Penampakan Peta Makassar di Abad ke-17

Benteng Somba Opu amat luas dan berdiri kokoh 

Makassar, IDN Times - Makassar berkembang sebagai kota niaga dan pelabuhan singgah sejak abad ke-16. Edward L. Polinggomang dalam buku Makassar Abad XIX mengungkapkan posisi strategis Makassar di tengah jalur perdagangan laut dunia.

Makassar berada dekat dengan Laut Sulut di Utara yang melewati wilayah Filipina di masa kini, yaitu Pulau Palawan dan Kepulauan Sulu. Pada bagian barat Nusantara ada jaringan Laut Jawa penghubung Jawa, Pontianak, Campa dan China. Lalu di timur terdapat Maluku yang menjadi "supermarket" rempah-rempah dunia saat itu.

Kapal para pedagang dari Eropa dan Asia silih berganti singgah ke Makassar. Sambil menunggu angin moonson utara berembus pada April hingga September, mereka memilih menetap di wilayah yang juga pusat pemerintahan Kesultanan Gowa tersebut.

Sebuah peta buatan East India Company tahun 1638 dalam buku Secret Atlas of IEC (1670) menggambarkan keadaan Makassar pada abad ke-17. Mulai dari megahnya kompleks Benteng Somba Opu, letak pemukiman pedagang asing hingga rumah-rumah warga.

1. Benteng Somba Opu saat itu masih berhadapan langsung dengan garis pantai

Penampakan Peta Makassar di Abad ke-17Pemandangan Makassar pada tahun 1638, berdasarkan peta buatan East India Company tahun 1670. (Wikimedia Commons)

Kepada IDN Times, pegiat sejarah dan budaya Sulsel Erik Hariansah menjelaskan bahwa wilayah dalam peta ini sekarang menjadi Kecamatan Tamalate (Kota Makassar) dan Kecamatan Barombong (Kabupaten Gowa).

Yang paling mencolok dalam peta tersebut adalah Benteng Somba Opu yang digambarkan amat luas serta masih kokoh, dikelilingi tembok batu. Menurut penelitian Balai Arkeologi Sulawesi Selatan, luas kompleks benteng tersebut saat masih utuh adalah 113.590 meter persegi.

Hanya terdapat enam selekoh (bastion atau kubu pertahanan), dengan empat di antaranya menghadap laut. Dua selekoh lain mengawasi sisi atas Sungai Jeneberang.

Bangunan yang ditandai dengan huruf B dan C adalah istana sekaligus pusat pemerintahan Gowa-Tallo. Sementara tanda D berupa gudang persediaan, sedang E merupakan masjid kerajaan. Turut pula pemukiman yang ditinggali para pembesar serta keluarganya. Hanya ada dua akses pintu masuk, yakni di bagian selatan serta timur benteng.

2. Sisi utara Benteng Somba Opu jadi pemukiman para pedagang asal Portugis dan Gujarat

Penampakan Peta Makassar di Abad ke-17Wilayah pemukiman di bagian utara Benteng Somba Opu pada tahun 1638, menurut peta buatan East India Company tahun 1670. (Wikimedia Commons)

Jika membandingkannya dengan peta sekarang, ditemui fakta bahwa garis pesisir Makassar justru bertambah jauh dari letaknya daripada tiga abad lalu.

"Dulu wilayah ini dekat dengan pantai, bahkan terdapat pelabuhan. Namun karena pengendapan dari Sungai Jeneberang, wilayah ini sudah sangat jauh dari pantai," tutur Erik saat dihubungi, Rabu (25/8/2021). Kalau diukur secara kasar, penambahan daratan mencapai sekitar dua kilometer.

Menggeser peta, terlihat pemukiman para pedagang dari Arab dan Eropa mendiami area sekitar tembok Benteng Somba Opu.

"Pemukiman saudagar Gujarat (G) dan Portugis (F) berada tepat di sisi utara benteng, tepat di bantaran Sungai Jenebereng (R)," jelas Erik. Kini wilayah bekas pemukiman para saudagar itu masuk dalam area Kelurahan Tanjung Merdeka.

