TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Benarkah ATM Jadi Media Penularan COVID-19 Tertinggi? Ini Faktanya

Jawaban singkat: tak benar, tapi ada baiknya kurangi risiko

Ilustrasi Mesin ATM (IDN Times/Sukma Shakti)

Makassar, IDN Times - Ada yang menerima pesan berantai di aplikasi pesan WhatsApp seperti ini?

"Assalamualaikum. Buat Teman Teman & Saudara Saudari'Ku ... Sekilas Info Aja Ya...Kalo Mau Ambil Uang Di ATM . Pake Sarung Tangan Yang Bahan Dari Plastik Atau Karet .... Dikarenakan Penyakit Covid 19/Corona ... 70 % Terinfeksi Dari ATM... . Tolong Sebarkan KeTeman2 Yg Terdekat... Sudah Terbukti Teman Dekat Saya Kena Dari ATM Sdh 13  Orang..."

Kita tidak akan mengomentari soal penggunaan tanda baca, spasi antar kata dan huruf kapital yang amburadul di pesan tersebut. Yang jadi fokus adalah: apa benar 70 persen dari seluruh kasus COVID-19 di Indonesia berasal dari mesin ATM?

1. Semua benda yang disentuh oleh orang banyak berpotensi menjadi media penularan virus corona

Pexels.com/Pixabay

Hingga kini, belum ada bukti bahwa mesin ATM jadi media penularan sekaligus penyebaran COVID-19 di Indonesia dengan persentase mencapai 70 persen. Demikian laporan dari Direktorat Pengendalian Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika pada Sabtu (18/4) lalu.

Sanggahan disinformasi tersebut dikuatkan oleh pernyataan dr. Daeng M. Faqih selaku Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Setiap benda, termasuk mesin ATM, yang disentuh oleh banyak orang berpotensi menjadi media penularan wabah COVID-19. Mulai dari gagang pintu, saklar lampu, uang, hingga pegangan pada tangga.

2. Para peneliti masih mencari tahu durasi waktu virus corona bertahan di permukaan benda-benda tertentu

Unsplash.com/Helga Christina

Para peneliti sendiri masih meneliti dengan cermat berapa lama virus penyebab COVID-19 ini bisa bertahan di permukaan beberapa benda. Namun analisis dari 22 studi sejauh ini menemukan bahwa coronavirus bisa bertahan di benda logam, kaca, plastik atau kertas dengan durasi bervariasi. Ada kurang dari tiga jam, dua hari hingga lebih dari sepekan.

"Ingat, tidak ada bukti nyata bahwa penularan terjadi di luar interaksi antar orang," ujar Dr. Robert Murphy, direktur eksekutif Institute for Global Health di Northwestern University AS, seperti dikutip dari TheWirecutter.com.

Berita Terkini Lainnya