Makassar Biennale 2021: Membahas Bunyi Dapur dan Foto Senja Sederhana
Berlangsung di pelataran Kampung Buku dan Studio Artmosphere
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Makassar Biennale (MB) 2021 resmi dibuka pada Rabu, 1 Septermber. Bertempat di pelataran Kampung Buku Ininnawa, acara ini berlangsung dalam konsep bincang ringan dengan jumlah peserta terbatas untuk menaati protokol kesehatan.
Hadir sebagai pembicara yakni Direktur Yayasan Makassar Biennale Anwar "Jimpe" Rachman serta kurator Fitriani A. Dalay. Turut pula beberapa seniman yang menampilkan karyanya yakni Hirah Sanada, Viny Mamonto, Eka "Ekbess" Wulandari, Rachmat Hidayat Mustamin dan Muhlis Lugis.
Dalam kesempatan tersebut, Jimpe menyampaikan subtema "Sekapur Sirih" bertujuan memelihara ingatan atas resep pengobatan tradisional yang ada di sekitar kita. Kemudian Fitriani menyebut kegiatan residensi seniman bertujuan membuat para perempuan yang terlibat untuk berdaya melampaui diri.
1. Para seniman residensi yang terlibat dalam MB 2021 bercerita proses kreatif karya mereka
Tiga seniman residensi MB 2021 yakni Hirah Sanada, Viny Mamonto dan Eka "Ekbess" Wulandari bercerita proses kreatif mereka selama beberapa pekan untuk menghasilkan karya yang dipamerkan. Karya stop motion yang dipelajari Ekbess secara otodidak berangkat dari niat menyebar resep makanan sehat untuk sistem pencernaan lebih baik.
Lama menekuni seni lukis, Hirah mengaku mendapat inspirasi atas karyanya dari pengalaman pribadi menggunakan bahan-bahan dalam dapur sebagai obat. Sementara itu Viny dengan latar belakang musisi membawa bunyi-bunyian peralatan dapur sebagai instalasi. Ia mengaku hendak mengajak pengunjung melihat area memasak tersebut dari sudut panjang yang menyenangkan.
Menginjak malam, giliran para penampil yang unjuk gigi. Duo sineas-visual artist Rachmat Mustamin serta Deli Luhukay membawa pengunjung mengingat kembali proses pemulihan diri lewat pertunjukan berjudul "Revisi Memori, Batu-Batu dan Bayang-Bayang." Setelah itu, kelompok Pelakor (Pelantun Keroncong) membawakan lagu-lagu Bugis dengan irama losquin (keroncong ala Makassar).
Baca Juga: Sentil Isu Reklamasi, Makassar Biennale Gelar Lomba Foto Sunset
Baca Juga: Makassar Biennale 2021: Pengobatan Tradisional Jadi Nyawa Seni