Curhat Pekerja Hiburan di Makassar: Terpaksa Jual Barang
Cara pekerja hiburan bertahan di masa sulit akibat pandemik
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Ketua Asosiasi Usaha Hiburan Malam (AUHM) Makassar Zulkarnain Alinaru menyebut berbagai pembatasan selama pandemik COVID-19 membuat para pekerja di sektor hiburan terdesak. Sebagian terpaksa menjual barang atau aset pribadinya demi bertahan hidup.
Zul mencontohkan musisi yang terpaksa menjual alat-alat musiknya. Jika belum cukup, barang lain seperti perkakas dapur pun dikorbankan.
"Selama satu tahun, 8 bulan, 16 hari, mulai dari penerapan PSBB berjilid-jilid dan PPKM, sampai banyak pekerja yang lari, pulang ke daerah untuk cari kehidupan," kata Zulkarnain Alinaru, kepada IDN Times, Selasa (5/10/2021).
Baca Juga: Pemkot Izinkan THM di Makassar Beroperasi, Ini Syarat bagi Pengunjung
1. Sektor hiburan salah satu sektor penyerap tenaga kerja terbanyak
Zulkarnain menyebut sektor hiburan menjadi salah satu bisnis yang menyerap tenaga kerja terbanyak di Kota Makassar. AUHM mencatat, pekerja hiburan sebelum pandemik mencapai 4.214 orang. Namun sejak pandemik, yang bertahan hanya 3.814 orang.
Pekerja terbagi dalam banyak segmentasi hiburan. Mulai dari komunitas home band atau pemusik, dancer, bartender, hingga disk jockey (DJ).
"Semuanya berdampak. Belum lagi aturan yang saya sebutkan itu, otomatis pekerja-pekerja hiburan kita ini luar biasa susahnya," kata dia.
Baca Juga: Aturan Baru PPKM, Mal dan THM di Makassar Diizinkan Beroperasi