TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Permainan Tradisional Makassar Terancam Kurangnya Ruang Bermain

Ruang bermain berkurang lantaran pembangunan yang kian masif

Ilustrasi permainan tradisional. ANTARA FOTO/Akbar Tado

Makassar, IDN Times - Permainan tradisional Indonesia, termasuk di Makassar, Sulawesi Selatan, dulu pernah sangat populer pada masanya. Jauh sebelum ada gawai, anak-anak menghabiskan waktu bersama temannya dengan memainkan permainan tradisional di ruang-ruang terbuka.

Di Makassar, ada banyak sekali jenis permainan tradisional. Sebut saja permainan dende, enggo-enggo, gebo', lojo-lojo', engrang, dan masih banyak lainnya.

Sayangnya, eksistensi permainan tradisional itu kian hari kian tergeser. Selain karena hadirnya gawai yang menjadi keniscayaan zaman, juga karena ruang bermain anak-anak kian hari juga berkurang lantaran pembangunan yang menutupi tanah-tanah lapang.

Generasi tua seperti baby boomer (1946 - 1964) dan generasi X (1965 - 1980) termasuk generasi yang paling mengenal permainan tradisional. Sebab mereka tumbuh ketika teknologi berbasis gawai di genggaman belum menguasai berbagai gerak.

1. Permainan tradisional mulai dilupakan

(Ilustrasi permainan tradisional) IDN Times/Daruwaskita

Maryam (46) merasa miris dengan kondisi anak-anak zaman sekarang yang lebih banyak bermain gawai seperti smartphone. Dia menyayangkan tergerusnya eksistensi permainan tradisional yang dianggapnya sangat menyenangkan ketika masih anak-anak.

"Permainan tradisional ini sudah banyak dilupakan. Dulu kita selalu main karet, main enggo-enggo (main petak umpet). Tapi sekarang tidak ada lagi begitu," katanya kepada IDN Times saat ditemui di rumahnya di Jalan Ance Dg Ngoyo, Jumat (4/6/2021).

Ibu empat anak ini mengaku kerap kesal dengan anak-anaknya yang sering bermain game online di ponselnya. Dia merasa anak-anaknya jadi malas belajar jika sudah asyik bermain gim sampai lupa waktu.

"Menjengkelkan biasa. Kadang tidak peduli lagi sama PR-nya karena HP saja ditahu. Dipanggil juga kadang tidak menyahut karena pakai headset," kata Maryam.

2. Ruang bermain anak kurang

Ilustrasi anak-anak (IDN Times/Ayu Afria)

Kamba (53) juga bercerita tentang masa kecilnya. Dia yang tumbuh besar di Makassar mengaku tahu betul bagaimana perkembangan kota ini, termasuk saat permainan tradisional perlahan mulai hilang.

"Dulu kita kalau sore-sore sudah main voli sama teman-teman atau main kelereng. Pasti ramai. Sekarang tidak ada lagi begitu," katanya.

Namun dia tak ingin membandingkan zamannya dengan zaman sekarang. Menurutnya, semua zaman pasti berbeda antara satu dengan lainnya. Zaman sekarang sudah jauh lebih maju dibandingkan dulu.

"Kalau dulu kita mau main gampang, banyak lapangan tanah kosong. Sekarang anak-anak mau main susah karena mau main di mana. Jadi pasti lebih pilih main game online di HP," katanya.

Baca Juga: Keceriaan Anak-Anak di LPKA Palu Ikut Lomba Permainan Tradisional 

Berita Terkini Lainnya