TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Lantai di SMP 14 Pangkep Amblas Diterjang Gelombang 

Sekolah ini berada beberapa meter dari pantai

Ruangan di SMP 14 Pangkep yang rusak akibat abrasi / Kepsek SMP 14 Pangkep

Makassar, IDN Times - Sebuah ruangan di SMP 14 Satap, di Pulau Lamputang, Desa Mattiro Dolangen, Kecamatan Liukang Tupabbiring, Kabupaten Pangkep, rusak dan tak bisa digunakan. Lantai ruangan itu amblas.

Ruang pertemuan kepala sekolah dan guru amblas diduga merupakan dampak dari abrasi pesisir pantai sepanjang musim cuaca ekstrem yang melanda beberapa wilayah di Pangkep, dalam sepekan terakhir.

"Ombak besar sekali, baru tinggi juga air. Akhirnya masuk di dalam ruangan. Apa lagi kan sekolahnya kita ini pas di bibir pantai," kata Kepala Sekolah 14 Satap, Pangkep, Yemba kepada IDN Times saat dikonfirmasi, Rabu (15/1).

Baca Juga: Cuaca Ekstrem, 4 Penerbangan di Bandara Makassar Dialihkan

1. Tanggul pemecah gelombang rusak, memperparah dampak abrasi

Ruangan di SMP 14 Pangkep yang rusak akibat abrasi / Kepsek SMP 14 Pangkep

Yemba mengungkap, amblasnya lantai di salah satu ruangan SMP itu terjadi pada Selasa (14/1) dini hari. Sebagian kelengkapan inventaris sekolah hingga berkas-berkas lainnya, rusak dan basah akibat terjangan gelombang. Untungnya, tidak ada korban dalam insiden ini.

Yemba juga mengungkap abrasi di sekitar sekolah makin parah setelah tanggul pemecah ombak yang melintang di tengah laut rusak. 

Lebih lanjut dia menjelaskan, bangunan sekolah memang didirikan di atas pasir. Ketika tanggul rusak, hal itu akan membuat dampak abrasi makin kuat terhadap bangunan sekolah. 

"Apa lagi kalau (tanggul) sudah rusak parah, dampak abrasinya karena terkikis, kita punya ruangan sekolah yang kena," jelas Yemba.

2. Abrasi sudah terjadi selama bertahun-tahun, bahkan sejak bangunan sekolah berdiri tahun 2008

Dok. IDN Times/Istimewa

Yemba mengatakan, abrasi di sekitar kawasan sekolah memang sudah berlangsung bertahun-tahun. Bahkan, sejak bangunan sekolah berdiri tahun 2008. 

Namun, abrasi kian parah di akhir 2019 hingga awal 2020, yakni setelah ada cuaca ekstrem. "Kalau air surut, gelombangnya tidak sampai (sekolah) sebenarnya. Kalau air naik, baru gelombang besar, pasti masuk air," ujarnya.

Dia khawatir, air akan mengikis sedikit demi sedikit bangunan sekolah lainnya sebab rusaknya tanggul pemecah ombak. Dia berharap, ada upaya perbaikan tanggul dan bangunan sekolah agar lebih tahan terhadap gelombang laut. 

Kendati begitu, aktivitas belajar mengajar di sekolahnya kata Yemba, tetap berjalan normal seperti biasa. Petugas kebersihan, guru, hingga pelajar sempat bergotong-royong untuk membenahi isi ruangan yang porak-poranda diterjang gelombang.

"Sekarang sudah dibersihkan. Jadi ruangan untuk kami pertemuan, dipindahkan sementara di ruangan lain karena ruangan yang rusak itu bahaya kalau dipakai. Nanti tambah amblas kalau diinjak," jelas Yemba.

Baca Juga: Gelombang 2 Meter di Selat Makassar, Nelayan Diimbau Tunda Melaut

Berita Terkini Lainnya