Riwayat Atlet Sulsel di Olimpiade, dari Ramang ke Rahmat Erwin

Tidak ada atlet Sulsel berlaga di Olimpiade Paris 2024

Makassar, IDN Times - Olimpiade Paris 2024 menjadi fokus pemberitaan seluruh dunia selama sepekan terakhir. Lebih dari 10 ribu atlet berebut medali di 32 cabang olahraga dengan 329 nomor disiplin hingga 11 Agustus mendatang.

Sayangnya, tidak ada satupun nama atlet kelahiran Sulawesi Selatan (Sulsel). Lifter Rahmat Erwin gagal mewujudkan ambisi kembali ambil bagian dalam pesta olahraga akbar tersebut setelah kalah di IWF World Cup 2024 yang berlangsung di Thailand pada April lalu.

Meski begitu, atlet 23 tahun itu tetap bangga lantaran tetap masuk daftar elit para utusan Sulsel di Olimpiade, sebuah kehormatan yang cuma dirasakan segelintir orang. Berikut ini IDN Times kembali mengajak pembaca mengingat nama-nama tersebut sejak Indonesia debut di Olimpiade Helsinki (Finlandia) 1952.

Baca Juga: Para Atlet Sulsel Peraih Emas Asian Games, Terbaru Rahmat Erwin

1. Ramang dan Maulwi Saelan jadi atlet asal Sulsel pertama yang tampil di panggung Olimpiade

Riwayat Atlet Sulsel di Olimpiade, dari Ramang ke Rahmat ErwinSuasana salah satu pertandingan cabang olahraga sepak bola di Olimpiade Melbourne 1956. (Wikimedia Commons - Playlet)

Membuka daftar ini adalah kiper Maulwi Saelan dan penyerang Ramang. Penggawa PSM Makassar dekade 1950-an tersebut jadi bagian dari Timnas Indonesia yang berlaga di cabang olahraga sepak bola Olimpiade Melbourne (Australia) 1956.

Kesebelasan asuhan Antun Pogačnik itu melaju hingga perempat final setelah lawan mereka di fase gugur pertama, Vietnam Selatan, memutuskan mundur. Sempat menahan imbang tanpa gol Uni Soviet, mereka ditekuk 3-0 di laga ulangan pada 1 Desember 1956. Maulwi dan Ramang bermain penuh dalam dua pertandingan tersebut.

Uni Soviet, yang saat itu berstatus raksasa Eropa dan diperkuat Lev Yashin dan Valentin Ivanov, sukses meraih medali emas. Yugoslavia dikalahkan dengan skor tipis 1-0 pada partai final. Empat tahun berselang, skuad yang sama juga menjadi jawara Piala Eropa edisi pertama.

Olimpiade Melbourne 1956 juga jadi satu-satunya keikutsertaan Indonesia di cabor sepak bola ajang empat tahunan tersebut hingga sekarang.

2. Munchen 1972 dan Montreal 1976 jadi ajang sprinter Caroline Rieuwpassa unjuk gigi

Riwayat Atlet Sulsel di Olimpiade, dari Ramang ke Rahmat ErwinSuasana upacara pembukaan Olimpiade Munchen 1972 yang berlangsung di Olympiastadion Munchen pada 26 Agustus 1972. (Wikimedia Commons - FORTEPAN / Romák Éva)

Selanjutnya, perlu waktu 16 tahun hingga akhirnya atlet asal Sulsel kembali tampil di Olimpiade. Di Munchen (Jerman) 1972, giliran Carolina Rieuwpassa yang unjuk gigi pada cabor lari putri 100 meter dan 200 meter. Tapi di babak penyisihan pertama, ia hanya finis peringkat 6 dalam dua nomor tersebut.

Perempuan kelahiran Makassar, 7 Februari 1949, tersebut juga kembali tampil di Olimpiade Montreal (Kanada) 1976. Catatannya tak berubah. Carolina gugur di fase pertama cabor lari putri 100 meter dan 200 meter, dengan finis di posisi 7.

Meski begitu, ia tercatat sebagai satu-satunya atlet kelahiran Sulsel (sejauh ini) yang lolos Olimpiade sebanyak dua kali secara beruntun. Nina (sapaan akrabnya), yang berdarah Maluku, juga dikenal sebagai "Duta Atletik Putri" sepanjang dekade 1970-an.

3. Pada cabor panahan ada Suradi Rukimin di Los Angeles 1984 dan, Kusuma Wardhani serta Silvia Koeswandi di cabor anggar Seoul 1988

Riwayat Atlet Sulsel di Olimpiade, dari Ramang ke Rahmat ErwinProsesi pembakaran obor di upacara pembukaan Olimpiade Seoul 1988 yang berlangsung di Seoul Olympic Stadium pada 17 September 1988. (Wikimedia Commons - U.S Air Force / Ken Hackman)

Dekade 1980-an jadi milik atlet cabor panahan. Ini dibuka oleh Suradi Rukimin yang terjun di Olimpiade Los Angeles (Amerika Serikat) 1984. Sosok kelahiran Makassar, 28 Oktober 1959, itu duduk di peringkat 16 nomor perseorangan putra. Capaiannya lebih baik ketimbang 46 peserta lainnya, termasuk rekannya yakni Donald Pandiangan (43). Usai pensiun sebagai atlet, Suradi sempat menjadi pelatih tim PON Sulsel pada dekade awal 2010-an.

