Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Jangan Sepelekan! 5 Alasan Terlalu Perfeksionis Bisa Menghambat Karier

ilustrasi stres bekerja. (pexels.com/Thirdman)
ilustrasi stres bekerja. (pexels.com/Thirdman)
Intinya sih...
  • Perfeksionis suka revisi terus-terusan, membuat proyek molor dan kepercayaan turun.
  • Perfeksionis sering ragu ambil keputusan besar, takut salah dan lamban bergerak.
  • Perfeksionis kerja keras, sulit delegasi, dan gagal lihat progres kecil.

Perfeksionis tuh sering dikira kualitas yang positif. Banyak yang nganggep, makin perfeksionis, makin detail, makin keren. Tapi kenyataannya gak selalu begitu. Di dunia kerja, perfeksionis justru bisa jadi penghambat kalau gak dikontrol. Soalnya, ekspektasi yang terlalu tinggi bisa bikin orang susah maju. Terlalu pengen semua serba sempurna bisa bikin kerjaan gak kelar-kelar. Gak pernah puas sama hasil sendiri. Ujung-ujungnya overthinking dan malah stuck. Padahal kadang yang dibutuhin bukan hasil sempurna, tapi hasil yang selesai dan bisa dipakai dulu.

Perfeksionis juga bikin orang susah percaya sama tim, karena ngerasa cuma dirinya yang bisa ngerjain semuanya benar. Perfeksionis bukan berarti salah, tapi kalau berlebihan bisa bikin burnout. Bisa juga bikin orang susah ambil keputusan atau ragu-ragu buat mulai sesuatu. Dunia kerja itu butuh progress, bukan perfection. Yuk simak kenapa sikap terlalu perfeksionis justru bisa ngehambat jalan karier!

1. Proyek jadi mepet terus

ilustrasi stres saat bekerja (pexels.com/Kampus Production)
ilustrasi stres saat bekerja (pexels.com/Kampus Production)

Perfeksionis suka banget revisi terus-terusan. Ngerasa hasilnya belum layak walau udah bagus. Akhirnya kerjaan molor terus. Deadline dikejar, tapi gak pernah puas. Proyek yang harusnya kelar dua hari, bisa molor seminggu cuma karena pengen revisi bagian kecil. Atasan bisa bingung, klien jadi nunggu lama. Ini bisa bikin kepercayaan turun.

Makin lama dikerjain, makin banyak detail kecil yang dicari-cari buat diperbaiki. Padahal gak semua hal butuh kesempurnaan. Kadang good enough udah cukup. Yang penting selesai, bukan sempurna terus.

2. Susah ambil keputusan

ilustrasi stres menghadapi bos (pexels.com/Yan Krukau)
ilustrasi stres menghadapi bos (pexels.com/Yan Krukau)

Perfeksionis sering ragu saat harus ambil langkah besar. Takut salah, takut hasilnya gak sesuai ekspektasi. Ujung-ujungnya malah gak mulai-mulai. Kondisi ini bikin kerjaan mandek. Ide bagus gak dijalanin karena terlalu mikirin resiko kecil.

Padahal dunia kerja itu tentang ambil resiko dan belajar dari kesalahan. Terlalu mikirin semua hal bisa bikin performa gak kelihatan. Lama-lama, bisa dicap lamban atau gak berani gerak. Padahal justru orang yang cepet adaptasi dan ambil keputusan yang biasanya naik duluan.

3. Bikin diri sendiri cepet burnout

ilustrasi stres saat bekerja (pexels.com/Kampus Production)
ilustrasi stres saat bekerja (pexels.com/Kampus Production)

Perfeksionis sering kerja lebih keras dari orang lain. Pengen hasilnya maksimal, rela begadang atau ngerjain ulang dari nol. Tapi semua itu bikin energi habis lebih cepat. Kalau gak punya batas, perfeksionis bisa nyeret ke arah burnout. Badan capek, mental stres, dan akhirnya kehilangan motivasi.

Kerjaan jadi beban, bukan tantangan. Bahkan hal kecil bisa jadi sumber frustrasi. Padahal bisa dihindari kalau tahu kapan harus berhenti dan cukup puas. Terlalu keras sama diri sendiri malah bikin performa turun.

4. Gak percaya orang lain

ilustrasi stres menghadapi bos (pexels.com/Yan Krukau)
ilustrasi stres menghadapi bos (pexels.com/Yan Krukau)

Perfeksionis sering ngerasa orang lain gak bisa ngerjain sebaik dirinya. Akhirnya semua hal dipikir harus dikerjain sendiri. Delegasi jadi hal yang susah. Kerja tim jadi gak optimal. Rekan kerja bisa ngerasa gak dipercaya. Lama-lama muncul konflik atau jarak. Padahal dunia kerja butuh kolaborasi.

Kalau semua ditanggung sendiri, beban kerja makin berat dan hasil jadi lambat. Percaya sama tim itu penting. Gak semua hal harus dikerjain sendiri sampai detil terakhir.

5. Gagal lihat progres kecil

ilustrasi stres menghadapi bos (pexels.com/Yan Krukau)
ilustrasi stres menghadapi bos (pexels.com/Yan Krukau)

Perfeksionis fokus ke hal yang belum beres. Jarang ngeh sama progress yang udah dicapai. Padahal apresiasi ke diri sendiri itu penting biar tetap semangat. Orang perfeksionis kadang udah capai banyak hal, tapi tetap ngerasa kurang. Gak pernah puas. Lama-lama ngerasa gagal terus. Ini bisa ngurangin rasa percaya diri. Padahal kalau bisa lihat pencapaian kecil, motivasi bisa naik. Karier butuh semangat, bukan cuma tekanan.

Perfeksionis gak selalu buruk. Tapi kalau kebablasan, bisa jadi bumerang. Kerjaan jadi gak kelar, keputusan gak diambil, tim gak solid, dan diri sendiri jadi gampang capek. Di dunia kerja, progress lebih penting daripada perfect. Belajar kompromi sama hasil. Belajar bilang cukup sebelum kelelahan. Biar karier gak stuck di tempat, penting buat belajar grow sambil jalan. Karena gak semua hal harus sempurna, tapi harus selesai dulu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Irwan Idris
EditorIrwan Idris
Follow Us