TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Naik Perahu Penyeberangan di Taeng Gowa, Hemat Waktu Hemat Bensin

Masyarakat Taeng dan sekitarnya pasti pernah naik perahu ini

IDN Times/Muizzu Khaidir

Makassar, IDN Times - Masyarakat yang bermukim di wilayah perbatasan antara Kota Makassar dan Kabupaten Gowa, tentu tidak asing dengan perahu penyeberangan sebagai moda transportasi alternatif untuk melintasi Sungai Jeneberang.

Perahu penyeberangan tersebut diminati masyarakat karena membantu para pengendara motor menghindari kemacetan. Selain itu, juga bisa memotong jarak tempuh yang cukup jauh dibanding melewati jalan raya. Dan iya, tentu juga bakal menghemat bensin motor.

Sahar, pengemudi perahu mengatakan usaha penyeberangan itu sudah ada selama enam tahun lebih. Awalnya dibangun dan dikelola oleh ayahnya, kemudian diserahkan ke dia.

1. Ada 10 titik perahu penyeberangan yang menghubungkan Gowa-Makassar

IDN Times/Muizzu Khaidir

Sahar mengatakan, dia tidak sendiri menggeluti usaha perahu penyeberangan. Di sepanjang Sungai Jeneberang, kata Sahar, ada sekitar 10 titik penyeberangan dengan menggunakan jenis perahu yang sama. Ada di Desa Taeng dan Mangasa Gowa, serta di sekitar Jalan Mallengkeri - Parangtambung, Makassar.

"Perahu ini yang paling besar di antara yang lain, ini sekali menyeberang bisa sampai 35 motor," kata Sahar tentang keunggulan perahu miliknya.

2. Mulai beroperasi pada pagi hari

IDN Times/Muizzu Khaidir

Lulusan SMK Negeri 1 Pallangga, Gowa itu menyebut, perahu miliknya beroperasi setiap hari mulai pukul 06.00-00.30 WITA. Sahar mengaku senang bekerja mengemudikan perahu. Meski, katanya, dia diharuskan oleh orangtua untuk kuliah.

"Jadi saya sementara mengurus untuk masuk kuliah," ucap pria 21 tahun itu.

Baca Juga: 7 Kafe dan Warkop Enak Pilihan Mahasiswa di Sekitar Jalan Mallengkeri

3. Penyeberangan padat pada pagi dan sore hari

IDN Times/Muizzu Khaidir

Jasa perahu penyeberangan di Jeneberang paling sering ramai pada pagi dan sore hari. Menurut Sahar, mereka yang menggunakan motor pada umumnya tinggal di daerah Taeng dan bekerja di Kota Makassar.

Sahar mematok harga cukup terjangkau untuk satu motor beserta pengendaranya. Sekali menyeberang cukup membayar Rp2.000.

"Paling ramai ketika pagi hari dan juga sore, biasanya itu orang yang kerja," kata sahar.

Kata Sahar, waktu tersulit mengemudikan perahu adalah pada siang hari, di mana angin kerap berhembus cukup kencang dan membuat perahu goyang.

4. Para pekerja biasanya digaji per hari

IDN Times/Muizzu Khaidir

Ada 1-2 orang yang membantu Sahar mengoperasikan perahu setiap hari. Mereka digaji juga per hari. Satu orang bertugas menagih bayaran ke setiap penumpang, sementara Sahar sendiri fokus menjaga kemudi agar baling-baling perahu tidak nyangkut di eceng gondok.

Usaha Sahar juga terdampak pandemik COVID-10. Sebelumnya, kata dia, perahunya tak pernah kosong penumpang. Namun, saat pandemik, masyarakat juga membatasi kegiatan di luar rumah, apalagi melintasi perbatasan wilayah Gowa dan Makassar.

"Biasanya keuntungan yang didapatkan kurang lebih Rp700 ribu per hari. Untuk gajinya sendiri Rp100 per orang. Itupun kita ada shift-shift-annya." Sahar menerangkan.

Baca Juga: Remaja 15 Tahun di Gowa Tewas Terseret Arus Sungai Jeneberang

Berita Terkini Lainnya