Setelah Suradi, ada Kusuma Wardhani yang terjun cabor panahan Olimpiade Seoul (Korea Selatan) 1988. Perempuan asal Makassar, 20 Februari 1964, tersebut jadi bagian dari sukses medali perak untuk nomor beregu putri, bersama Lilies Handayani dan Nurfitriyana Saiman. Inilah medali pertama yang diperoleh Indonesia dalam Olimpiade sejak debut pada Helsinki 1952.

Saking bersejarahnya, perjuangan tim panahan putri di Seoul 1988 kemudian diangkat ke layar lebar. Berjudul "3 Srikandi", film garapan Iman Brotoseno itu rilis pada tahun 2016. Kusuma Wardhani sendiri sudah wafat pada 12 November 2023 lalu, di usia 59 tahun.

Di Seoul 1988 juga ada Silvia Koeswandi yang bertanding di cabor anggar floret perseorangan putri. Atlet kelahiran Makassar, 25 Agustus 1959, ini finis sebagai juru kunci di Pool A babak penyisihan grup tanpa satupun poin dari empat pertandingan. Meski tak maksimal di Seoul, Silvia kemudian berhasil menyabet medali perak anggar épée perorangan putri pada Asian Games Beijing 1990.

4. Rosiana Tendean di Barcelona 1992, kemudian Patmawati Abdul Hamid yang unjuk gigi di Athena 2004

Riwayat Atlet Sulsel di Olimpiade, dari Ramang ke Rahmat ErwinProsesi penyalaan obor di upacara pembukaan Olimpiade Athena 2004 yang berlangsung di Spyros Loius Stadium Athena pada 13 Agustus 2004. (Wikimedia Commons)

Masuk Olimpiade Barcelona (Spanyol) 1992, ada nama Rosiana Tendean si langganan Pelatnas Cipayung yang mencuat sejak Asian Games Seoul 1986. Sederet prestasi memang dicatat oleh perempuan kelahiran Makassar, 25 Agustus 1964, tersebut.

Namun, musim panas di kota pesisir tenggara Spanyol itu sukar dilupakan, sebab jadi satu-satunya Olimpiade yang ia ikuti. Terjun di cabor bulutangkis ganda putri bersama Erma Sulistianingsih, langkahnya terhenti pada babak 32 besar. Mereka kalah set 2-1 dari pasangan asal Britania Raya, Julie Bradbury dan Gillian Clark.

Setelah Rosiana, butuh 12 tahun agar pencinta olahraga Sulawesi Selatan melihat putra-putri daerah berlaga di pesta multievent tersebut. Pada Olimpiade Athena (Yunani) 2004, ada Patmawati Abdul Hamid, lifter yang terjun pada cabor angkat besi putri kelas 58 kilogram.

Atlet kelahiran Makassar, 18 Februari 1972, itu berada di peringkat 8 dari 14 peserta. Sebelumnya, di IWF World Championships Vancouver 2003, ia berhasil menyabet medali perak untuk kelas yang sama.

5. Rahmat Erwin sukses menyabet medali perunggu pada Olimpiade Tokyo 2020

Riwayat Atlet Sulsel di Olimpiade, dari Ramang ke Rahmat ErwinLifter Indonesia Rahmat Erwin Abdullah melakukan angkatan snatch dalam kelas 73 kg Putra Grup B Olimpiade Tokyo 2020 di Tokyo International Forum, Tokyo, Jepang, Rabu (28/7/2021). Rahmat Erwin Abdullah berhasil meraih medali perunggu dengan total angkatan 342 kg. (ANTARA FOTO/NOC Indonesia)

Meski gagal lolos ke Paris 2024, Rahmat Erwin sudah menahbiskan dirinya masuk dalam daftar elit. Ini berkat capaiannya di cabang olahraga angkat besi putra kelas 73 kg dalam Olimpiade Tokyo (Jepang) 2020 yang berlangsung pada Agustus 2021.

Anak dari lifter Erwin Abdullah tersebut itu finis di peringkat ketiga menurut akumulasi nilai seluruh kontestan. Medali perunggu dibawa pulang berkat total angkatan 342 kg, rinciannya yakni 152 kg pada snatch dan 190 kg pada clean and jerk. Hal tersebut tidak bisa dilampaui oleh tujuh kontestan Grup A lainnya.

Selain Rahmat Erwin, ada juga lima atlet Indonesia yang mendapat medali di Tokyo 2020. Ada Greysia Polii dan Apriyani Rahayu (emas bulutangkis ganda putri), Eko Yuli Irawan (perak angkat besi nomor 61 kg putra), Windy Cantika Aisah (perunggu angkat besi nomor 49 putri), serta Anthony Ginting (perunggu bulutangkis tunggal putra).

Apakah penghuni daftar elit ini akan bertambah pada Olimpiade Los Angeles (Amerika Serikat) 2028 mendatang? Patut ditunggu.

Baca Juga: SEA Games 2023: Atlet Sulsel Sumbang 6 Emas, 2 Perak, 3 Perunggu

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya