TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah Perawat COVID-19: Jauh dari Keluarga dan Saksikan Rekan Gugur

Bahkan sempat merasakan dijauhi di awal pandemik

Seorang tenaga kesehatan melambaikan tangan sebelum memberikan makanan kepada pasien positif COVID-19 di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) Bandung, Jawa Barat, Senin (13/7/2020) (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)

Makassar, IDN Times - Sudah setahun pandemik COVID-19 menyerang Indonesia. Selama itu pula, tenaga kesehatan harus berjibaku menangani pasien COVID-19. 

Berbagai pengalaman, baik suka maupun duka telah dialami para tenaga kesehatan. Di Makassar, Sulawesi Selatan, seorang perawat yang setiap hari bertugas merawat pasien COVID-19 di RSUP dr Wahidin Sudirohusodo, Akbar Kamaruddin (31), membagikan kisahnya.

Di sela-sela tugasnya, Akbar bersedia diwawancarai melalui WhatsApp. Kepada IDN Times, dia mengatakan sejak pandemik COVID-19, ada banyak hal yang berubah, entah itu dari dirinya sendiri maupun dari lingkungannya.

"Setahun pandemik COVID-19 mengubah kehidupan bersosial kita, sehingga memberikan rasa jenuh dan kekhawatiran setiap harinya," kata Akbar kepada IDN Times melalui WhatsApp, Sabtu (20/3/2021).

Baca Juga: Suka Duka Perawat Kala Pandemik: Orang Dekat Saya, Sudah Parno Duluan

1. Sedih ketika melihat rekan gugur akibat COVID-19 dan harus jauh dari keluarga

Ilustrasi tenaga medis (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)

Akbar mengaku selama pandemik ada banyak pengalaman yang dia dapatkan, mulai dari suka maupun duka. Apalagi dirinya termasuk perawat yang turut berpartisipasi langsung dalam penanganan pasien COVID-19. Tak jarang hatinya dilanda kesedihan manakala ada rekan sesama tenaga kesehatan yang dinyatakan positif COVID-19.

"Namun, yang paling memprihatinkan adalah melihat beberapa kerabat dan teman sejawat yang harus gugur akibat terpapar COVID-19 ini," katanya.

Perasaan sedih juga dirasakan Akbar karena harus berpisah dengan keluarga. Semua itu karena tuntutan pekerjaan yang membuatnya harus jauh dari orang-orang terdekat. Tapi itu semua bukan alasan untuk berputus asa, meski entah kapan pandemik berakhir. 

"Tapi yang paling menyedihkan saat saya harus berpisah untuk merayakan ibadah puasa dan shalat Idul Fitri jauh dari keluarga karena saat itu bertugas menjadi satgas COVID-19," kata Akbar.

2. Sempat dijauhi di awal pandemik bahkan terpapar COVID-19

Ilustrasi tenaga medis sebagai garda terdepan menghadapi pasien positif COVID-19. (IDN Times/Candra Irawan)

Pengalaman lainnya ketika Akbar harus dijauhi oleh orang-orang terdekatnya. Kala itu masih di awal pandemik, saat orang-orang masih begitu asing terhadap virus yang pertama kali ditemukan di Tiongkok. Tapi dia maklum dengan kondisi itu.

"Di awal pandemik saya terkadang merasa dijauhi oleh beberapa teman saya. Dan saya paham alasan mereka seperti itu, karena saat itu saya sedang menjadi satgas COVID-19. Hal itu pula yang menarik diri saya untuk sementara tidak ikut salat berjemaah di masjid," katanya.

Akbar sadar betul pekerjaannya itu sangat berisiko di tengah kondisi pandemik. Namun itu tak menyurutkan semangatnya untuk menjadi garda terdepan dalam melawan COVID-19. Bahkan ketika virus itu masuk ke dalam tubuhnya.

"Saya sempat terpapar COVID-19 pada bulan Mei 2021 dan menjalani opname selama 26 hari dengan total 12 kali swab," kata Akbar.

Baca Juga: Makna Hari Perawat Sedunia di Era Pandemik Bagi Perawat Tanah Air

Berita Terkini Lainnya