TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Potret Maros Seabad Lalu, Bantimurung hingga Benteng Fort Valkenburg

Apa kamu pernah dengar tentang Benteng Fort Valkenburg?

Pemandangan Air Terjun Bantimurung dan para wisatawan di Kabupaten Maros pada tahun 1905. (Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies)

Makassar, IDN Times - Sama seperti Kota Makassar, Kabupaten Maros juga punya sejarah panjang loh. Lewat temuan para arkeolog, terungkap fakta bahwa manusia prasejarah sudah mendiami gua-gua di kawasan karst Leang-Leang sejak zaman megalitikum atau sekitar 3.000 sebelum masehi. Lama banget, kan?

Selanjutnya ada riwayat Kerajaan Marusu' di abad ke-15, yang berlanjut dengan berdirinya Bontoa pada tahun 1700-an. Kisah berlanjut pada kekuasaan sejumlah kerajaan seperti Simbang, Tanralili, Lau' dan kemudian Turikale. Seluruh wilayah Maros kemudian dikendalikan oleh pemerintah kolonial sejak 1859. Kalau dihitung, jangka waktunya sampai tiga abad lebih.

Timbul pertanyaan, seperti apa sih Maros masa lalu? Ada dua sumber. Pertama, naskah lontaraq sebagai catatan dari masa kerajaan lokal. Dan kedua, kondisi dan gambaran dari seabad lalu bisa kamu ketahui lewat foto-foto.

Nah, berikut IDN Times menyajikan dokumentasi tentang Butta Salewangang antara tahun 1900 hingga 1935. Semuanya adalah koleksi arsip Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies.

1. Kartu pos dari dekade 1900-an memperlihatkan foto berwarna sisi seberang Sungai Maros, yakni Keresidenan (Regentschap) Turikale yang menjadi pusat aktivitas Onderafdeeling (wilayah administratif) Maros

Pemandangan area pemukiman dan Sungai Maros di Kecamatan Turikale, Kabupaten Maros, pada awal abad ke-20. (Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies)

2. Masih di tempat yang sama dengan foto sebelumnya, namun kali ini memperlihatkan perahu penyeberangan sedang bersandar. Diperkirakan lokasi foto ini adalah jembatan di samping Polres Maros sekarang

Pemandangan Sungai Maros dan sejumlah perahu penyeberangan di Kecamatan Turikale, Kabupaten Maros, pada tahun 1914. (Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies)

3. Bangunan dengan tembok perlindungan ini adalah barak para tentara Hindia-Belanda atau KNIL. Di sini mereka juga melakukan latihan. Lokasinya diperkirakan berada di sekitar SMA Negeri I Maros

Bangunan barak tentara prajurit Hindia-Belanda yang berada di Kecamatan Turikale, Kabupaten Maros, sekitar tahun 1900. (Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies)

4. Pemandangan selekoh (kubu pertahanan) di salah satu sudut Fort Valkenburg. Lokasi asli benteng ini gak jauh dari barak tentara, masih di seputar SMA Negeri I Maros dan pemukiman sekitar Polres Maros

Salah satu selekoh (bastion) di Benteng Fort Valkenburg di Kecamatan Turikale, Kabupaten Maros, pada sekitar tahun 1930. (Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies)

5. Dan ini dia pemandangan Air Terjun Bantimurung pada tahun 1905. Tampak beberapa orang sedang bersantai menikmati suasana. Kalau dilihat-lihat, gak banyak yang berubah ya?

Pemandangan Air Terjun Bantimurung dan para wisatawan di Kabupaten Maros pada tahun 1905. (Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies)

6. Masih di kawasan Air Terjun Bantimurung, yang lokasinya sekarang menjadi area pengunjung dan terdapat gazebo di sisi kiri dan kanan. Dulu ternyata cuma ada jalan setapak

Pemandangan Sungai Bantimurung dan perbukitan karst di Kabupaten Maros pada tahun 1905. (Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies)

Baca Juga: Dari Karebosi ke Losari, Nostalgia Suasana Makassar 40 Tahun yang Lalu

8. "Warung-warung di Kassijala dekat Maros," demikian keterangan foto dari tahun 1900 ini. Kassijala adalah nama lama untuk kawasan pemukiman Desa Tunikamaseang, Kecamatan Bontoa

Deretan warung di Kasijala yang kini menjadi bagian dari wilayah Kawasan Karst Rammang-Rammang di Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, sekitar tahun 1900. (Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies)

8. Rakit dan perahu sudah digunakan dalam kawasan Rammang-Rammang sejak dulu. Tapi, kalau sekarang mengangkut wisatawan, dulu juga dipakai untuk delman sekalian kuda-kudanya

Rakit penyeberangan yang digunakan oleh penduduk Kasijala, yang kini menjadi bagian dari wilayah Kawasan Karst Rammang-Rammang di Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, sekitar tahun 1900. (Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies)

9. Seperti ini perbukitan karst Leang-Leang dari jauh, berdasarkan foto tahun 1935. Tampak pula puncak Gunung Bulusaraung sebagai latar belakang. Indah banget, kan?

Pemandangan kawasangan bukit karst Leang-Leang di Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, sekitar tahun 1935. (Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies)

Baca Juga: Menguak Peta Makassar Tahun 1638, Bukti Kejayaan Gowa di Masa Lalu

Berita Terkini Lainnya