Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

4 Bentuk Pressure dari Orang Terdekat yang Sering Dianggap Biasa

Ilustrasi sedang berpikir (Pexels.com/SnapK Anh Phong)
Ilustrasi sedang berpikir (Pexels.com/SnapK Anh Phong)

Pernah gak sih kamu ngerasa capek banget, padahal gak ada masalah besar? Rasanya ingin nangis, tapi gak tahu juga kenapa. Bisa jadi, itu karena kamu sedang mengalami tekanan dari orang-orang yang kamu sayangi, keluarga, sahabat, atau bahkan pasangan. Ironisnya, bentuk pressure kayak gini sering banget gak dianggap serius, cuma karena datangnya dari orang terdekat yang niatnya “katanya” baik.

Tapi jangan salah, tekanan yang datang dari orang terdekat bisa jauh lebih menguras energi dibanding dari orang asing. Soalnya, kita cenderung diam dan memaklumi, karena gak enak buat protes atau takut dianggap gak tahu diri. Nah, supaya kamu makin sadar dan bisa pasang batasan, yuk kenali beberapa bentuk pressure dari orang terdekat yang sering banget kita anggap biasa aja padahal dampaknya gak main-main!

1. Tuntutan harus selalu jadi "anak kebanggaan"

Ilustrasi sedang sedih (Pexels.com/Alex Green)
Ilustrasi sedang sedih (Pexels.com/Alex Green)

Pernah gak, kamu ngerasa harus selalu sempurna biar gak ngecewain orang tua? Kayak nilai harus bagus, pilihan jurusan harus sesuai keinginan mereka, sampai cara berpakaian dan bersosialisasi pun gak bisa lepas dari standar keluarga. Semua itu lama-lama bikin kamu kehilangan jati diri dan malah hidup buat menyenangkan mereka, bukan buat diri sendiri. 

Padahal, jadi anak yang baik bukan berarti harus jadi anak yang nurut terus. Tekanan kayak gini bisa bikin kamu ngerasa gagal terus, bahkan ketika udah berusaha sekuat tenaga. Dan lebih parahnya lagi, kita sering merasa bersalah ketika mencoba berkata “tidak” atau memilih jalan sendiri. Padahal, valid kok kalau kamu ingin bahagia dengan cara yang berbeda dari ekspektasi keluarga.

2. Disuruh sabar terus dalam hubungan yang toxic

ilustrasi depresi (pexels.com/David Garrison)
ilustrasi depresi (pexels.com/David Garrison)

Ketika kamu cerita soal pasangan yang kasar, posesif, atau gak suportif, gak jarang orang terdekat bilang, “Sabar ya, semua hubungan pasti ada masalahnya.” Atau yang lebih menyebalkan lagi, “Kamu sih, terlalu sensitif.” Kalimat kayak gitu tuh bentuk pressure juga, lho. Mereka seolah menyuruh kamu tetap bertahan di hubungan yang udah bikin kamu tersiksa secara mental, hanya karena gak mau kamu ‘kelihatan gagal’. 

Padahal, gak semua hubungan layak dipertahankan. Kadang, keluar dari hubungan itu bukan bentuk menyerah, tapi bentuk keberanian. Sayangnya, banyak orang terdekat yang justru memaksa kita untuk tetap sabar, padahal luka kita makin dalam. Ini bentuk tekanan yang gak kelihatan, tapi nyakitin banget.

3. Dibanding-bandingin sama saudara atau teman sendiri

ilustrasi melihat sosial media (pexels.com/SHVETS production)
ilustrasi melihat sosial media (pexels.com/SHVETS production)

“Coba deh kayak kakakmu, dia aja udah kerja, kamu kapan?” atau “Itu temenmu udah nikah, kamu masih sendiri aja.” Hayo, siapa yang sering dapat kalimat kayak gini? Walaupun kadang diucapkan sambil bercanda atau dianggap motivasi, kenyataannya bikin mental kita jatuh banget. Dibandingin terus bikin kita ngerasa gak cukup, gak berkembang, dan gagal jadi versi terbaik diri sendiri. 

Ini salah satu bentuk tekanan yang sangat umum, tapi sayangnya udah jadi budaya di banyak lingkungan keluarga. Tanpa disadari, kita jadi overthinking setiap bikin keputusan, karena takut dianggap gak sehebat si A atau si B. Padahal, semua orang punya waktu dan jalan masing-masing, dan gak ada yang salah dengan berjalan pelan asalkan tetap bergerak maju.

4. Menjadi yang bisa diandalkan tapi gak bisa ngandalin balik

ilustrasi wanita bekerja (pexels.com/ThisIsEngineering)
ilustrasi wanita bekerja (pexels.com/ThisIsEngineering)

Kamu pernah gak diminta dengarin curhatan terus, bantuin ini itu, selalu jadi tempat bergantung, tapi pas kamu butuh, mereka gak ada? Nah, ini juga pressure yang sering banget gak disadari. Orang terdekat kadang merasa kamu selalu “kuat” dan bisa diandalkan, sampai lupa kamu juga manusia yang bisa lelah. 

Akhirnya, kamu ngerasa gak enakan buat nolak atau bilang capek, karena takut bikin mereka kecewa. Lama-lama, kamu tumbang sendiri. Pressure kayak gini tuh berbahaya, karena bisa bikin kamu kehabisan energi buat diri sendiri. Sementara mereka tetap enak-enakan, kamu harus terus jadi pahlawan buat semua orang. Padahal, kamu juga butuh dipahami, bukan cuma memahami.

Pressure gak selalu datang dalam bentuk bentakan atau paksaan terang-terangan. Justru, yang datang dari orang terdekat sering kali dibungkus niat “baik” yang bikin kita ragu buat menolak atau speak up. Tapi kamu perlu ingat, batasan tetap penting, bahkan dengan keluarga atau orang yang paling kamu sayangi. Mulai sekarang, coba lebih peka sama tekanan yang kamu rasain. Karena hidup bukan buat bikin semua orang senang, tapi buat jalanin versi terbaik dari diri kamu sendiri. Kamu berhak merasa cukup, tenang, dan gak selalu harus ada buat semua orang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aan Pranata
EditorAan Pranata
Follow Us