Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Mengenal 5 Gedung Tua Makassar, Saksi Bisu Perkembangan Kota Daeng

Pemandangan bagian luar Benteng Fort Rotterdam di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, yang pernah digunakan sebagai basis militer penting oleh Kerajaan Gowa-Tallo, VOC dan pemerintah kolonial Hindia-Belanda. (IDN Times/Achmad Hidayat Alsair)

Kota Makassar merupakan salah satu dari empat kota yang pernah menjadi pusat perdagangan dominan di Indonesia selain Medan, Jakarta, dan Surabaya. Sebelumnya, kota ini dikenal secara resmi sebagai Ujung Pandang pada tahun 1971 hingga 1999. Sejumlah gedung bahkan menjadi saksi bisu keberanian masyarakat Makassar yang berjuang mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

Di masa kini, gedung hingga monumen yang masih berdiri kokoh telah menjadi bangunan cagar budaya. Semuanya dilestarikan guna untuk mengenang kembali kehidupan di masa lampau, sekaligus napak tilas perjuangan para pahlawan di Makassar.

Kamu ingin mengeksplor sejarah Makassar? Di bawah ini adalah gedung-gedung tua yang ada di Kota Daeng lengkap dengan sejarahnya. Yuk simak!

1.Museum Kota Makassar

Gedung Museum Kota Makassar/Amelia

Sebelum dialihkan menjadi sebuah museum, bangunan yang telah berdiri sejak tahun 1916 ini ternyata dulunya merupakan kantor Balaikota pada masa pemerintahan Belanda. Museum Kota Makassar menjadi saksi bisu sejarah panjang Kota Makassar, dari zaman kolonial Hindia-Belanda, Jepang hingga Kemerdekaan Indonesia. Benda-benda bersejarah yang dipajang menjadi “lorong waktu” para pengunjung menuju masa lampau.

Ketika memasuki area gedung ini, pengunjung bisa merasakan nuansa kolonial Belanda yang cukup kental berkat dinding dindingnya yang tebal, dan dipadukan dengan beberapa jendela kayu yang lebar. Menilik satu per satu detail di setiap bangunan, sembari memperhatikan setiap benda peninggalan sejarahnya, jadi aktivitas yang sayang dilewatkan.

2.Pengadilan Negeri Makassar

Gedung Pengadilan Negeri Makassar/Amelia

Bangunan ini dahulu berfungsi ganda yaitu sebagai Raad Van Justitie dan Landraad. Raad van Justitie sendiri diperuntukkan untuk proses pengadilan orang-orang Eropa, Cina dan kaum bangsawan lainnya. Letaknya sendiri menempati separuh ruangan di sebelah utara. Sedangkan Landraad adalah untuk pengadilan orang-orang pribumi. Letaknya hanya menempati ruangan bagian selatan saja.

Terlepas dari semua itu, gedung ini termasuk Bangunan Cagar Budaya yang memiliki nilai sejarah. Yaitu sebagai tempat para pencari keadilan dari zaman Belanda hingga sekarang ini. Salah satu tujuan gedung ini sekarang adalah memberi pelayanan kepada publik secara terbatas, dalam rangka peningkatan literasi tentang hukum melalui data dan informasi yang dikelola oleh perpustakaan.

3.Benteng Rotterdam

Gedung Benteng Rotterdam/Amelia

Fort Rotterdam dibangun di lokasi yang sebelumnya juga merupakan benteng bernama Jumpandang peninggalan Kesultanan Gowa-Tallo. Benteng ini dibangun pertama kali menggunakan material berupa tanah liat lalu pada tahun 1634 diganti menjadi batu padas dari pegunungan Karst di daerah Maros.

Setelah kekalahan Kesultanan Gowa dalam Perang Makassar tahun 1667, Benteng Jumpandang diserahkan kepada Belanda sebagai bagian dari Perjanjian Bongaya. Akhirnya benteng tersebut berganti nama menjadi Fort Rotterdam. Fakta lainnya, Pangeran Diponegoro sempat dipenjara di benteng tersebut setelah diasingkan ke Makassar pada tahun 1830, hingga kematiannya pada tahun 1855.

4.Gedung MULO

GEDUNG MULO

Gedung MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs, setingkat Sekolah Menengah Pertama) adalah salah satu dari sejumlah bangunan tua yang dibangun oleh Pemerintah di era kolonial Hindia-Belanda yang masih berdiri tegak di Kota Makassar. Kini, bangunan yang berdiri sejak tahun 1927 tersebut menjadi kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Selatan.

Latar sejarahnya, Gedung MULO ini difungsikan sebagai sekolah lanjutan 3 tahun khusus bagi anak-anak pribumi yang orang tuanya mengabdi pada Belanda dan dipersiapkan untuk kebutuhan pegawai pangreh praja. Tapi, sekarang gedung yang terawat baik ini difungsikan sebagai kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata  Provinsi Sulawesi Selatan

5.Rumah Jabatan Gubernur Sulsel

Rumah Jabatan Gubernur Sulawesi Selatan/Amelia

Rumah jabatan Gubernur Sulawesi Selatan ini, memiliki luas bangunan kurang lebih 1.800 meter persegi. Bangunan ini terdiri beberapa ruang utama seperti ruang oval untuk menerima tamu, ruang keluarga, kamar utama, dan dapur. Suasana terasa sejuk sebab ditumbuhi banyak pohon rindang yang sudah berusia puluhan tahun. Ini juga mempercantik bangunan tersebut, selain gaya kolonialnya yang megah.

Dulunya, rumah itu dibangun untuk Ratu Wilhelmina jika kelak akan berkunjung ke Makassar. Tapi kemudian dialihfungsikan menjadi Rumah Jabatan Gubernur Sulawesi pada masa Hindia-Belanda, Istana Kepresidenan Indonesia Timur, dan terakhir menjadi rumah jabatan Gubernur Sulawesi Selatan.

Rumah jabatan yang terletak Jalan Sungai Tangka Makassar itu sudah menjadi salah satu bagian dari cagar budaya, dan mempunyai kisah tersendiri di dalamnya. Fakta menarik lainnya, rumah peninggalan kolonial penjajah Belanda ini juga pernah ditinggali oleh Presiden Soekarno. Sebuah kamar yang berada di pojok kiri rumah didiaminya saat berkunjung ke Sulawesi Selatan. Tak hanya Soekarno, Presiden Megawati ternyata pernah menginap di kamar lantai 2 bagunan tersebut.

Itulah 5 gedung tua di Kota Makassar. Selain sejumlah bangunan bersejarah yang tadi dijelaskan, apa ada lagi lokasi dengan nilai historis yang kamu ketahui?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aan Pranata
EditorAan Pranata
Follow Us