TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Musim Hujan, Basarnas Antisipasi Bencana pada Tiga Daerah di Sulsel

Waspada bencana banjir hingga longsor

IDN Times / Aan Pranata

Makassar, IDN Times - Basarnas Makassar memetakan sejumlah lokasi yang dianggap rawan bencana saat musim hujan. Lokasi itu tersebar di tiga titik pada daerah berbeda di Sulawesi Selatan.

Kepala Basarnas Makassar Mustari menyebut, tiga daerah itu masing-masing, Kota Makassar, Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar.

"Beberapa kabupaten itu yang kita antisipasi, karena tiap tahunnya pasti ada laporan (bencana)," kata Mustari, Sabtu (15/2).

Baca Juga: 17 Warga Sulsel dari Natuna Disediakan Tiket Pulang ke Makassar 

1. Bencana yang diantisipasi umumnya seperti banjir hingga longsor

Kepala Basarnas Makassar Mustari. IDN Times / Sahrul Ramadan

Ancaman bencana di setiap daerah, menurut Mustari memang tidak mudah diprediksi. Hanya saja, merujuk dalam catatan kebencanaan beberapa tahun terakhir, ada beberapa jenis bencana yang kerap melanda, seperti banjir hingga tanah longsor.

Di Makassar, disebutkan Mustari, wilayah yang paling terdampak parah banjir adalah Kecamatan Tamalanrea. Begitu pula di Kelurahan Antang, Kecamatan Manggala.

Di Kabupaten Gowa, potensi umumnya adalah tanah longsor di daerah dataran tinggi, hingga meluapnya Sungai Jeneberang. Sedangkan di Kabupaten Takalar, berpotensi terjadi gelombang tinggi akibat cuaca buruk hingga sejumlah lokasi bisa terdampak abrasi. 

"Sesuai dengan informasi setiap tahunnya juga seperti itu," ujar Mustari.

2. Sungai Jeneberang jadi salah satu skala prioritas Basarnas Makassar

Basarnas Makassar

Mustari mengungkapkan, dari sejumlah lokasi di tiga daerah berbeda, Sungai Jeneberang, menjadi salah satu prioritas utama. Menurutnya, saat memasuki musim penghujan, air sungai biasanya bertahap meluap. Luapan air sungai, dicemaskan bisa membanjiri kawasan penduduk.

Awal 2019 lalu, banjir diketahui melanda sebagian wilayah Kabupaten Gowa. Banjir terjadi akibat tingginya curah hujan yang kemudian mengharuskan pintu air Waduk Bili-bili dibuka. Sembilan orang warga, dilaporkan meninggal dunia dalam bencana alam itu.

Jika terbuka, air waduk otomatis akan dibuang ke aliran Sungai Jeneberang sebelum diteruskan ke muara. Belum lagi, arus sungai yang deras bisa berdampak pada pengikisan bibir sungai.

"Setiap tahunnya Sungai Jeneberang dijadikan skala prioritas untuk waspada," ucap Mustari.

Baca Juga: Sulsel Diintai Sesar Walanae, Pemerintah Diminta Siaga Bencana

Berita Terkini Lainnya