7 Kualitas Hidup Saat Bisa Mengelola Sikap Perfeksionis, Lebih Tenang!

Manusia seringkali dibutuhkan oleh standar perfeksionis. Mereka menginginkan kesempurnaan di segala aspek kehidupan. Bahkan standar perfeksionis dijadikan sebagai patokan utama dalam mengambil keputusan. Tapi pernahkah berpikir untuk mengesampingkan standar perfeksionis sekali saja?
Pada faktanya kita tidak harus mengutamakan kesempurnaan dalam segala situasi. Memiliki sisi kekurangan dan kelemahan merupakan hal yang wajar. Kita tidak perlu menghakimi diri secara berlebihan hanya karena memiliki kekurangan. Mampu mengelola sikap perfeksionis dengan tepat, sejumlah kualitas hidup akan dirasakan.
1. Mampu meminimalisir stres dan kecemasan

Sikap perfeksionis kerap dijadikan sebagai patokan utama saat mengambil keputusan. Standar kesempurnaan seolah menjadi yang paling penting dan prioritas. Tapi pernahkah berpikir untuk mengelola sikap perfeksionis agar tetap dalam porsi yang tepat?
Justru ini akan menghadirkan sejumlah kualitas hidup. Mampu mengelola sikap perfeksionis, otomatis seseorang terambil dalam meminimalisir stres dan kecemasan. Seseorang menjadi lebih toleran terhadap kesalahan dan bisa menikmati proses tanpa tekanan terus-menerus.
2. Produktivitas selalu terjaga

Mengelola sikap perfeksionis memang tidak mudah. Seringnya standar kesempurnaan mendominasi aspek penting dalam hidup. Bahkan kita menempatkan standar perfeksionis sebagai tujuan utama dari setiap usaha yang dilakukan.
Padahal dengan mengelola sikap perfeksionis secara bijaksana, justru kita akan memperoleh kualitas hidup. Di sinilah produktivitas terjaga dengan baik. Seseorang menyelesaikan tugas dengan efisien tanpa terus-menerus menunda karena merasa belum sempurna.
3. Relasi sosial terjalin harmonis

Pada faktanya kita sudah ditakdirkan menjadi makhluk sosial. Sedikit banyak, pasti akan terlibat interaksi dengan orang-orang di lingkungan sekitar. Entah untuk membahas persoalan penting dan mendesak. Atau interaksi sekedar pada tegur sapa dan basa-basi ringan.
Relasi sosial yang terjalin lebih harmonis menjadi kualitas hidup saat mampu mengelola sikap perfeksionis. Kita tumbuh menjadi individu yang lebih toleran dalam menyikapi kekurangan orang lain. Termasuk menyadari bahwa setiap orang pasti memiliki sisi kekurangan dan kelemahan tanpa perlu dihakimi.
4. Kebebasan dalam mengembangkan diri

Tentu kita tidak bisa membiarkan kehidupan berjalan stagnan. Harus ada langkah yang efektif dan efisien untuk mengembangkan diri lebih lanjut. Ternyata ini menjadi salah satu kualitas hidup yang diperoleh orang-orang saat mampu mengelola sikap perfeksionis dalam operasi yang tepat.
Kita tidak akan terpaku pada standar kesempurnaan yang membatasi diri. Mengesampingkan perfeksionis, kita tidak pernah memiliki rasa takut mencoba hal baru. Apalagi rasa takut akan kegagalan. Kreativitas lebih leluasa karena tidak terhambat oleh rasa takut maupun kesalahan.
5. Keseimbangan hidup yang terjaga dengan baik

Inti menjalani hidup bukan terletak pada kesuksesan dan pencapaian tertinggi. Namun yang paling penting adalah keseimbangan agar kehidupan tetap berjalan terarah. Karena saat kehidupan berjalan berat sebelah, tentu dapat mengganggu aspek-aspek penting secara keseluruhan.
Perlu diketahui, keseimbangan hidup yang terjaga merupakan kualitas hidup saat mampu mengelola sikap perfeksionis. Seseorang bisa menikmati waktu ruang tanpa perasaan bersalah. Mereka mampu membagi energi untuk aspek lain dalam hidup seperti keluarga, hobi, dan kesehatan.
6. Rasa percaya diri lebih stabil

Pernahkah berpikiran untuk mengelola sikap perfeksionis dengan bijaksana? Atau justru menjadikan standar perfeksionis sebagai patokan dalam meraih pencapaian? Sejenak, mari kita kendalikan sikap perfeksionis agar tetap bertahan dalam batas yang wajar.
Karena ini berkaitan dengan kualitas hidup yang akan dirasakan. Mampu mengelola sikap perfeksionis, rasa percaya diri otomatis lebih stabil. Kita tumbuh menjadi individu yang mampu menghargai proses dan usaha. Bukan hanya terpaku pada hasil akhir.
7. Peningkatan akan rasa syukur dan kepuasan

Bersyukur memang menjadi kalimat paling mudah untuk diucapkan. Tapi bagaimana dengan penerapannya di kehidupan nyata? Pada faktanya bersyukur menjadi salah satu sikap yang paling susah diterapkan. Bahkan banyak orang merasa kurang meskipun mereka memiliki pencapaian dengan standar tertinggi.
Tapi hal ini tidak akan dirasakan oleh orang-orang yang mampu mengelola sikap perfeksionis dengan tepat. Pengendalian diri yang baik mampu meningkatkan rasa syukur dan kepuasan. Seseorang tidak lagi terjebak pada rasa kurang yang tidak berujung.
Mengelola sikap perfeksionis agar tetap berada dalam batas yang wajar memang susah-susah gampang. Seringnya sikap perfeksionis justru dijadikan sebagai patokan utama yang mendominasi seluruh keputusan. Padahal dengan mengelola sikap perfeksionis sesuai batas yang tepat, ini tidak akan merugikan diri. Sejumlah kualitas hidup justru bisa dirasakan secara langsung.