Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Tanda Konten Psikologi di FYP-mu Cuma Clickbait, Bukan Edukasi

Ilustrasi scroll HP (Pexels.com/SHVETS production)
Ilustrasi scroll HP (Pexels.com/SHVETS production)

Belakangan ini, konten psikologi jadi salah satu tema favorit yang sering muncul di FYP. Mulai dari bahas overthinking, inner child, sampai gangguan kepribadian tertentu, semuanya dikemas dengan cara menarik dan gampang dipahami. Tapi masalahnya, gak semua yang viral itu beneran bisa dipakai sebagai bahan edukasi. Ada juga konten yang lebih mementingkan clickbait daripada akurasi, dan kalau kamu telan mentah-mentah, bisa bahaya buat cara pandangmu terhadap diri sendiri maupun orang lain.

Banyak orang yang akhirnya merasa “oh, berarti aku kena gangguan ini” hanya gara-gara cocok dengan satu-dua ciri yang disebut kreator konten. Padahal, diagnosis atau pemahaman psikologis gak sesederhana itu. Kalau terlalu percaya sama konten yang ternyata cuma clickbait, kamu bisa salah kaprah dan malah makin bingung. Nah, biar gak gampang kejebak, berikut beberapa tanda konten psikologi di FYP-mu sebenarnya cuma clickbait, bukan edukasi.

1. Judulnya lebay dan penuh janji palsu

Ilustrasi sedang scrolling (Pexels.com/cottonbro studio)
Ilustrasi sedang scrolling (Pexels.com/cottonbro studio)

Salah satu tanda paling gampang dikenali adalah dari judulnya. Kalau kamu lihat konten dengan judul kayak, “Tes ini bisa tahu trauma masa kecilmu cuma dalam 3 detik!” atau “Kalau kamu begini, fix kepribadianmu rusak!”, besar kemungkinan itu cuma clickbait. Kreator sengaja bikin judul lebay biar orang kepo dan ngeklik videonya, padahal isi kontennya sering kali gak sedalam itu.

Judul yang terlalu menjanjikan hasil instan jelas gak realistis. Psikologi itu ilmu serius yang butuh proses panjang buat memahami satu individu, jadi mana mungkin bisa selesai dengan satu video pendek. Kalau kamu nemu konten yang kayak gini, sebaiknya jangan langsung percaya. Anggap saja itu hiburan, bukan edukasi yang bisa dipakai buat refleksi.

2. Isinya cuma cocoklogi

ilustrasi mencari informasi (pexels.com/Marcus Aurelius)
ilustrasi mencari informasi (pexels.com/Marcus Aurelius)

Pernah gak sih, kamu nonton konten yang bilang, “Kalau kamu suka sendirian, berarti kamu orang introvert yang trauma,” atau “Kalau sering overthinking, tandanya kamu punya inner child yang rusak”? Nah, ini contoh klasik konten psikologi clickbait yang isinya cuma cocoklogi. Semua ciri yang disebut kayak sengaja dibuat relate biar orang merasa, “Wah, ini gue banget!”

Masalahnya, gak semua perilaku atau perasaan harus selalu dikaitkan dengan trauma atau gangguan psikologis. Kadang orang memang lagi capek aja, lagi gak mood, atau memang karakternya kayak gitu. Konten cocoklogi kayak gini berbahaya karena bisa bikin orang salah paham sama dirinya sendiri dan merasa ada “kerusakan” padahal normal-normal aja.

3. Gak ada sumber atau referensi jelas

ilustrasi membuka website (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi membuka website (pexels.com/cottonbro studio)

Konten psikologi yang edukatif biasanya disertai sumber, entah itu dari teori psikologi, penelitian, atau minimal dari pengalaman profesional. Kalau kamu lihat konten yang cuma ngomong panjang lebar tanpa ada dasar jelas, kemungkinan besar itu clickbait. Apalagi kalau kreatornya bukan orang dengan latar belakang psikologi atau kesehatan mental, tapi ngomong seolah-olah sudah pasti benar.

Memang sih, gak semua orang harus pakai bahasa super akademis atau ngutip jurnal biar dianggap valid. Tapi kalau benar-benar edukasi, pasti ada penjelasan logis yang bisa dipertanggungjawabkan. Jadi kalau kamu nemu konten yang terlalu asal ngomong, sebaiknya jangan ditelan mentah-mentah.

4. Menggeneralisasi semua orang

ilustrasi individu memandang diri negatif (pexels.com/Alex Green)
ilustrasi individu memandang diri negatif (pexels.com/Alex Green)

Tanda terakhir yang paling sering muncul adalah konten yang suka menggeneralisasi. Misalnya, “Kalau kamu gampang marah, berarti kamu pasti punya masalah mental,” atau “Orang yang suka overthinking pasti punya luka batin.” Padahal, gak semua orang bisa dipukul rata kayak gitu. Setiap individu punya pengalaman, latar belakang, dan faktor lingkungan yang berbeda-beda.

Konten psikologi yang beneran edukatif justru bakal memberikan disclaimer bahwa kondisi psikologis seseorang itu kompleks. Kalau ada konten yang terkesan terlalu menyamaratakan, hampir bisa dipastikan itu lebih clickbait daripada edukasi. Jadi, jangan sampai kamu salah kaprah hanya gara-gara konten yang sebenarnya dibuat biar viral, bukan agar orang paham.

Konten psikologi di FYP memang seru karena bahas topik-topik yang relate banget sama kehidupan sehari-hari. Tapi kamu perlu hati-hati biar gak gampang percaya begitu saja. Ingat, gak semua yang dikemas menarik itu beneran edukasi. Kalau kamu nemu tanda-tanda kayak judul lebay, isi cocoklogi, gak ada sumber, atau generalisasi berlebihan, kemungkinan besar itu cuma clickbait. Jadi, nikmati saja sebagai hiburan, tapi kalau soal kesehatan mental, sebaiknya tetap cari informasi dari sumber terpercaya atau konsultasi ke profesional. Dengan begitu, kamu bisa lebih bijak dan gak gampang salah paham sama dirimu sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aan Pranata
EditorAan Pranata
Follow Us

Latest Life Sulawesi Selatan

See More

5 Rekomendasi Aksesori Simple yang Bisa Mengubah Look Pria Secara Instan

30 Sep 2025, 11:07 WIBLife