Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Bukan Genetik! Ini 3 Faktor Utama yang  Mempengaruhi Kecerdasan Anak

ilustrasi anak melakukan eksperimen (pexels.com/MART PRODUCTION)
Intinya sih...
  • Kecerdasan anak dipengaruhi oleh nutrisi, stimulasi, dan pola asuh
  • Nutrisi penting untuk perkembangan otak anak, termasuk omega-3, zat besi, dan vitamin D
  • Stimulasi yang tepat sejak dini dan pola asuh penuh kasih sayang juga berperan besar dalam memengaruhi kecerdasan anak

Ketika membicarakan kecerdasan anak, banyak orang langsung berpikir bahwa faktor genetik adalah penentu utama. Namun, menurut dr. Ria Yoanita, Sp.A, seorang dokter spesialis anak, ini hanyalah mitos. Kecerdasan anak tidak semata-mata ditentukan oleh genetik, melainkan oleh beberapa faktor eksternal yang dapat dimaksimalkan oleh orangtua.

“Kecerdasan anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan bagaimana kita mendukung tumbuh kembang mereka, genetik hanya berperan 20% saja,” ujar dr. Ria. Beliau menjelaskan tiga faktor utama yang berkontribusi besar dalam memengaruhi kecerdasan anak, yaitu nutrisi, stimulasi, dan pola asuh.

Dengan memahami dan menerapkan ketiga faktor ini, orangtua dapat membantu anak mencapai potensi terbaik mereka, berikut penjelasan lengkapnya.

1. Nutrisi untuk bahan bakar otak dan penjaga sistem imun

ilustrasi ibu menyuapi anak (pexels.com/Yan Krukau)

Sejak masa kehamilan hingga usia lima tahun, nutrisi adalah fondasi utama bagi perkembangan otak anak. Otak berkembang paling pesat pada masa ini, sehingga asupan nutrisi yang tepat sangat penting untuk menunjang fungsi otak sekaligus menjaga sistem imun anak.

Makanan seperti ikan, telur, kacang-kacangan, dan sayuran hijau kaya akan nutrisi penting seperti asam lemak omega-3, zat besi, dan vitamin D. Omega-3, misalnya, membantu pembentukan sel otak yang mendukung kemampuan kognitif anak. Zat besi mencegah anemia yang bisa mengganggu konsentrasi dan daya ingat.

Selain mendukung kecerdasan, nutrisi yang baik juga meningkatkan daya tahan tubuh anak. Sistem imun yang kuat membantu anak terhindar dari penyakit yang dapat mengganggu proses belajar dan aktivitas sehari-hari. Sebaliknya, anak yang sering sakit biasanya akan kehilangan waktu bermain dan belajar yang berharga.

Orangtua juga perlu membatasi makanan tinggi gula dan lemak trans yang dapat memengaruhi perilaku dan konsentrasi anak. Pastikan anak mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang, mulai dari karbohidrat kompleks, protein, lemak sehat, hingga serat dan vitamin.

2. Stimulasi untuk mengaktifkan potensi otak anak

ilustrasi ibu menstimulasi bayinya (pexels.com/Ivan Samkov)

Nutrisi yang baik harus diimbangi dengan stimulasi yang tepat. Stimulasi merupakan cara membantu anak mengasah kemampuan otaknya melalui aktivitas yang merangsang berbagai aspek perkembangan, seperti motorik, bahasa, sosial, dan kognitif. Stimulasi bisa dilakukan sejak bayi.

Berbicara dengan bayi sambil menatap matanya, membacakan buku cerita, atau bernyanyi adalah cara sederhana namun efektif untuk merangsang otak mereka. Saat anak mulai besar, kegiatan seperti bermain puzzle, menggambar, atau menyusun balok juga membantu melatih kemampuan berpikir logis dan memecahkan masalah.

Anak yang mendapatkan stimulasi sejak dini cenderung memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik. Namun, stimulasi yang diberikan harus sesuai dengan usia dan minat anak agar mereka merasa nyaman dan termotivasi.

Stimulasi tidak hanya datang dari permainan atau aktivitas terstruktur, tetapi juga dari interaksi sehari-hari. Misalnya, saat mengajak anak belanja, ajak mereka menghitung barang atau menyebutkan warna. Aktivitas sederhana ini membantu memperkaya pengalaman belajar mereka.

3. Pola asuh untuk membentuk kecerdasan emosional

ilustrasi ibu mengasuh bayinya dengan bahagia (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Pola asuh adalah faktor utama yang membentuk karakter, emosi, dan cara berpikir anak. Anak yang tumbuh dalam pola asuh penuh kasih sayang akan merasa aman dan dihargai, yang berpengaruh besar pada perkembangan kecerdasan emosional mereka.

Cinta dan perhatian dari orangtua menciptakan lingkungan yang kondusif bagi anak untuk belajar dan bereksplorasi. Anak yang merasa didukung cenderung memiliki rasa percaya diri yang tinggi, sehingga lebih berani mencoba hal baru dan menghadapi tantangan.

Sebaliknya, pola asuh yang keras atau penuh tekanan dapat membuat anak merasa tidak dihargai. Hal ini bisa menghambat motivasi mereka untuk belajar dan berprestasi. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk menerapkan pola asuh yang positif.

Salah satu cara sederhana untuk membangun pola asuh yang baik adalah meluangkan waktu bersama anak. Dengarkan cerita mereka tanpa menghakimi, hargai usaha mereka, dan beri pujian yang tulus. Selain itu, ajarkan anak untuk mengenali dan mengelola emosinya. Kecerdasan emosional yang baik akan membantu mereka lebih mudah beradaptasi di berbagai situasi.

Kecerdasan anak bukanlah hasil dari genetik semata, tetapi dari nutrisi yang tepat, stimulasi yang konsisten, dan pola asuh yang penuh kasih sayang. Dengan memahami pentingnya ketiga faktor ini, orangtua dapat lebih fokus pada hal-hal yang benar-benar bermanfaat untuk masa depan anak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Irwan Idris
EditorIrwan Idris
Follow Us