Alasan Sebagian Orang Sulsel Tidak Menantikan Vaksin COVID-19
Menurut survei, cuma 59 persen yang bersedia menerima vaksin
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Kementerian Kesehatan bersama Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), pada September 2020 menggelar survei nasional tentang penerimaan vaksin COVID-19. Survei itu dukung dua lembaga PBB, UNICEF dan WHO.
Menurut siaran pers di laman WHO, survei berlangsung pada 19-30 September 2020. Survei mengumpulkan tanggapan dari 115 ribu lebih orang dari 34 provinsi, serta 99 persen dari seluruh kabupaten/kota di Indonesia.
Menurut hasil survei, tiga perempat responden menyatakan telah menerima informasi tentang vaksin COVID-19. Sedangkan dua pertiga menyatakan bersedia menerima vaksinasi.
“Survei menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia telah mendengar tentang vaksin COVID-19 dan bersedia menerimanya,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Oscar Primadi di Jakarta (17/11).
Tingkat penerimaan vaksin berbeda-beda di setiap provinsi. Di Sulawesi Selatan, 72 persen responden menyatakan mengetahui soal informasi vaksin COVID-19. Tapi cuma 59 persen yang bersedia menerimanya. Lebih lanjut, cuma 29 persen responden di Sulsel yang bersedia membayar untuk vaksinasi.
IDN Times menanyai sejumlah orang di Sulsel untuk mengetahui pendapatnya soal vaksin. Apa alasan mereka yang cenderung tidak menerima rencana vaksinasi?
Baca Juga: Vaksin Merah Putih vs Vaksin Sinovac, Apa Bedanya?
1. Tidak ada informasi jelas soal bahan-bahan vaksin
Azham, petani asal Desa Tenrigangkae, Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan menanggapi negatif soal vaksinasi COVID-19. Dia menganggap vaksin mengkhawatirkan karena tidak jelas apa saja bahannya dan seperti apa efek jangka panjangnya.
"Jangan sampai ada apa-apanya. Bukan sekarang efeknya dirasakan, tapi nanti kalau semakin tua," kata Azis saat berbincang dengan IDN Times lewat sambungan telepon, Sabtu (28/11/2020).
Azham mengaku mengetahui informasi soal COVID-19 serta vaksin dari pemberitaan di media. Pria 40 tahun ini menganggap bahwa media sering memberitakan soal bahaya dan jumlah orang terpapar COVID-19.
"Kan banyak itu kita nonton biasa, angka-angka (kasus) terus bertambah. Terus tiba-tiba ada lagi muncul obatnya, mau disuntik-suntik," ucap Azham.
Menurut Azham, yang dibutuhkan masyarakat khususnya kelompok petani seperti dirinya adalah, informasi yang baik soal COVID-19. Misalnya, bagaimana seharusnya langkah pencegahan dilakukan selain mencuci tangan, menjaga jarak dan menggunakan masker. Menurut dia, sebaiknya media dan pemerintah menerangkan soal bahan-bahan vaksin, bukan meneror masyarakat dengan bahaya penyebaran virus corona.
Baca Juga: Survei: Mayoritas Masyarakat Indonesia Bersedia Terima Vaksin COVID-19