6 Pengetahuan Penting agar Kamu Punya Rasa Malu yang Positif

Kalau kamu bersikap tanpa tahu malu, pasti kelakuanmu menjadi malu-maluin. Dirimu mungkin sering kena tegur orang. Akan tetapi, rendahnya rasa malu bikin kamu kurang peka.
Sulit buatmu mengerti tindakan atau ucapanmu yang ternyata gak pantas. Dirimu terlalu cuek serta semaunya sendiri. Apabila sikapmu yang gak tahu malu terus berulang bahkan tambah parah, orang-orang bisa kesal dan menjauhimu.
Terlalu pemalu memang tidak baik. Namun, pahami hal-hal penting guna menumbuhkan rasa malu yang tepat dalam diri. Kamu kudu selalu ingat enam poin berikut. Jaga sikapmu di mana pun dirimu berada dan di depan siapa saja.
1. Tahu diri

Orang disebut tidak tahu diri biasanya karena gak mampu melihat ke dalam diri lalu membandingkannya dengan orang lain. Contohnya, kamu dipandang tak tahu diri karena bersikap gak sopan pada orang yang lebih tua. Seharusnya dirimu paham tentang jarak usia kalian dan cara berkomunikasi yang tepat.
Sikap tak tahu diri lainnya mengenai pengalaman pernah ditolong. Jika kamu pernah dibantu oleh orang lain, jangan sampai dirimu gak pernah menyampaikan terima kasih. Apalagi di kemudian hari dirimu justru berbuat buruk pada orang tersebut.
2. Tahu tempat

Tempat bukan sekadar ruang untuk orang berdiri, duduk, berjalan, dan melakukan berbagai aktivitas. Di setiap tempat apalagi ruang publik ada aturan tak tertulis yang harus dipatuhi semua orang. Jangan menyamakannya dengan rumah pribadi yang cuma dihuni olehmu.
Kamu kudu paham etika. Norma kesopanan jangan ditabrak begitu saja bahkan ketika dirimu di luar negeri. Perbuatan tidak tahu tempat yang seharusnya membuatmu malu misalnya, bermesraan secara berlebihan di tempat umum.
Hindari melakukan apa pun cuma memperturutkan keinginan. Selalu tanyakan pada diri sendiri, tempatnya tepat atau gak? Suatu tindakan mungkin dianggap wajar di satu tempat, tapi gak pantas di tempat lain.
3. Tahu waktu

Siapa nih, yang jika bertamu atau menelepon tidak melihat waktu dulu? Misalnya, kamu menelepon orang di jam kerja padahal tidak ada sesuatu yang urgen. Atau, dirimu bertamu terlalu lama. Juga kamu datang ke rumah orang bertepatan dengan jam makan.
Bentuk-bentuk ketidakpedulian akan waktu di atas semestinya menerbitkan rasa malu. Teleponmu di jam kerja seseorang jelas merupakan gangguan. Demikian juga kamu bertamu terlalu lama tentu membuat tuan rumah lelah.
Kegiatannya dapat terhambat karena gak bisa meninggalkanmu. Begitu pula bertamu di jam makan seolah-olah kamu sedang minta diajak makan sekalian. Selalu tengok jam dulu sebelum dirimu melakukan hal-hal yang berkaitan dengan orang lain.
4. Tahu situasi

Contohnya, kamu melayat ke rumah seseorang. Suasananya jelas duka. Walaupun hubungan kalian tidak begitu dekat, dirimu tetap wajib menghargai kesedihan mendalam keluarganya. Jangan bercanda dengan sesama pelayat.
Apalagi kamu berusaha menghibur keluarga yang tengah berduka dengan cara yang gak berempati. Bila orang yang wafat juga memberikan warisan termasuk untukmu, hindari membicarakannya sekarang. Suasana duka jangan seperti dipaksakan berubah penuh motif ekonomi.
Bila pun soal warisan itu diduga bakal menjadi sengketa, tetaplah tenang. Nanti pasti ada saat yang lebih pas untuk membicarakannya. Kamu jangan bersikap gak tahu malu seakan-akan tak sabar mendapatkan sejumlah harta.
5. Tahu batasan

Batasan memang biasanya gak tertulis. Kamu mesti mengembangkan kepekaan ketika bergaul dengan siapa pun. Hindari mencampuri urusan pribadinya. Bayangkan bahwa kamu dan orang lain berada di ruangan masing-masing.
Ada dinding yang membatasi kalian. Meski kalian tetangga dekat bahkan saudara, jangan menembus batasan itu. Bentuk perilaku tak kenal batasan yang harus dijauhi misalnya, terus mencecar alasan seseorang belum menikah.
Lalu kamu sibuk berpetuah atau secara sepihak ingin menjodohkannya dengan seseorang. Pahami bahwa yang ingin atau tidak ingin menikah dalam waktu dekat adalah dirinya. Bukan kamu. Apa pun pilihannya juga tak berdampak berarti terhadap kehidupanmu.
6. Tahu kapasitas diri

Misalnya, dalam suatu organisasi kapasitasmu sebagai bendahara. Berbicaralah sesuai tugas dan kewenanganmu. Jangan seolah-olah kamu menempatkan diri sebagai ketua. Juga tidak usah ikut campur tugas sekretaris dan lainnya.
Dirimu cukup menyampaikan berbagai laporan terkait keuangan, masalah-masalahnya, dan masukan darimu. Berbicara di luar kapasitasmu barangkali bikin kamu merasa keren. Namun, perasaan itu menipu.
Malah semestinya dirimu malu karena bersikap sok tahu dan sok berkuasa. Orang lain juga gak bakal benar-benar peduli jika kamu bicara melebihi kapasitasmu. Mereka tetap lebih fokus dan percaya pada orang yang tepat untuk suatu urusan.
Dengan kamu memiliki pengetahuan tentang enam hal di atas, rasa malu yang berkembang dalam diri akan tepat. Artinya, bukan rasa malu yang menghambat kemajuan hidupmu. Justru perasaan malu yang muncul membuatmu makin berkelas.


















