Proyek Ambisius Berakhir Tragis: Riwayat Kereta Api Makassar-Takalar
Menengok kembali trayek yang beroperasi 98 tahun silam
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Setelah melalui masa perencanaan sejak akhir abad ke-19, ditambah dua kali survei lapangan, operator kereta api Hindia-Belanda di Pulau Sulawesi yakni Staatstramwegen op Celebes (STC) meresmikan beroperasinya Stasiun Paser Boetoeng di Makassar pada Sabtu 1 Juli 1922.
Jalur tersebut membentang hingga kota Takalar sejauh 47 kilometer ke arah selatan Makassar. Acara peresmian Stasiun Paser Boetoeng pada waktu itu berlangsung dengan sederhana. Turut hadir dalam acara tersebut sejumlah bangsawan lokal dan pejabat Hindia-Belanda, termasuk Wali Kota Makassar J.E. Dambrink serta Gubernur Sulawesi A. J. L. Couvreur.
Dalam buku Korte geschiedenis der Nederlandsch-Indische spoor- en tramwegen (1928), keputusan Wet 22 Desember 1919 Staatblad 1920 No. 53 dan Wet 18 Maret 1921 Staadblad No. 200 menjadi gong pembuka pembangunan jalur kereta api Makassar-Takalar (hal. 109).
Baca Juga: Amanna Gappa, Peraturan Kuno yang Menjadi Konsep Konvensi Laut Sedunia
1. Jalur kereta api Makassar-Takalar diharapkan bisa jadi penunjang aktivitas berniaga masyarakat
Menurut pertimbangan pemerintah Hindia-Belanda, kereta api diharap bisa memudahkan pengangkutan komoditas andalan Celebes seperti kopi, beras, kelapa, cengkih dan lain-lain. Singkatnya, rel dibangun sebagai infrastruktur penunjang kegiatan ekonomi di mana hasil pertanian dan perkebunan nantinya dengan mudahnya bisa diantar.
Tak heran, trayek Makassar-Takalar juga melewati daerah pelabuhan yang saat itu penuh gudang penyimpanan. Muatan yang berasal dari Takalar pun bisa langsung dibongkar untuk disimpan, sebelum akhirnya dikirim ke luar Sulawesi. Kereta api juga bisa mempersingkat lalu lintas manusia antarkota Makassar dan sekitarnya. Setelah lebih dulu melayani pengiriman komoditas, trayek Makassar-Takalar mulai melayani penumpang pada 1 Juli 1923.
Di sepanjang 47 kilometer, terdapat 20 pemberhentian (station, stopplaats dan halte) kereta. Rinciannya adalah Station Pasar Boetoeng, Station Makassar di sekitar pelabuhan, berbelok ke selatan menuju Schijfbregweg (Jl. Dokter Soetomo), Mamajang, melewati Jongaya di perbatasan Makassar-Gowa, belok ke timur ke Mallengkeri, Sungguminasa, melewati jembatan lalu belok ke timur menuju Aeng Batu-Batu, belok lagi ke selatan ke Kalukuang, Parasangan Beru, Limbung, Rappokaleleng, Palleko, Manongkoki, Bontomate'ne, Pari'risi, Pattallassang dan berakhir di Station Takalar.
Baca Juga: Mengenal Eduard Ernst Pelamonia, Figur Militer-Medis Asal Makassar
Baca Juga: 1 April 1906: Hari Jadi Makassar Versi Pemerintah Hindia-Belanda