Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Sinyal Terselubung bahwa Pasangan Masih Terjebak Inner Child

illustrasi pasangan diam (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)
illustrasi pasangan diam (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)

Hubungan asmara gak cuma soal kasih sayang dan perhatian, tapi juga tentang kesiapan emosional masing-masing individu. Banyak orang membawa luka masa kecil tanpa sadar ke dalam hubungan, yang sering disebut sebagai inner child. Luka itu bisa muncul lewat sikap defensif, cara berkomunikasi, atau bahkan bagaimana seseorang mengekspresikan rasa cinta. Jika gak disadari, hal ini bisa menjadi penghalang untuk hubungan yang sehat dan harmonis.

Inner child yang belum sembuh sering menuntun seseorang pada pola perilaku tertentu yang tampak sepele, tapi sesungguhnya menyimpan pesan terselubung. Ketika hal ini terus berulang, hubungan akan terasa melelahkan, seolah berjalan di tempat tanpa ada pertumbuhan. Karena itu, memahami sinyal-sinyal tersembunyi sangat penting agar bisa lebih bijak menyikapi dan mendukung pasangan.

Berikut lima tanda yang sering muncul kalau pasangan masih terjebak inner child.

1. Sulit menerima kritik

illustrasi pasangan tersinggung (pexels.com/Keira Burton)
illustrasi pasangan tersinggung (pexels.com/Keira Burton)

Seseorang yang masih dikuasai inner child biasanya gampang tersinggung ketika mendengar kritik. Alih-alih menerima dengan kepala dingin, pasangan malah merespons dengan defensif, marah, atau bahkan diam berkepanjangan. Hal ini terjadi karena dalam dirinya masih ada luka lama yang membuatnya merasa kurang berharga. Setiap kritik terdengar seperti serangan personal, bukan masukan yang membangun.

Kondisi ini tentu menyulitkan komunikasi dalam hubungan. Ketika satu pihak gak bisa terbuka pada masukan, pertumbuhan bersama jadi terhambat. Padahal, setiap pasangan pasti butuh saling mengingatkan untuk bisa maju. Jika hal ini dibiarkan, hubungan rentan dipenuhi kesalahpahaman yang seharusnya bisa dicegah dengan keterbukaan hati.

2. Membutuhkan perhatian berlebihan

illustrasi pasangan curiga (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)
illustrasi pasangan curiga (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)

Pasangan yang terjebak inner child sering menuntut perhatian secara konstan. Mereka bisa merasa cemas atau marah ketika gak segera dihubungi, atau bahkan merasa diabaikan hanya karena hal kecil. Kebutuhan akan perhatian ini sebenarnya berasal dari rasa takut ditinggalkan sejak masa kecil. Luka itu masih membekas hingga dewasa, lalu ditumpahkan ke dalam hubungan.

Perilaku seperti ini memang terlihat manis di awal, karena seolah penuh kasih sayang. Namun, jika berlebihan, justru terasa melelahkan bagi pasangan. Hubungan sehat seharusnya punya ruang pribadi bagi masing-masing individu. Tanpa keseimbangan itu, hubungan bisa dipenuhi rasa tertekan dan bukannya memberi kenyamanan.

3. Kesulitan mengelola emosi

illustrasi pasangan diam (.pexels.com/SHVETS production)
illustrasi pasangan diam (.pexels.com/SHVETS production)

Inner child yang belum tuntas sering muncul lewat ledakan emosi yang gak terkendali. Pasangan mungkin gampang marah untuk hal kecil atau malah mendiamkan dalam waktu lama. Respons emosional itu sesungguhnya bukan hanya tentang situasi sekarang, tapi juga luka masa lalu yang belum terselesaikan. Akibatnya, emosi yang muncul jadi lebih besar daripada masalah yang sebenarnya.

Ketika pasangan belum bisa mengelola emosi dengan dewasa, hubungan terasa rapuh. Pertengkaran jadi lebih sering terjadi karena salah paham yang berulang. Situasi ini bisa membuat satu pihak merasa kelelahan dan terjebak dalam siklus konflik. Untuk keluar dari pola tersebut, dibutuhkan kesadaran mendalam dan keinginan untuk menyembuhkan luka batin.

4. Sulit memberi rasa aman

illustrasi pasangan curiga (pexels.com/cottonbro studio)
illustrasi pasangan curiga (pexels.com/cottonbro studio)

Rasa aman adalah fondasi utama dalam sebuah hubungan. Namun, pasangan yang masih terjebak inner child sering kesulitan memberikan rasa itu. Mereka mungkin gampang curiga, terlalu cemburu, atau terus-menerus menguji kesetiaan. Hal ini bukan karena kurang cinta, melainkan karena ada rasa takut ditinggalkan yang sudah melekat sejak kecil.

Perasaan seperti ini lama-kelamaan bisa membuat hubungan jadi tegang. Pasangan merasa selalu diawasi atau diragukan, sehingga kebebasan dalam hubungan terasa terbatas. Padahal, kepercayaan adalah hal penting agar hubungan bisa bertumbuh sehat. Tanpa rasa aman, hubungan hanya akan dipenuhi kecemasan dan keraguan yang menyulitkan kedua belah pihak.

5. Enggan bertanggung jawab

illustrasi konflik pasangan (.pexels.com/Timur Weber)
illustrasi konflik pasangan (.pexels.com/Timur Weber)

Ciri lain dari inner child yang masih aktif adalah enggan bertanggung jawab atas kesalahan. Pasangan cenderung menyalahkan orang lain, mencari alasan, atau bahkan menghindar saat diminta menyelesaikan masalah. Pola ini terjadi karena sejak kecil mungkin mereka terbiasa mendapat hukuman tanpa penjelasan, sehingga terbentuk rasa takut untuk mengakui kesalahan.

Dalam hubungan, sikap seperti ini bisa memicu konflik berlarut-larut. Masalah kecil pun jadi besar karena gak pernah benar-benar diselesaikan. Akhirnya, hubungan berjalan dengan pola yang sama, penuh penghindaran dan rasa frustrasi. Kedewasaan dalam hubungan hanya bisa tumbuh jika kedua pihak berani menghadapi dan bertanggung jawab atas setiap kesalahan.

Menjalin hubungan dengan seseorang yang masih terjebak inner child memang gak mudah, tapi bukan berarti mustahil. Hal terpenting adalah adanya kesadaran dari pasangan untuk pelan-pelan menyembuhkan luka batinnya. Dukungan, komunikasi terbuka, dan keinginan untuk bertumbuh bersama bisa menjadi kunci agar hubungan tetap sehat.

Kalau tanda-tanda ini sudah mulai terlihat, jangan terburu-buru menilai pasangan buruk. Setiap orang punya luka masa lalu, dan proses penyembuhan butuh waktu. Dengan kesabaran dan kerja sama, hubungan bisa tetap harmonis meski inner child masih membekas.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aan Pranata
EditorAan Pranata
Follow Us