3. Wilayah pemukiman penduduk kini menjadi Kelurahan Balang Baru dan Maccini Sombala

Penampakan Peta Makassar di Abad ke-17Wilayah pemukiman di bagian utara Benteng Somba Opu pada tahun 1638, menurut peta buatan East India Company tahun 1670. (Wikimedia Commons)

Lebih ke utara, terdapat area pemukiman (N) penduduk dengan beragam status sosial dan mata pencaharian.

"Titik N ini adalah pemukiman masyarakat, berada di sebelah utara Sungai Jeneberang. Sekarang masuk wilayah administrasi Kelurahan Balang Baru dan Kelurahan Maccini Sombala," sebut Erik.

Berdasarkan keterangan peta, tepi area pemukiman (kini Kelurahan Jongaya) dulu berupa sawah milik penduduk. Bangunan dengan keterangan (K) diduga merupakan markas atau gudang serikat dagang asal Inggris yakni East India Company (EIC). Apalagi tepat di sebelah kanannya adalah sebuah pabrik (L) yang mereka operasikan, dengan bendera St. George's Cross yang sedang berkibar jadi ciri paling mencolok.

Kedua bangunan tersebut menghadap tepat ke tepi laut. Letaknya pun berada di area pesisir, sama seperti pasar raya yang ditandai dengan huruf (M).

4. Tercatat Kerajaan Denmark pun pernah mendirikan pabrik di sekitar Sungai Jeneberang

Penampakan Peta Makassar di Abad ke-17Wilayah pemukiman di bagian selatan Benteng Somba Opu pada tahun 1638, menurut peta buatan East India Company tahun 1670. (Wikimedia Commons)

Beralih ke sisi selatan tembok benteng, terdapat juga area pemukiman warga. Ia berdampingan dengan sejumlah pabrik milik pedagang Eropa.

Menurut keterangan peta, dua area yang diberi keterangan (H) merupakan pabrik atau gudang milik Kerajaan Denmark. Satunya berada di sisi utara Sungai Jeneberang (P) dan satunya lagi di sisi selatan. Di sini juga bersandar kapal-kapal mereka yang sudah menempuh perjalanan ratusan kilometer dari Eropa, Afrika hingga Asia.

Sementara keterangan (O) disebut sebagai area pasar baru. Semuanya kini termasuk dalam wilayah administratif Kelurahan Somba Opu, Kecamatan Barombong, Kabupaten Gowa.

Baca Juga: Syekh Yusuf dari Gowa, Dikagumi Budak Disegani VOC di Afrika Selatan

5. Sawah di sekeliling pemukiman jadi sumber pangan dan pemasukan bagi Kesultanan Gowa

Penampakan Peta Makassar di Abad ke-17Wilayah pemukiman dan persawahan di bagian timur Benteng Somba Opu pada tahun 1638, menurut peta buatan East India Company tahun 1670. (Wikimedia Commons)

Lantaran diapit oleh Sungai Jeneberang, area sekitar benteng tersebut punya tanah yang subur. Sawah (Q) membentang dan mengelilingi area pemukiman. Mulai dari daerah Kelurahan Somba Opu, Kelurahan Balang Baru hingga Kelurahan Parang Tambung.

Sejarawan Merle Calvin Ricklefs dalam buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, menjelaskan beras adalah satu-satunya hasil bumi yang dimiliki Gowa. Tapi oleh Kerajaan Gowa, tanah-tanah pertanian ini menjadi sumber pendapatan sebab disewakan pada pedagang luar dengan sistem bagi hasil.

Meski begitu, Erik Hariansah menyebut bahwa hiruk pikuk di area sekeliling Benteng Somba Opu tak bertahan lama. Perang Makassar (1666-1669) membawa banyak perubahan. Mulai dari hegemoni laut di timur Nusantara, melemahnya Gowa, hingga hilangnya riuh suasana jual-beli.

"Setelah Perang Makassar, Benteng Somba Opu dihancurkan Belanda pada 1669. Belanda kemudian membangun pemukiman di sekitar Benteng Fort Rotterdam (dulu Benteng Jumpadang) di utara," kata Erik.

"Segala aktivitas perniagaan dialihkan ke sana. Akhirnya, wilayah sekitar Somba Opu jadi sepi ditinggalkan penduduknya pindah ke utara," pungkasnya.

Baca Juga: Cornelis Speelman, Laksamana Kompeni Penakluk Supremasi Gowa-Tallo

Topik:

  • Irwan Idris
  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya