya di taman tersebut.

"Dulu tempat tersebut jadi tujuan keluarga menghabiskan waktu bersama anak-anak, selain menunggu senja di Losari. Ya, ramainya itu di 1980-an dan awal 1990-an," tuturnya saat dihubungi pada hari yang sama.

Pria 43 tahun tersebut kemudian bercerita jika Taman Safari mulai tak terurus sejak proyek Gowa-Makassar Tourism Development Center (GMTDC) plus kawasan Tanjung Bunga dimulai pada dekade 2000-an. Lalu lalang kendaraan berat hingga pembongkaran sana-sini membuat Si Gajah tak lagi elok sebagai tujuan melepas penat.

4. Patung Gajah jadi kini jadi satu-satunya penanda jika sebuah taman populer pernah ada di sini

Gajah Kesepian di Sudut Losari, Saksi Bisu Makassar Dekade 1980-anIDN Times/Achmad Hidayat Alsair

Denyut pembaharuan wajah Makassar yang kian kencang rupanya mengorbankan beberapa fasilitas umum. Taman Safari, atau Taman Gajah menurut lidah orang setempat, terpaksa dihapus demi memberi ruang. Tembok-tembok beton pembatas pun memakan sebagian luas taman.

Perosotan, jungkat-jungkit, ayunan, Buaya, Macan dan lainnya terpaksa menyerah di hadapan palu godam. Namun patung Gajah rupanya masih dibiarkan berdiri hingga kini, tak punya daya tarik di hadapan gedung-gedung tinggi.

Sore itu, saya menyambanginya. Awan mendung yang bergelayut di langit ikut terpantul di wajah patung. Dulu, puluhan bocah belia berebutan menggenggam gading putih kukuhnya. Sekarang, ia dianggap hiasan yang salah tempat. Mungkin saja, tak lama lagi Si Gajah akan lenyap dari tempatnya biasa berdiri, bersama nostalgia penuh canda tawa.

Baca Juga: Melacak Jejak Peninggalan Patompo, Wali Kota Fenomenal di Makassar

Topik:

  • M Gunawan Mashar

Berita Terkini Lainnya