Dialog Setara Institute: Kaum Rentan di Sulsel Tidak Diprioritaskan

- Tidak ada paslon Gubernur Sulsel yang hadiri dialog dengan tema "Merancang Demokrasi Inklusif Menguatkan Suara Kelompok Rentan Sulawesi Selatan."
- Hanya perwakilan paslon nomor urut 1 yang hadir, sementara peserta kecewa karena tidak bisa berdiskusi langsung.
- Peneliti Setara Institute menyatakan kedua paslon cagub tidak hadir, menunjukkan political will dan keberpihakan terhadap isu kelompok rentan.
Makassar, IDN Times - Setara Institute dan Koalisi Aspirasi Sulawesi Selatan (Sulsel) menggelar tudang sipulung dengan mengusung tema "Merancang Demokrasi Inklusif Menguatkan Suara Kelompok Rentan Sulawesi Selatan".
Kegiatan tersebut dihelat di Swiss-Belinn Panakkukang Makassar Jl Boulevard, Kamis (21/11/2024) dengan pemantik dari LBH Makassar, Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI), Solidaritas Perempuan Anging Mammiri, dan Aman Sulsel.
Tudang sipulung ini juga mengundang dua kandidat pasangan calon (paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur Sulsel, Danny - Azhar dan Andi Sudirman - Fatmawati. Namun dua paslon tersebut tidak hadir.
1. Kaum perempuan dianggap belum jadi prioritas pemerintah

Hanya perwakilan paslon nomor urut 1 yang sempat hadir. Sehingga peserta tudung sipulung kecewa karena tidak bisa berdiskusi secara langsung oleh dua paslon pemimpin Sulsel tersebut.
Suryani dari Solidaritas Perempuan Anging Mammiri mengatakan, program dan peraturan daerah sehubungan dengan isu sumber daya alam, agraria, krisis iklim, kepentingan perempuan, dan ragam gender lainnya, belum jadi prioritas pemerintah.
"Jadi ketika pemerintah berbicara soal sumber daya alam, tidak ada di situ perempuan, dia tidak dilihat (dilibatkan)," ucap Suryani dalam kegiatan tudang sipulung.
Dia menjelaskan, saat pemerintah bicara soal pengelolaan sumber daya alam, berbicara soal krisis iklim, di situ yang penting ada jenis kelamin tertentu dan kelompok tertentu.
"Tapi tidak dengan perempuan dengan kawan-kawan disabilitas dan seterusnya termasuk dengan ragam gender lainnya, padahal setiap ada isu di sana perempuan dan kelompok-kelompok rentan lainnya itu memiliki kepentingan karena berbicara soal bagaimana hajat hidup orang," tuturnya.
Selanjutnya, kata Suryani, adalah belum ada pelibatan secara bermakna dalam ruang-ruang pengambilan keputusan di tingkat desa/kelurahan, kabupaten dan kota sampai tingkat provinsi bagi perempuan dan kelompok rentan.
"Situasi ini yang masih terjadi hari ini di Sulsel dan harapannya ini bisa disampaikan kepada calon - calon pemimpin kita," ujarnya.
2. Penyandang disabilitas keluhkan sikap KPU

Sementara Hamzah, perwakilan dari HWDI menerangkan, pemilih disabilitas di Sulsel sebanyak 46.342 dengan rincian disabilitas fisik sebanyak 19.986 pemilih, intelektual 3.048 pemilih, mental 7.559 pemilih, sensorik wicara 7.135 pemilih, sensorik rungu 2.690 pemilih, dan sensorik netra 5.924 pemilih
"Sudah ada data jumlah penyandang disabilitas tapi KPU tidak menawarkan solusi kepada disabilitas dalam mempermudah disabilitas di TPS," bebernya.
Padahal, lanjut Hamzah, empat ragam penyandang disabilitas itu punya kebutuhan yang berbeda dan kebutuhannya bisa diselesaikan asal pemahaman kita tentang penyandang disabilitas itu benar.
"Kalau persoalan kesulitan teman-teman disabilitas itu bisa diselesaikan. Kita berdoa saja mudah-mudahan teman-teman penyandang disabilitas datang ke TPS dan memilih," ungkapnya.
3. Setara Institute ingin pertemukan masyarakat dengan calon pemimpinnya

Peneliti Setara Institute, Sisy mengungkapkan tujuan kegiatan Tudang Sipulung ini ingin mencoba mempertemukan masyarakat sipil terutama Koalisi Asiprasi Sulsel dengan para calon gubernur.
"Jadi tujuan utamanya adalah agar bagaimana isu-isu tentang kelompok rentan ini bisa disuarakan dan sekaligus sebaliknya para peserta bisa memahami bagaimana sebenarnya pandangan mereka terhadap isu-isu kelompok rentan ini," ujarnya.
Namun ternyata, kedua kandidat paslon gubernur dan wakil gubernur Sulsel tidak hadir. Padahal pihaknya sudah mengkonfirmasi jauh hari sebelum kegiatan diselenggarakan.
"Sebelumnya kami sudah jauh-jauh hari mencoba untuk menghubungi kedua kandidat melalui jaringan tim kami di sini," ungkapnya.
Dia menyatakan, Setara Institute sendiri memfasilitasi forum diskusi dan seharusnya bisa dimanfaatkan sebaik mungkin oleh dua paslon cagub Sulsel dan peserta.
"Tapi kembali lagi, kita bisa menilai terlepas mereka ada agenda lain tapi bagaimana political will, antusias dari pada kedua calon gubernur," ucap Sisy.
Dia mengatakan, dengan tidak hadirnya kedua paslon cagub tersebut bisa dinilai bersama bagaimana keberpihakan mereka terhadap isu-isu kelompok rentan ini.
"Apakah sebetulnya isu-isu tidak dianggap strategis atau seperti apa?, itu mungkin teman-teman masyarakat sipil bisa menilai ketidakhadiran para kedua paslon ini," pungkasnya.